Seohyun menggeliat dalam tidurnya yang sedikit terusik saat mobil yang ditumpanginya melewati jalanan berbatu. Waktu dua puluh menit pun dimanfaatkannya untuk tidur sebelum tiba di lokasi pemotretan outdoor di sebuah kampung yang terkenal akan perkebunan jeruknya milik warga sekitar. Selama di perjalanan kedua matanya terpejam, enggan membuka walaupun decakan kagum terus keluar dari bibir seorang gadis yang duduk di sampingnya.
"Dek, bangun, Dek! Udah sampe, nih!"
Perlahan kedua matanya terbuka saat suara sang manajer membangunkannya sambil menepuk-nepuk bahunya pelan. Seohyun menoleh ke samping kiri, lalu refleks memejamkan matanya kembali saat sinar matahari menyilaukannya.
"Dua puluh menit buat siap-siap. Gue tunggu di luar. Ngumpulin nyawanya jangan lama-lama, lho!" ujar Yuri, lalu bergegas turun dari mobil, membawa semua keperluan modelnya yang kini masih sibuk mengucek-ngucek mata.
"Ini... di mana? Masih di Bandung, kan?" tanya Seohyun pada dirinya sendiri yang masih di dalam mobil.
Seohyun langsung menurunkan kaca jendela mobil, lantas menopang dagu dengan tangannya yang bersandar di jendela mobil. "Oh... jadi ini kampung yang katanya indah itu? Eum... emang iya, sih. Banyak pohon jeruknya juga."
Sssrrrttt! Sssrrrttt!
Suara semprotan face mist tepat di depan wajahnya membuat Seohyun menjerit sambil memejamkan mata. "Ihh... Kak Yul! Apa-apaan banget?!"
"Hahaha... biar muka lo seger. Terus muka bantal lo kehapus," sahut Yuri seraya terkekeh geli. "Cepetan turun! Ganti baju terus make up. Gue masuk duluan ke kafe. Gak pake lama, oke!"
"Kafe? Kafe di mana?" tanya Seohyun seraya menjulurkan kepalanya ke luar jendela mobil, lantas menoleh ke sana kemari. "Masa iya ada kafe di tengah-tengah kampung kayak gini? Hmm..."
Drrrt!
Ponsel yang berada di dalam tasnya bergetar, dengan malas Seohyun pun mengambilnya, lalu mendesah begitu melihat nama penelepon yang tertera di layar ponselnya. "Jadi manajer gak sabaran banget, sih!" dengusnya sebal seraya membuka pintu mobil dengan tidak sabaran. Ia berbalik, mendapati sebuah kafe bernuansa kayu jati yang terkesan natural, memberikan nuansa hangat di dalamnya. Cukup membuat gadis itu berdecak kagum karena bisa mengetahui keberadaan kafe tersebut di tengah-tengah kampung seperti ini.
Selama dua puluh menit ia habiskan untuk make up dan berganti pakaian yang telah disiapkan oleh tata busana. Seohyun dibuat terkejut saat melihat keadaan di luar yang sebelumnya cukup sepi, tiba-tiba saja menjadi ramai, karena para warga yang mulai berdatangan.
"Gimana rasanya jadi artis dadakan?"
"Hah?! Artis dadakan?! Siapa?" tanya Seohyun seraya menoleh ke samping kanan, menatap seorang wanita yang terlihat sedang mengatur kameranya.
"Kam, lah, Seohyun."
"Aku?"
"Iya. Mereka berpikir kalo kamu itu artis, makanya pada dateng ke sini."
"Ya ampun," gumam Seohyun seraya menggelengkan kepalanya. "Kalo gini aku malu, Teh, diliatin sama mereka."
"Ihh... ngapain malu? Empat tahun jadi model, masa masih malu, sih?"
"Namanya juga orang," sahut Seohyun seraya terkekeh kecil. "Oke, bisa mulai sekarang? Lebih cepat, itu lebih baik."
"Bilang aja mau pulang cepet."
"Nah, itu tau!" sahut Seohyun seraya melangkah keluar kafe. Tanpa diduga dirinya pun disambut dengan tepukan tangan dari para warga yang berpikir jika dirinya seorang selebriti. Tak ingin membuat para warga yang berkumpul merasa kecewa, dirinya pun berpikir untuk menjelaskan yang sebenarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah Cinta (SELESAI)
FanficSeohyun Pramudita Gantari, seorang gadis yang selalu tampil modis di setiap waktunya. Baginya fashion bukahlah sekadar pakaian atau aksesoris yang melekat di tubuh si pemakai, namun juga menjadi identitas diri si pemakai. Kyuhyun Abyan Athar, seoran...