Sudah sepekan berlalu sejak kejadian itu, Seohyun benar-benar melakukan apa yang diucapkannya pada pria itu. Ya, melupakan Kyuhyun. Namun, hati dan pikirannya seakan tak sejalan. Di saat pikirannya berusaha melupakan pria itu, hatinya justru menolak keras.
Di heningnya malam, kini tangannya kembali terangkat untuk bermunajat kepada Rabb-nya. Meminta petunjuk dalam kegundahan yang melingkupi hatinya, kelanjutan yang belum jelas akan apa yang sedang mereka jalani. Di sini dirinya lah yang menentukan semua itu, karena berulang kali pria itu terus bertanya melalui pesan singkat yang tidak juga digubrisnya.
"Ya Allah... aku ikhlaskan semua apa yang telah Engkau berikan. Jika dia... memang ditakdirkan untukku, maka dekatkanlah kami. Tetapi jika tidak... maka jauhkanlah kami. Aku percaya, Engkau tau apa yang terbaik untukku. Berilah aku petunjuk-Mu. Aamiin..."
Seohyun mengusap wajahnya dengan air mata yang jatuh membasahi kedua pipinya. Helaan napas panjang keluar dari bibirnya saat matanya tak sengaja menatap ponselnya yang tergeletak di atas ranjang. Ia meraih ponselnya, lalu membuka WhatsApp. Kesekian kalinya membaca ulang pesan dari nomor pria itu. Empat pesan yang diabaikannya.
From : Kyuhyun
Seohyun, sampai kapan kamu mau diemin saya kayak gini? Apa kamu belum bisa maafin kesalahan saya?From : Kyuhyun
Kalo kamu masih marah sama saya, terus gimana kelanjutan kita berdua?From : Kyuhyun
Keputusan ada di tangan kamu, saya harap kamu bisa pikirin dengan baik.From : Kyuhyun
Maaf... udah ganggu hari-hari kamu.
Semoga kamu baik-baik aja, Seohyun.Empat pesan terakhir yang beberapa hari lalu dikirim Kyuhyun, membuat Seohyun kesulitan untuk mengambil keputusan seorang diri. Kedua orang tuanya tidak tahu menahu mengenai masalah yang sedang dihadapinya. Ia bahkan sampai berbohong setiap kali kedua orang tuanya menanyai kondisi pria itu saat ini. Mengatakan jika pria itu sudah lebih baik, sama seperti apa yang selalu ia pinta di dalam doanya.
Tok tok tok!
Perhatiannya langsung teralihkan pada pintu kamarnya yang diketuk. Seohyun bangkit berdiri dan bergegas membuka pintu dengan sedikit berlari.
Tok tok tok!
"Iya, sebentar!" sahut Seohyun seraya membatin sebal. Pasti Minho, nih. Ck! Mau ngapain, sih, dia, pagi buta kayak gini? Gak bisa nunggu sampe matahari terbit dulu, baru gangguin gue?! Dasar!
Krekkk!
Pintu pun terbuka bersamaan dengan decakan yang hampir saja keluar dari bibirnya. "Eh... Mama... kirain Minho," gumam Seohyun, tersenyum canggung.
"Tadinya mau ngomel-ngomel, kan?" tanya Anjani, sempat melihat raut sebal di wajah cantik sang putri.
Seohyun menggaruk kepalanya yang tak gatal, tersenyum kikuk. "Tadinya aku pikir Minho, Ma. Masa pagi buta kayak gini dia mau gangguin aku."
Anjani tersenyum seraya menggeleng kecil, lalu menyentuh kepala putrinya yang tertutupi mukena dengan motif floral pemberiannya. "Alhamdulillah... makin rajin, ya, salat tahajudnya. Biar bisa memantaskan diri untuk dia, ya?"
Seketika senyum di wajahnya sirna, tergantikan dengan raut sedih yang sangat kentara. "Ma... apaan, sih?" tanya Seohyun sebal seraya berbalik. "Aku justru takut, Ma... kalo niat aku untuk berubah bukan karena Allah... tapi karena... dia. Makanya, sekarang aku berusaha untuk meluruskan niat aku," jelasnya seraya tersenyum kecil.
"Iya, Kakak bener. Seharusnya emang kayak gitu," sahut Anjani, mengagguk setuju. Ia duduk di samping putrinya, "Sejak awal Mama udah yakin dengan keputusan Kakak untuk berhijab. Niat Kakak yang paling utama karena mau mentaati perintah Allah. Terus karena Kakak sayang sama Mama, Papa, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah Cinta (SELESAI)
FanficSeohyun Pramudita Gantari, seorang gadis yang selalu tampil modis di setiap waktunya. Baginya fashion bukahlah sekadar pakaian atau aksesoris yang melekat di tubuh si pemakai, namun juga menjadi identitas diri si pemakai. Kyuhyun Abyan Athar, seoran...