7. Kau Menjaga Jarak

375 78 17
                                    

Kyuhyun memejamkan matanya saat adiknya tak berhenti merengek untuk meminta menghubungi nomor gadis itu yang tidak pernah ia hubungi lagi setelah dirinya menyimpan nomor itu sekitar dua pekan yang lalu. Ya, untuk apa juga? Bahkan ketika dirinya yang menghubungi gadis itu di hari itu, itu karena kejahilan Minho, adik gadis itu yang menyuruhnya mengubungi gadis itu untuk sekadar memberi kabar saja.

"Aa... teleponin Teteh, ya. Aku kangen sama Teteh. Teteh gak pernah main ke sini lagi, katanya waktu itu mau main," ucap Mentari, memanyunkan bibirnya.

Laras yang sejak tadi menatap putra dan putrinya mulai membuka suara, "Mentari, mungkin Teh Seohyun lagi sibuk, jadinya gak sempet buat main ke sini. Kan, gak enak kalo Aa nelepon Teteh duluan. Jadi, kita tungguin aja."

"Emang kenapa kalo Aa telepon Teh Seohyun duluan? Aa malu? Ya udah, kalo gitu biar aku yang ngomongnya."

Kyuhyun memejamkan matanya, tak tahu harus melakukan apa agar sang adik tak lagi merengek seperti itu. Ia hanya tidak ingin membuat gadis itu merasa tak nyaman, karena sang adik yang bersikap seolah keluarga mereka dekat dengan gadis itu. Padahal tidak.

Mentari memperhatikan penampilan sang kakak yang telah rapi. "Aa... mau ngajar ngaji ke rumahnya Teteh, kan? Kalo gitu aku ikut, karena Teteh pasti ada di rumah. Aa, aku boleh ikut, ya?"

Lagi-lagi Kyuhyun kembali terdiam dengan ide sang adik yang semakin tak karuan. Terlebih dirinya merasa tak yakin jika gadis itu ada di rumah, karena selama hampir dua pekan ini dirinya tak pernah bertemu gadis itu lagi di rumahnya. Entah perasaannya saja yang berpikir gadis itu memang menghindarinya setelah kejadian itu.

"Ibuuu....," rengek Mentari pada sang ibu yang sama pusingnya seperti sang kakak yang tak kunjung mengiyakan.

"Kyuhyun."

"Iya, Bu?"

"Coba kamu telepon dia. Eum... bilang aja Mentari yang mau ngomong, siapa tau diangkat," ucap Laras memberi ide.

Kyuhyun menatap ragu pada ibunya, namun akhirnya mengangguk setuju. Ia mengeluarkan ponsel dari kantong celana bahannya, lalu mencari nomor gadis itu di daftar kontaknya. Merasa tidak yakin untuk menghubungi gadis itu, membuatnya memilih mengirim pesan untuk gadis itu terlebih dahulu.

To: Seohyun
Assalamu'alaikum... maaf, ganggu.
Eum... Mentari mau nelepon kamu.
Kalo gak keberatan, bisa diangkat?
Sekali lagi saya bener2 minta maaf.

Akhirnya Kyuhyun memberanikan diri mengirim pesan tersebut pada gadis itu dengan debaran di hatinya tanpa orang lain tahu. Merasa sedikit khawatir jika pesannya diabaikan oleh gadis itu, dan berakhir dengan kekecewaan adiknya.

Drrrt!

Tanpa diduga tiba-tiba saja ponselnya bergetar karena ada panggilan masuk dari nomor yang beberapa detik lalu ia kirimi pesan. Tak menyangka gadis itu akan lebih dulu menghubunginya. Apa karena adiknya? Ia pun menyodorkan ponselnya pada Mentari, tanpa berani menerima panggilan masuk dari gadis itu lebih dulu, terlebih panggilan video.

"Assalamu'alaikum, Teteh!"

"Wa'alaikumussalam, Mentariiii..."

Deg!

Debaran di dadanya tak bisa dihalau saat suara gadis itu kembali menyapa indra pendengarannya. Dan Kyuhyun semakin yakin ada sesuatu yang tidak beres pada dirinya atau lebih tepatnya perasaannya pada gadis itu? Terlebih setelah hampir dua pekan ini mereka tidak bertemu. Seakan perasaan yang dulu terasa samar itu, perlahan mulai terasa jelas. Benarkah begitu? Tapi, ia masih takut untuk mengakui perasaan asing yang dinamakan cinta. Anugerah yang diberikan Allah kepada manusia.

Hijrah Cinta (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang