Fajar baru saja datang, langit masih gelap karena sang mentari belum menampakkan sinarnya. Kyuhyun dengan setia menemani sang istri berjalan pagi sejak wanita itu hamil. Terlebih kandungan sang istri telah menginjak 37 pekan, diperkirakan akan lahir di pekan ini. Ia merasa khawatir setiap kali meninggalkan wanita itu bekerja.
"Huhh..." Seohyun mengembuskan napas panjang untuk mengosongkan paru-parunya. Ia mengusap perutnya yang semakin membuncit, ditambah berat badannya yang naik hingga 17 kilogram. Membuatnya merasa tidak percaya diri, namun suaminya selalu mengingatkan jika dirinya sedang hamil kembar. Jadi, sangat wajar jika berat badannya bertambah drastis.
"Capek, ya?" tanya Kyuhyun turut mengusap perut buncit istrinya.
Seohyun mengangguk. "Jalan segini aja aku udah capek banget," ucapnya, tiba-tiba mencengkram erat tangan sang suami yang menggenggamnya.
"Sayang, kamu kenapa?"
"Gak tau, By. Kayak mules kontraksi gitu. Apa cuma kontraksi palsu lagi?"
"Jangan-jangan kamu emang mau ngelahirin? Dokter bilang perkiraan pekan ini, kan? Kemarin-kemarin juga kamu ngerasain kontraksi palsu."
"Mungkin aja, By."
"Kita duduk di kursi kafe dulu. Yuk!" ajak Kyuhyun, menuntun sang istri duduk di kursi kafe yang berada di halaman. Membersihkan daun yang gugur di atas kursi sebelum istrinya duduk di sana. "Sini, Sayang, duduk."
"Makasih, Hubby."
Kyuhyun duduk di kursi lainnya, menyodorkan botol minum yang telah ia buka. "Ini, minum dulu."
Seohyun menyedot air mineral hingga rasa hausnya hilang. Pandangannya tertuju pada sebuah rumah yang tak jauh dari kafe. Pikirannya langsung teringat pada adiknya yang mungkin belum sepenuhnya melupakan gadis itu yang telah menikah tiga bulan lalu.
"Sayang, nanti kita beli sarapan aja. Biar kamu gak repot-repot masak."
Tak ada jawaban.
"Sayang, hey! Ngeliatin apa? Pagi-pagi udah ngelamun gitu," ujar Kyuhyun karena sang istri tak meresponnya.
Kyuhyun menatap sang istri yang terdiam seperti sedang memikirkan sesuatu. Ia mencoba mengikuti arah pandang istrinya yang ternyata tertuju pada rumah orang tua Arumi.
"By..."
"Heum?"
Seohyun menatap sang suami dengan alis tertaut, hingga sebuah kalimat yang telah ia pikirkan berulang kali keluar begitu saja. "Eum... selama ini aku mikir. Apa mungkin Minho harus ngerasain ditinggal nikah sama dia... karena dulu aku bikin dia ngerasain ditinggal nikah sama laki-laki yang dia suka," ucapnya lirih.
"Hey, istigfar, Sayang," ujar Kyuhyun seraya mengusap lembut tangan sang istri, lalu beralih pada kedua pipi itu yang semakin tembam. "Kamu kayak gak ngerti apa itu takdir, bisa-bisanya ngomong kayak gitu. Udah jelas, kan, aku jodohnya sama aku. Terus Arumi sama suaminya saat ini. Dan Minho... aku yakin dia akan bertemu dengan jodohnya di waktu yang tepat, bukan tepat waktu. Jadi, kita berdoa aja, ya."
"Maaf, By. Aku ngerasa bersalah sama apa yang terjadi sama Minho," ucap Seohyun disertai rasa bersalah. "Dan harusnya dari awal aku gak kompor-komporin Minho sama dia. Ya, pasti Minho gak akan makin baper, kan?"
"Ya... gimana, ya. Soalnya aku juga dulu makin baper sama kamu karena sering dikomporin adek kamu," sahut Kyuhyun disertai tawa kecil.
"Kirain aku yang terlalu baperan. Ternyata Hubby juga gitu, toh!"
Teng teng teng teng teng!
"KUPAT TAHUUU!!"
Perhatian mereka teralihkan saat mendengar penjual kupat tahu yang berjalan ke arah mereka. Kyuhyun terkejut melihat si bapak penjual kupat tahu langganannya sejak kecil kini kembali berdagang setelah libur selama kurang lebih empat tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah Cinta (SELESAI)
FanfictionSeohyun Pramudita Gantari, seorang gadis yang selalu tampil modis di setiap waktunya. Baginya fashion bukahlah sekadar pakaian atau aksesoris yang melekat di tubuh si pemakai, namun juga menjadi identitas diri si pemakai. Kyuhyun Abyan Athar, seoran...