Pertengkaran kecil mengawali hari mereka di mana ayam milik tetangga bahkan belum berkokok. Seohyun menyibak selimutnya sebal, melirik Kyuhyun yang terus memaksanya.
"Aku, kan, udah bilang, By. Aku gak mau. Jadi, jangan paksa aku. Keras kepala banget, sih!" ujar Seohyun tanpa sadar. Membuat sang suami langsung terdiam tanpa membalas ucapannya.
"Iya, seperti yang udah kamu tau jauh sebelum kita menikah. Aku orangnya emang keras kepala. Aku minta maaf udah maksa kamu," balas Kyuhyun, lalu menyibak selimutnya, beringsut turun hendak membuka pintu kamar.
Seohyun bangkit berdiri, lalu berlari kecil mengejar suaminya yang hendak membuka pintu kamar. Ia memeluk erat tubuh suaminya dari belakang, "Maafin aku, By. Aku cuma takut itu gak sesuai sama harapan kita. Nanti Hubby akan kecewa kayak dulu."
Kyuhyun menghela napas panjang. Tertunduk menatap sepasang tangan milik istrinya seraya mengusapnya lembut. Ia pun berbalik, tersenyum menatap kedua mata sang istri yang mulai berkaca-kaca. "Sekarang aku tanya. Apa sebelumnya aku pernah bilang kalo aku kecewa sama kamu karena belum hamil? Enggak, kan?"
Seohyun menggeleng kecil, menatap sang suami dengan bibir menahan tangis yang siap keluar kapan saja.
"Kalo aku kecewa, itu sama aja aku kecewa sama Allah, dong? Padahal Allah yang memberi kepercayaan itu," ucap Kyuhyun seraya menghapus air mata yang perlahan jatuh membasahi pipi sang istri. "Dan satu lagi. Di sini bukan cuma kamu yang diandalin, aku pun sama. Karena kita orang tua untuk anak-anak kita kelak."
Seohyun memeluk erat tubuh suaminya, bersamaan dengan tangisannya yang mulai pecah. Memasuki bulan kelima, dirinya semakin merasa khawatir hanya karena tak kunjung diberi sebuah kepercayaan untuk dititipkan satu nyawa di rahimnya. Pertanyaan demi pertanyaan dari orang-orang yang ia temui perihal momongan perlahan membuatnya bosan. Apa tidak bisa cukup mendoakan tanpa bertanya 'kapan?'. Kenapa orang-orang itu tidak mau tahu soal perjuangannya dengan sang suami?
Kyuhyun mengusap kepala istrinya sambil menciuminya penuh sayang. "Yang sabar, ya, Sayang. Inget, di luar sana banyak pasangan yang diuji dengan menunggu kehadiran si kecil selama bertahun-tahun, bahkan bisa sampai belasan tahun. Tapi, mereka tetap tawakkal, sabar dan ikhlas. Dan yang paling penting kita harus selalu husnudzon kepada Allah. Berbaik sangka kepada Allah itu termasuk ibadah hati yang memiliki nilai besar. Jangan pernah dengerin apa kata orang lain tentang kita. Paham?"
Seohyun mendongakkan kepalanya, lalu mengangguk kecil. "Terima kasih banyak udah jadi suami yang selalu mengingatkan pada kebaikan. Aku beruntung banget punya Hubby."
"Aku juga beruntung punya istri yang mendengarkan dengan baik setiap perkataan suaminya. Terima kasih, Istriku Sayang," ucap Kyuhyun, lalu mengapit kedua pipi sang istri dan mengecup bibir mungil itu singkat. "Jadi, gimana? Mau dicoba? Kamu udah telat tujuh hari, lho! Siapa tau kali ini rezeki kita, Sayang."
"Ya udah, deh. Tapi, aku belum beli test pack lagi," jawab Seohyun yang pada akhirnya menuruti permintaan sang suami untuk mencoba test pack.
"Aku udah beli, kok. Sebentar aku ambil dulu," sahut Kyuhyun antusias, lalu melangkah menghampiri nakas.
"Hubby kapan belinya?"
"Dua hari yang lalu, pulang ngajar. Aku sengaja gak ngasih tau kamu. Takut jadi pikiran buat kamu," ujar Kyuhyun, membawa dua test pack yang dibelinya kepada sang istri.
Seohyun tersenyum kecil menerima kedua test pack tersebut dari tangan suaminya. Setelah mereka menikah, sang suami memang mempelajari kalender menstruasinya. Sehingga tanpa perlu menjelaskan, pria itu akan langsung paham dengan kondisi tubuhnya. Terlebih di momen yang cukup penting seperti saat ini. Di mana dirinya terlambat mendapat tamu bulanannya di bulan Desember.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah Cinta (SELESAI)
FanfictionSeohyun Pramudita Gantari, seorang gadis yang selalu tampil modis di setiap waktunya. Baginya fashion bukahlah sekadar pakaian atau aksesoris yang melekat di tubuh si pemakai, namun juga menjadi identitas diri si pemakai. Kyuhyun Abyan Athar, seoran...