7 : Keanehan

573 78 2
                                    

"Tahun depan emang uda ada rencana masukin Kayla ke PAUD."

Ujar Jemima seraya memasukkan dot botol berisi susu putih pada putri kecilnya. Tersenyum manis kala tangan mungil itu meraba pipinya.

"Papanya lagi mancing sama mas Sultan."

"....."

"Nggak. Eyang uti sama kakungnya Kayla besok baru kesini."

"....."

"Iya."

Sahutnya seraya mematikan saluran telfon miliknya kemudian meletakkan benda persegi itu di atas nakas.

"Kamu telfonan sama siapa Je?"

Sebuah suara yang kini menutup pintu rumah itu pun membuat Jemima menoleh singkat sebelum ia kembali memainkan jemari Kayla.

"Mama."

Alin tersenyum mendengar jawaban adik iparnya itu. Ia pun kembali melangkah dengan membawa dua kantung kresek di kedua tangannya.

"Syukurlah hubungan kalian makin membaik."

Ucap wanita itu yang kini duduk di salah satu sofa dan meletakkan barang bawaannya ke atas meja.

"Aku cuma mencoba berdamai dengan masa lalu mbak."

"Bukan karena suami kamu yang minta?"

"Ya.. Itu juga salah satu alasannya."

"Apapun alasannya, mbak ikutan seneng Je. Jeffry juga punya peran besar untuk mengubah sedikitnya sifat keras kepala kamu."

Ucap Alin membuat wanita itu tersenyum malu.

"Mbak bawa apaan? Billy mana?"

"Billy aku titipin ke kakeknya. Dan ini, mumpung para pria pengganggu itu lagi punya kesibukan, gimana kalo kita juga menyibukkan diri?"

Jemima mengerutkan keningnya dan memandang bingung kakak iparnya itu. Sementara Alin kembali tersenyum seraya mengeluarkan satu per satu barang dan bahan yang ia bawa.

"Kamu uda janji bakal ngajarin mbak cara bikin samosa. Masmu itu gak berenti muji-muji masakanmu. Katanya samosa bikinan kamu enak. Lebih enak dari samosa punya bu RT katanya."

Mendengar curhatan tak langsung yang wanita itu lontarkan, Jemima pun terkekeh dan mengangguk mengerti.

"Yaudah mumpung Kayla juga uda tidur, kita langsung ke dapur aja mbak."

Ujarnya seraya bangkit dan berjalan menuju pintu. Mengunci pintu rumahnya kemudian menyusul langkah Alin yang telah lebih dulu menuju dapur.

-

"Je, liat deh ikan tangkapan aku banyak banget."

Jeffry berjalan menghampiri sang istri yang tengah sibuk menyirami beberapa tanaman miliknya. Wanita itu pun meletakkan selang serta mematikan keran air. Menghampiri pria yang dengan bangganya memamerkan hasil tangkapannya.

"Banyak banget. Berapa kilo ini kira-kira mas?"

"Tadi aku pinjem timbangan pedagang dan hampir enam kilo sayang."

"Tapi kok jenisnya sama semua ya? Sama-sama ikan bandeng."

Intonasi wanita itu yang semula ceria kini berubah menjadi datar. Menatap Jeffry penuh selidik membuat pria itu tergagap. Jemima yang semula berjongkok kini kembali bangkit. Menyilangkan kedua lengannya di depan dada dan menatap suaminya curiga.

"Oh, itu.. Ya mungkin aku mancingnya pas di kawanan bandeng Je. Makanya dapetnya bandeng semua."

"Gak aku gak percaya. Kamu pasti beli kan?"

Ada jeda sebelum akhirnya pria itu tersenyum kikuk membuat Jemima menghela nafas kasar.

"Abisnya aku gak dapet satupun Je. Dari pada aku pulang gak bawa apa-apa jadinya.."

"Ya tapi gak harus sampe beli enam kilo juga dong mas. Kita kan cuma berdua. Kalo terlalu lama di kulkas juga gak seger nanti. Kamu sukanya buang-buang-"

Ucapan Jemima terhenti kala sebuah kecupan singkat mendarat di pipinya. Di lihatnya sang suami kini tersenyum dan mengedipkan matanya.

"Mas ih!"

"Iya maaf. Aku belinya kebanyakan ya? Yaudah nanti kita bagiin ke tetangga ya? Itung-itung berbagi."

Jika sudah seperti ini, tak banyak yang dapat wanita itu katakan selain mengangguk setuju.

"Kayla mana?"

"Lagi main di luar sama Uci dan Intan."

"Yaudah aku mandi dulu ya sayang."

Ujarnya dan berjalan memasuki rumah. Sementara Jemima melangkah keluar dari pekarangan rumahnya. Mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru dan tersenyum begitu mendapati putri kecilnya yang tengah memeluk boneka beruang yang baru saja Jeffry beli beberapa hari yang lalu.

Wanita itu pun berjalan mendekat, tersenyum dan menyapa beberapa tetangga yang tengah duduk dan memperhatikan anak-anak mereka yang tengah asik bermain.

"Kayla anteng kok Je dari tadi. Temen-temennya yang lain pada berantem, dianya sibuk sama mainannya sendiri."

Celetuk salah seorang wanita begitu menyadari kehadiran ibu dari gadis cilik yang sedari tadi menyedot perhatian mereka. Mendengar hal itu Jemima hanya tersenyum dan mengangguk mengiyakan.

"Iya mbak. Kay kalo uda pegang mainan dari papanya uda bisa anteng sih."

"Sayang banget ya dia sama papanya?"

"Banget mbak. Sampe kadang kalo mereka uda kumpul tuh berdua aku uda kayak gak terlihat."

"Enak dong Je. Jadi kerjaan kamu terasa lebih ringan kalo ada Jeffry. Lah anakku tuh gak mau di jaga bapaknya sama sekali. Sampe kadang mas Firman yang beberes rumah gara-gara Intan gak mau aku tinggal."

Keluhnya yang mendapat anggukan dari beberapa wanita lainnya. Dan jadilah mereka akhirnya membicarakan banyak hal seputar pengalaman-pengalaman mereka selama menjadi seorang ibu.

-

Jemima melangkah memasuki kamar dengan Kayla dalam gendongannya. Wanita itu pun meletakkan putrinya ke dalam baby box dan memberikan mainan untuknya. Ia menoleh kearah pintu kamar mandi. Terdengar keran air yang masih mengalir menandakan jika suaminya itu belum juga selesai bersemedi.

Suara dering telfon membuatnya menoleh dan mendapati sebuah panggilan masuk dari ponsel milik sang suami. Ketika ia hendak meraih ponsel tersebut, panggilan itu pun berakhir. Sebuah kerutan samar-samar tergambar di kening Jemima begitu melihat ada 10 panggilan tak terjawab dari orang yang sama.

"Nadia?"

Gumam wanita itu yang kembali di buat heran dengan pesan masuk dari teman masa kecil sang suami.

'Aku harus gimana Jef?'

'Aku gak bisa nunggu terlalu lama.'

Begitulah bunyi dua pesan yang masuk secara berurutan dalam waktu yang berdekatan. Ketika Jemima hendak membuka pesan tersebut, suara pintu kamar mandi yang terbuka membuat pergerakan jemarinya pun terhenti.

"Sayang, handuk aku mana ya?"

Wanita itu menoleh dan mendapati Jeffry tengah mengintip dari balik pintu kamar mandi yang sedikit terbuka.

"Je?"

Panggilnya membuat Jemima tersadar. Ia pun tersenyum dan meletakkan kembali ponsel milik sang suami dan berjalan mendekat dengan membawa handuk dari dalam lemari kamarnya.

"Makasih sayang."

Ucap pria itu sebelum ia menutup kembali pintu kamar mandi. Sementara pandangan Jemima kembali beralih pada benda persegi itu. Dengan ragu-ragu, ia kembali mendekat dan hendak meraih ponsel tersebut. Namun suara tangisan Kayla membuat langkahnya lagi-lagi terhenti.

Ia tersenyum dan menggeleng heran begitu melihat putri kecilnya itu tengah menangisi mainan yang tak sengaja ia jatuhkan hingga keluar dari tempat tidurnya.

~~~

Sajak Tentang Memaafkan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang