5. Menaruh Sebuah Rasa

431 75 10
                                    

Kyuhyun memijat tengkuknya yang terasa pegal, matanya memejam saat rasa kantuk tak bisa ditahannya lagi. Ia mematikan laptopnya yang sudah selesai merekap nilai ulangan harian murid-muridnya. Tangan kirinya tak sengaja meyenggol buku Matematika yang sejak tadi tergeletak di atas meja belajarnya hingga bergeser ke ujung.

Tinggg!

Suara dentingan yang cukup nyaring di malam yang hening, membuatnya mengernyitkan dahi. "Yang jatoh tadi apa, ya?" tanya Kyuhyun, berjongkok seraya melirik ke sana kemari, hingga matanya menangkap sebuah cincin di kolong meja belajarnya. "Cincin? Tapi, cincin siapa?" tanyanya heran, tangan kirinya terulur meraih cincin tersebut.

Cincin berlian mata satu berbentuk emerald yang terlihat sangat cantik, dan dengan mudah Kyuhyun dapat menebak siapa si empunya cincin itu.

"Pasti... punya dia. Terus ketinggalan di sini?" gumamnya, lantas tangannya terkepal seraya bangkit berdiri, pergi ke kamar sang ibu. "Ibu, udah tidur?"

"Belum. Masuk aja!"

Kyuhyun membuka pintu kamar sang ibu, lalu melirik sang adik yang sudah tidur di samping ibunya. "Ganggu, ya?"

"Enggak. Ibu belum tidur. Ada apa?"

"Eum... Ibu, ada kotak cincin yang gak kepake, gak?" tanya Kyuhyun hati-hati.

"Buat apa?"

"Buat...," gumam Kyuhyun pelan, lalu menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Buat apa Kyuhyun?"

"Ini...," jawab Kyuhyun, menyodorkan cincin di telapak tangannya pada sang ibu dengan senyum canggung. "Ada?"

Laras memperhatikan cincin tersebut dengan dahi mengernyit bingung. Tak yakin dengan pikirannya yang saat ini berpikir jika putranya membeli cincin itu untuk seorang gadis. Hanya dengan dilihat saja dirinya sangat yakin cincin itu bukan sekadar cincin biasa. Bukan meragukan anak sendiri mampu atau tidaknya untuk membeli cincin mahal. Tapi, sekalipun iya Kyuhyun pasti akan membicarakannya lebih dulu padanya.

"Ibu, ada, gak? Kalo gak ada, aku mau beli aja besok di toko," ucap Kyuhyun.

"Ya, kamu... beli cincinnya kenapa gak sekalian sama kotaknya juga? Aneh..."

Matanya Kyuhyun menyipit, menatap cincin tersebut, lalu kembali menatap sang ibu seraya terkekeh kecil. "Eum... Ibu gak lagi mikir kalo aku habis beli cincin ini, kan?" tanyanya dengan alis terangkat dan senyum di wajahnya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya saat ibunya tak menjawab pertanyaannya.

"Ibu pikir, aku akan beli cincin tanpa bilang sama Ibu dulu? Apalagi cincin buat seorang perempuan gitu...," ujar Kyuhyun, lantas duduk di sisi ranjang.

"Lho? Ibu pikir... kayak gitu."

"Hah..." Kyuhyun pun menggenggam tangan kanan sang ibu, "Sebelum aku minta pendapat Ibu untuk soal cincin, aku... akan lebih dulu minta pendapat Ibu untuk soal perempuan yang akan aku kasih cincin itu," jelasnya lembut.

"Apa udah ada?" tanya Laras.

Kyuhyun menggeleng kecil.

Laras meraih tangan kanan putranya yang menggenggam cincin itu, lantas meraihnya. "Terus cincin yang cantik ini punya siapa?" tanyanya penasaran.

"Cincin ini aku temuin di kamar, Bu. Kemungkinan cincin ini punya... dia," jawab Kyuhyun yang tak berani untuk sekadar menyebutkan nama gadis itu.

"Neng Seohyun?"

Kyuhyun mengangguk kecil dengan senyuman turut menghiasi wajahnya.

"Sesuai dengan cincinnya," ucap Laras, membuat sang putra kini menatapnya bingung. "Cantik... seperti pemiliknya."

Hijrah Cinta (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang