Seohyun terus memandang ke segala penjuru kafe yang bisa dijangkau oleh kedua matanya. Mencari keberadaan pria itu yang tak juga tertangkap oleh retina matanya. Hampir setengah jam ia duduk di dekat meja konter, karena pikirnya sosok itu pasti akan melewati tempat ini. Setidaknya satu kali, namun hingga kini belum sama sekali. Apakah pria itu sedang libur? Dirinya tak tahu. Jika tahu begitu, lebih baik dirinya tak usah menerima tawaran Sunny yang mengajaknya nongkrong di kafe milik kekasih gadis itu. Buang-buang waktu.
Untuk kedua kalinya Sunny kembali menyeruput caramel macchiato-nya, sedangkan segelas sweet potato latte milik seseorang di hadapannya sama sekali tak tersentuh. "Lo nyari siapa, sih? Perasaan Yoona gak bisa dateng."
Tak ada jawaban.
"Kok, dia gak ada, sih?" tanya Seohyun bingung, lalu kembali menatap Sunny.
"Dia siapa?"
"Hah?"
"Ish... dari tadi lo nyariin siapa, sih?!" tanya Sunny, berdecak menatap gadis itu yang sejak tadi mengabaikannya.
"E—enggak, kok. Nyariin siapa juga?" sahut Seohyun, menatap sahabatnya gugup, lalu menyambar sweet patato latte-nya yang pasti sudah dingin, lalu menyeruputnya dengan raut tak puas.
Mata Sunny menyipit, menatap gadis di hadapannya yang membuat gerak-gerik mencurigakan. "Gue jadi curiga sama lo. Jangan-jangan diem-diem lo mau ketemuan sama gebetan baru di sini. Iya, kan? Wah... gila, sih! Secepat itu lo move on dari dia? Hebat, hebat!"
Mendengar ucapan Sunny yang justru membuatnya teringat dengan mantan kekasihnya yang sudah move on lebih dulu dibanding dirinya yang masih di tempat. "Apaan, sih?! Gimana gue mau move on, kalo lo ngomongin dia terus?"
"Iya, iya. Hampura." (Maaf)
Seketila mood-nya pun menjadi rusak karena ucapan sahabatnya, ditambah lagi sore ini dirinya tak bisa bertemu dengan pria itu. Mengingat malam ini tak ada jadwal mengajar mengaji pria itu bersama adiknya. Seohyun merasa akhir-akhir bawaannya dirinya selalu ingin bertemu dengan pria yang jelas-jelas tidak ada hubungan dengannya.
"SAYANG!!"
Seohyun menolehkan kepalanya ke belakang, lalu mendapati sosok pria kini berlari kecil ke arah mereka. Ia pun berdecak, bersiap-siap disuguhi adegan romantis seperti yang sering ia tonton di drama-drama Korea. "Ish, ngapain segala ke sini, sih? Ganggu!"
"Eh? Gak salah?" tanya Henry, berdiri di sisi meja sambil berkacak pinggang menatap gadis yang telah memprotes kehadirannya di sini. "Lo yang ganggu gue sama my sunshine, Sunny," ujarnya yang langsung disambut decakan sebal sahabat kekasihnya itu, lalu terkekeh.
"Uhh... my cutie boy, Henry. Kengen... mau peyuk kamu," ujar Sunny seraya merentangkan kedua tangannya, lalu disambut dengan pelukan kekasihnya.
Jika saja tidak ingat tempat umum, ia ingin memeluk gadisnya terus seperti ini untuk menyalurkan rasa rindunya. Dengan perasaan tidak rela Henry pun melepas pelukannya, lantas duduk di samping kekasihnya. "Udah lama, ya?"
"Sebentar, kok. Cuma tiga puluh menit."
"Maaf, Sayang. Tadi aku ada meeting sama clien. Jadi, baru bisa dateng ke sini untuk nemuin kafein aku," ucap Henry, membuat kekasihnya tersipu malu. Sedangkan gadis lainnya sibuk mencibir ucapannya dengan berpura-pura tersedak. Membuatnya berdoa agar gadis itu benar-benar tersedak.
"Uhukkk... uhukkk..." Seohyun sedikit terbatuk-batuk di tengah-tengah tawa yang berusaha ditahannya. Ia meraih selembar tisu, lalu menutup mulutnya yang masih terbatuk hingga membuat air mata berkumpul di sudut matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah Cinta (SELESAI)
FanfictionSeohyun Pramudita Gantari, seorang gadis yang selalu tampil modis di setiap waktunya. Baginya fashion bukahlah sekadar pakaian atau aksesoris yang melekat di tubuh si pemakai, namun juga menjadi identitas diri si pemakai. Kyuhyun Abyan Athar, seoran...