30 : Menghangat

713 94 9
                                    

Jeffry menatap satu per satu menu makanan yang telah tersaji di atas meja makan. Terdapat beberapa menu lauk kesukaannya diantaranya sayur asem, omelet udang, dan juga tempe bacem. Menu makanan yang telah lama tak disantapnya saat ia berada di negeri orang.

Tepat di samping pria itu, Rania duduk dengan tenang. Tak lama, Jemima datang dengan membawa nampan berisi minuman dan meletakkannya di atas meja sebelum ia duduk berseberangan dengan sang mantan suami.

Tak ada percakapan antara ketiga orang di meja makan itu. Rania sibuk dengan mainan yang di dapatnya ketika ia bermain tadi. Sementara Jemima mulai sibuk menyajikan makanan yang ia masak. Tak menyadari jika sedari tadi Jeffry memperhatikannya dalam diam.

Perhatian pria itu beralih pada piring yang baru saja Jemima berikan kepadanya. Ia tersenyum kikuk dan menerimanya dengan senang hati.

"Makasih Je."

Ucapnya yang mulai menyendokkan kuah sayur asem di atas piringnya. Sementara Jemima mulai menyiapkan makanan untuk puterinya.

"Sayang, mainannya di taro. Ini di makan dulu."

Mendengar ucapan mamanya, dengan patuh gadis kecil itu pun meletakkan mainannya di atas meja dan mulai menyantap makanannya. Jeffry yang berada tepat di samping sang puteri kini memperhatikan Rania yang begitu lahap menyantap makan malamnya.

"Rania pinter ya uda bisa makan sendiri."

Puji Jeffry seraya mengusap lembut puncak kepala Rania membuat gadis cilik itu tersenyum sumringah kini.

"Makasih makan malamnya Je. Uda lama aku gak makan masakan rumah."

Jemima mengangguk pelan menanggapi ucapan pria itu. Suasana pun berubah menjadi hening dan hanya terdengar suara sendok dan garpu yang saling beradu. Sesekali wanita itu memperhatikan pria di hadapannya.

Melihat bagaimana Jeffry menikmati makan malam yang ia hidangkan membuat Jemima kembali terkenang akan masa-masa yang telah lalu. Begitu lekat dalam ingatannya, betapa pria itu selalu memuji dan sangat lahap dalam menyantap makanan yang di hidangkan untuknya. Mengingat hal itu, kedua sudut bibir Jemima tertarik menjadi sebuah senyum tipis tanpa ia sadari.

"Rania suka banget sama sayur asem."

Ujar wanita itu mengawali pembicaraan di sela acara makan malam mereka. Membuat Jeffry kembali menatapnya sekilas sebelum beralih menatap Rania yang nyaris menghabiskan makanannya. Pria itu pun kembali tersenyum dan menatap bangga puterinya.

"Rania suka sayur asem?"

"Em. Ayur acem cedaaap."

Sahut gadis cilik itu mengacungkan kedua ibu jarinya dan menunda sejenak kunyahannya. Membuat dua orang dewasa itu terkekeh melihat tingkah menggemaskan puteri mereka.

"Sama dong."

"Baba uga syuka?"

"Suka banget malah."

Sahut pria itu mencubit pipi Rania gemas. Sementara Jemima hanya tersenyum melihat interaksi kedua ayah dan anak itu. Sebuah pemandangan yang sangat ia harapkan sejak empat tahun yang lalu.

-

-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senyum di bibir Jemima seolah enggan memudar begitu ia mendapat kiriman foto dari sang mantan suami

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senyum di bibir Jemima seolah enggan memudar begitu ia mendapat kiriman foto dari sang mantan suami. Setiap harinya Jeffry tak pernah absen mengirimkan foto kegiatan Rania ketika sedang bersamanya. Bisa di pastikan galeri foto Jemima di penuhi dengan foto yang di kirimkan pria itu. Padahal ia sendiri sangat amat jarang mengabadikan momen kebersamaannya dengan buah hatinya.

Sebuah senggolan pelan di siku wanita itu membuat Jemima lantas menoleh dan mendapati Tian yang tersenyum menatapnya.

"Senyum-senyum mulu dari tadi. Habis menang lotre?"

Goda pria itu yang membuat Jemima menggeleng pelan dan kembali tersenyum. Ia lantas memperlihatkan foto yang baru saja di dapatkannya.

"Rania punya boneka baru."

"Makin banyak aja koleksi bonekanya."

"Kamarnya uda kayak toko boneka malah mas."

Sahut Jemima gemas dengan tingkah sang buah hati yang mendadak berubah menjadi kolektor boneka. Ia bahkan ingat betul betapa puterinya itu tak tertarik dengan boneka dan lebih senang bermain lego dan juga robot bersama Billy, kakak sepupunya.

"Rania uda deket banget ya sama papanya."

Ucap Tian di sela lamunan Jemima membuat wanita itu kembali menatap pria di sampingnya. Tak lama Jemima kembali mengangguk dan tersenyum tipis.

"Bukan cuma deket lagi mas. Uda sayang banget malah."

"Kalo kamu?"

"Hm?"

Senyum di bibir wanita itu perlahan memudar begitu ia menangkap maksud dari pertanyaan Tian yang menggantung. Menyadari perubahan pada raut wajah Jemima, pria itu pun tersenyum dan mengusap lembut puncak kepala sahabatnya.

"Pertanyaanku terlalu random ya?"

Ujarnya meringis. Ketika ia hendak kembali ke tempatnya, helaan nafas wanita itu membuat langkahnya terhenti. Di lihatnya Jemima meletakkan ponselnya di atas meja dan tertunduk sembari memainkan jemarinya.

"Sejujurnya aku bingung mas."

Ucap Jemima menggantung ucapannya. Perlahan Tian kembali berjalan mendekat. Duduk tepat di samping wanita itu, bersiap untuk mendengar keluh kesahnya.

"Di sisi lain aku lega setelah tau fakta yang sebenarnya. Kalo mas Jeff gak pernah selingkuh. Tapi sebaliknya, aku semakin gak bisa memahami pilihan yang dia ambil."

"Kamu uda pernah tanyain sama dia?"

"Uda. Dan jawabannya sama seperti yang Nadia bilang waktu itu. Kalo dia pikir itu semua demi kebaikanku."

"Bukan itu maksudku."

"Hm?"

"Tanya apa dia menyesali semua keputusan yang uda dia pilih."

Jemima terdiam mendengar ucapan yang keluar dari mulut pria itu.

"Aku rasa untuk saat ini kamu cuma butuh itu buat menjawab semuanya."

"Mas.."

"Setiap orang pasti pernah berbuat salah atau gegabah dalam mengambil keputusan. Tanpa tau apa dampak yang akan terjadi setelahnya."

"Iya aku tau."

"Uda saatnya bagi kamu untuk mencoba berdamai dengan masa lalu Je. Kamu gak mau kan terus-terusan di siksa dengan perasaan kamu sendiri?"

Tanpa disadari, wanita itu pun mengangguk menyetujui ucapan Tian.

"Makasih mas. Kamu selalu punya jawaban atas semua masalahku."

Ucap Jemima yang kini tersenyum sementara Tian hanya mengangguk dan mengacungkan ibu jarinya.

~~~

Sajak Tentang Memaafkan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang