16. Menyampaikan Niat Baik

356 79 15
                                    

Di heningnya malam yang ditemani temaram lampu serta suara jangkrik, Kyuhyun kembali melangitkan setiap doa-doanya kepada Rabb-nya. Masih dengan doa yang sama, dirinya kembali meminta keyakinan serta ridho-Nya akan keputusan yang akan ia ambil.

"Ya Allah... semoga ini keputusan yang tepat. Bimbing lah diriku pada sesuatu yang Engkau ridhoi... dan luruskan lah niatku hanya kepada-Mu, agar aku tak kecewa. Ku serahkan hati ini pada-Mu, Ya Rabbi... pemilik hatiku dan hatinya."

Debaran di dadanya semakin hebat, disertai keyakinan di dalam hatinya. Mungkin ini memang saatnya untuk menyampaikan niat baiknya kepada gadis pilihannya. Hampir dua bulan mereka saling mengenal, tapi dalam batas yang sewajarnya saja. Kali ini ia ingin lebih mengenal gadis itu, dengan cara yang dianjurkan agama.

Seohyun... batin Kyuhyun, menyebut satu nama itu di akhir doanya. Tanpa sadar bayangan paras cantik gadis itu pun muncul di pikirannya, membuat kedua matanya yang terpejam saat itu juga langsung terbuka. "Astagfirullah... Kyuhyun, sadar, Kyuhyun!" gumamnya seraya mengusap wajahnya kasar, lalu mengembuskan napas panjang. Ini lah yang ia takutkan, saat hatinya tak bisa menjaga rasa hingga menjadikan cinta ini halal di hadapan Sang Maha Cinta.

Tok tok tok!

Pandangannya teralihkan pada pintu kamarnya yang diketuk, "Iya, siapa?"

"Ini, Ibu. Kamu udah selesai sholat?"

"Udah, Bu. Sebentar!" jawab Kyuhyun, lantas bangkit berdiri sambil melipat sajadahnya. Ia melirik jam yang telah menunjukkan pukul 04.15 pagi, tujuh belas menit menjelang sholat subuh.

Krekkk!

"Ibu ganggu kamu, ya?"

"Enggak, kok, Bu. Udah selesai juga."

"Tolong pasangin gas. Ibu lagi masak nasi, terus gasnya habis," jelas Laras. Ia pun tersenyum begitu menatap wajah tampan sang putra dengan peci hitam tersemat di kepalanya. "Anak Ibu makin ganteng aja. Kayak lagi jatuh—"

"Ya udah, aku pasangin sekarang, ya," sahut Kyuhyun cepat, dengan sengaja memotong ucapan sang ibu. "Maaf...," gumamnya seraya terkekeh kecil saat mendapati raut ibunya yang berpura-pura sebal. Ia merangkul bahu ibunya sambil melangkah menuju dapur, lalu langsung bergegas memasangkan gas.

"Udah? Makasih, ya, anak ganteng."

Kyuhyun tertawa kecil disebut seperti itu. "Ibu udah kayak ke anak kecil aja."

"Lho? Sampai kapan pun kamu tetap anak kecil Ibu yang ganteng. Salah?"

Kyuhyun pun tersenyum menanggapi ucapan ibunya, beralih melirik panci berukuran besar dengan dahi mengkerut. "Ibu mau jualan? Terus ini mau masak nasi uduk?" tanyanya, lalu membuka tutup panci tersebut.

Laras mengusap bahu putranya saat mendengar helaan napas panjang di bibir Kyuhyun. "Cuma jualan nasi uduk sama gado-gado kayak biasanya, di rumah juga. Jadi, gak akan kecapean."

"Tetep aja, Bu," sahut Kyuhyun cepat. "Aku, kan, udah bilang, Ibu gak perlu jualan lagi, istirahat aja. Bisa, kan?"

"Gak bisa!" jawab Laras tegas, lantas tertawa kecil. "Udah, Ibu cuma jualan di rumah. Jadi, jangan dilarang. Oke? Ibu juga bosen, gak ada aktifitas lagi setelah bebenah rumah. Kamu sama Mentari berangkat, jadi sepi. Terus kalo jualan, kan, bisa ngilangin jenuh. Jadi, boleh, ya?"

"Ya udah, iya, iya."

"Makasih anak ganteng," ucap Laras seraya mencubit gemas pipi putranya.

Kyuhyun melirik sekilas ibunya yang sedang mengaduk nasi. Ia pun duduk di salah satu kursi meja makan seraya berdeham pelan. "Bu, ada yang mau... aku omongin sama Ibu," ucapnya tiba-tiba, membuat sang ibu menoleh.

Hijrah Cinta (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang