3. Bagian Dari Takdir

440 83 14
                                    

Suasana kafe di malam hari memang selalu ramai dan dipenuhi oleh anak-anak muda yang sekadar berkumpul dengan teman-teman mereka. Semua pelayan sibuk mengerjakan pekerjaan masing-masing, dan menyisakan satu orang yang baru saja kembali setelah melaksanakan sholat isya di mushola.

Krekkk!

Kyuhyun sedikit terkejut saat dirinya membuka pintu ruang ganti, tiba-tiba saja seseorang hendak mengetuknya.

"Eh? Bang, ngagetin aja," ujar seorang pria yang saat ini tidak kalah terkejut.

"Kamu, ya, yang ngagetin saya," ucap Kyuhyun, menggelengkan kepalanya.

"Sorry, Bang. Habisnya disuruh buru-buru sama Pak Bos buat manggilin lo."

Kyuhyun mengernyitkan dahinya, lalu mengangguk paham. "Oke, saya ke atas dulu, ya," ucapnya, lalu menepuk bahu pria yang satu tahun di bawahnya. "Si Henry tumben malem-malem ke sini?"

Beberapa pelanggan tetap yang sering datang ke kafe, tidak jarang lebih dulu melempar senyum pada Kyuhyun jika bertemu. Sikapnya yang ramah, selalu menebar senyum manis dengan wajah tampannya. Membuat pelanggan dari golongan para gadis, secara tak sadar terpikat olehnya. Bahkan tak canggung untuk mengajak pria itu bercanda ria.

"A Kyuhyun, pesenan aku mana? Kok, belum dianter-anter juga, sih?!" tanya seorang gadis berambut sepunggung.

"Oh? Maaf... emang kamu pesen apa?" tanya Kyuhyun, lalu berhenti tepat di depan meja yang diisi oleh tiga orang gadis yang hampir setiap hari ke sini.

"Eum... hati Aa," kelakar gadis itu yang langsung disambut tawa renyah kedua temannya. "Hehehe... maaf, bercanda."

Helaan napas panjang pun keluar dari bibir Kyuhyun, berusaha untuk tetap memasang senyum terbaiknya di saat dirinya merasa semua itu sama sekali tidak lucu. Padahal ia sudah takut jika pelayan kafe di sini ada yang membuat pelanggan kecewa. "Beneran gak ada?"

"Udah, A. Lain kali, nih, ya, kalo Intan ngomong jangan diladenin lagi," ujar gadis lainnya seraya menggeleng kecil.

"Ya udah, kalo gitu saya permisi dulu."

"Mau ke mana, A?" tanya Intan.

"Ruangan Bos."

"Minta naik jabatan, dong! Aa lebih pantes jadi manajer, ketimbang jadi waiter kayak gini. Mukanya terlalu ganteng. Iya, kan?" tanya Intan yang langsung mendapat anggukan setuju.

Lima menit berlalu untuk Kyuhyun meladeni obrolan ketiga gadis itu. Ia menaiki tangga dengan terburu-buru menuju ruangan Henry di lantai dua.

Tok tok tok!

"MASUK!"

Krekkk!

Kyuhyun langsung membuka pintu tersebut, dan hanya menyembulkan kepalanya saja tanpa berniat masuk ke dalam. "Ada apa Pak Bos manggil saya yang sedang sibuk? Apa ada hal penting? Cepet, waktu saya juga gak banyak," ucapnya, mengetuk-ngetuk jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya dengan tampang sok.

Pletakkk!

Pulpen yang dilempar Henry malah mengenai pintu yang menjadi tempat perlindungan Kyuhyun yang langsung tertawa renyah. "Berasa anda, ya, yang Bos!" dengusnya berpura-pura kesal.

"Lagian gue lagi kerja digangguin. Lo manggil pasti bukan karena kerjaan?" tanya Kyuhyun yang menaruh curiga. "Udah, ah, gue mau kerja lagi. Gue gak mau makan gaji buta terus!" lanjutnya dengan penuh penekanan. Menyindir sang sahabat yang malah mentransfer balik uang lebih dari gajinya tersebut.

"Gak ada sopan-sopannya. Ngomong sama Bos itu masuk ke dalem, bukan berdiri di depan pintu. Masuk, sini lo! Atau gue pecat. Mau, lo?" ujar Henry, yang kembali mengeluarkan kalimat sakralnya. Dan benar saja, kalimat itu langsung ampuh, membawa langkah pria itu masuk ke dalam ruangannya.

Hijrah Cinta (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang