8. Sebuah Pengharapan

590 85 28
                                    

Pergerakkan tangannya yang hendak menurunkan tali mukenanya tiba-tiba saja terhenti saat teringat sesuatu. Ya, kucing kesayangannya yang seharian ini tak ia lihat batang hidung peseknya yang menggemaskan. Seohyun bangkit berdiri, melangkah keluar dari kamar tanpa melepas mukenanya lebih dulu.

"Muezza! Muezza kamu di mana, Nak? Ini Mami!" panggil Seohyun, menuruni tangga dengan terburu-buru, bergegas pergi ke kandang Muezza yang berada di teras belakang rumahnya. Ruangan berukuran 2x1,5 yang dikelilingi kawat ram berwarna hitam dan di dalamnya terdapat ranjang kecil beserta mainan kucing. "Muezza, Muezza di mana, ya?"

Tak terdengar suara kucingnya yang mengeong, membuat Seohyun heran. Ia membuka pintu kandang, mencari-cari ke tempat bermain Muezza, tapi tak ada. "Ya Allah... Muezza. Kamu ke mana, sih? Di sini juga gak ada. Mana udah malem," tanya Seohyun, rautnya berubah khawatir, lalu kembali masuk ke dalam rumah, menemui orang lain yang mungkin sempat melihat Muezza.

"Ma! Mama liat Muezza, gak?" tanya Seohyun seraya menghampiri ibunya yang kini sedang memasak di dapur.

"Mama mah gak liat. Biasanya kalo udah malem gini Muezza masuk ke kandangnya sendiri," sahut Anjani.

"Harusnya gitu. Tapi, ini gak ada."

"Udah dicari di tempat lain?" tanya Anjani seraya melirik sekilas putrinya yang berdiri di dekat meja bar dapur.

"Di atas gak ada, Ma," jawab Seohyun lirih. Seketika tubuhnya pun melemas saat membayangkan kucingnya benar-benar hilang. "Kalo ilang gimana, Ma?"

"Udah tanya Minho? Dia yang paling sering main sama Muezza. Coba, deh, kamu tanya dia," ucap Anjani seraya mematikan kompor, lalu melangkah menghampiri sang putri yang mulai menangis. "Udah, jangan nangis. Kita tanya Minho dulu. Dia ada di depan."

Seohyun hanya mengangguk seraya memeluk tubuh sang ibu erat, benar-benar takut jika kehilangan Muezza.

"Kakak kenapa, Ma?" tanya Minho, menatap ke arah ibu dan kakaknya yang kini bersandar di bahu ibunya.

Kyuhyun yang berada di sana pun refleks turut menatap ke arah gadis yang sudah dua pekan tak dilihatnya. Mukena hijau tosca yang dikenakan gadis itu membuatnya terdiam sesaat. Seharusnya memang seperti itu, gadis itu bisa menutupi keindahan yang ada pada dirinya dari laki-laki sepertinya.

Seohyun mengangkat wajahnya, lalu tertegun saat bersitatap dengan pria yang sudah dua pekan tak dilihatnya. Ia benar-benar tak ingat jika hari ini adalah jadwal pria itu mengajar sang adik, membuatnya menjadi bertemu pria itu yang diam-diam ia rindukan.

"Minho, kamu liat Muezza, gak? Kata Kakak kamu Muezza gak ada," tanya Anjani pada si bungsu yang terdiam.

"Muezza? Terakhir main sama aku, sih, tadi siang, terus habis itu gak liat lagi. Mungkin di kandangnya. Udah dicari?"

Seohyun mengangguk lemah. "Udah, tapi... gak ada, terus di atas juga gak ada. Ma, kalo Muezza ilang, gimana?" tanyanya, menatap ibunya khawatir.

Anjani menepuk-nepuk bahu putrinya yang kembali menangis, membuatnya merasa tak tega, karena tahu seberapa besar rasa sayang yang Seohyun miliki pada kucing pemberian almarhumah nenek dari ibu sang suami. "Eum... kita sama-sama cari, ya. Siapa tau... Muezza masih ada di sekitar rumah. Iya, kan?"

"Tapi, Ma... kalo gak ada, gimana, Ma? Aku takut kehilangan Muezza," gumam Seohyun pelan di sela-sela isakannya.

"Iya, Kak. Aku coba cari di luar, deh, siapa tau Muezza ada," ucap Minho, bermaksud menghibur sang kakak.

"Eum... saya boleh ikut bantu cari?"

Semua pasang mata kini menatap ke arah sosok yang baru saja membuka suara, membuat Kyuhyun tersenyum canggung menatap ketiga orang itu.

Hijrah Cinta (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang