Seharusnya ia merasa bahagia karena menyambut hari kelahirannya yang ke duapuluh satu tahun. Namun, mood-nya yang semula baik-baik saja, seketika menjadi rusak karena niatan sang bibi yang ingin menjodohkannya dengan anak dari sahabatya. Dengan tegas ia pun menolaknya karena satu alasan yang tidak bisa dikatakannya.
Seohyun memejamkan matanya lelah setelah menerima panggilan dari sang adik yang mengatakan akan menyusul ke Jogja bersama kedua orang tuanya. Sudah sebulan dirinya berlibur ke kota kelahirannya dengan sebuah niat yang tidak diketahui siapapun. Melupakan seseorang yang tinggal di kota tempat dirinya menetap hingga saat ini. Sosok yang tak kunjung datang menemui orang tuanya dengan sebuah niat baik. Apa mungkin dirinya terlalu berharap?
Tok tok tok!
"Ndo, kamu udah siap-siap belum?"
Kedua mata Seohyun terbuka begitu mendengar suara sang bibi yang kini memanggilnya. "Ini Bude serius mau ngenalin gue sama anak sahabatnya? Ihh... kan, gue udah bilang gak mau!" gumamnya sambil mendengus sebal.
Krekkk!
"Lho, kok, malah pake piyama, sih?"
"Kan, mau tidur. Udah malem, Bude."
"Baru jam delapan. Ayo, cepetan siap-siap. Temen Bude udah di jalan ke sini. Kirain udah rapi," ucap Astrid.
"Ahh.... Budeeee.... aku gak mau....," gumam Seohyun sambil memasang wajah cemburut sebagai penolakan.
"Bude janji, kok, gak akan ngejodohin kalian. Kalo emang kamunya gak srek sama dia. Tapi, gak ada salahnya juga kalo kamu coba ketemu sama dia. Ya, siapa tau aja nyantol di hati. Ganteng, lho, dia. InsyaAllah laki-laki salih, dan orangnya sederhana. Tipe kamu, deh."
Seohyun menatap sang bibi dengan bibir manyun. Ganteng? Salih? Terus sederhana juga? Kenapa harus kayak dia, sih? Tapi... tetep aja itu bukan dia, batinnya, teringat pada pria itu.
"Bude kasih waktu tiga puluh menit untuk rapi-rapi, ya. Terus kamu juga harus pake dress yang Bude kasih itu. Gak ada penolakan!" tambah Astrid saat melihat sang keponakan hendak menolak. Lalu setelah itu dirinya pun melangkah keluar dengan senyum di wajahnya.
Seohyun menatap pintu kamar yang ditutup oleh sang bibi. "Sama banget kayak Papa. Tukang maksa. Mentang-mentang kakaknya," gumamnya, lalu beralih melirik tulle dress soft pink dengan detail frill yang tergantung di balik pintu. "Kenapa harus pake dress segala? Ketemuannya juga di rumah."
Seohyun pun bangkit berdiri, meraih dress tersebut. Saat hendak membuka sleting pada bagian dada, dirinya pun terdiam begitu membaca nama brand yang terdapat di dalam kerah tersebut. "Arumi Outfit? Ini, kan... kok, bisa? Apa Bude beli baju ini di butik dia? Apa dia buka cabang di Jogja? Kebetulan. Tapi... dia bilang gak ada yang namanya kebetulan. Terus ini takdir, gitu? Ah, tau, ah! Pusing gue," gumamnya seraya mengacak rambutnya yang tergerai bebas. "Inget! Jangan dandan cantik-cantik. Kan, bisa repot kalo anak temennya Bude naksir gue. Lagian punya Bude ada-ada aja, sih! Gak tau keponakannya lagi galau apa? Heuhhh...... pengen nangiiissss!!"
Celotehan yang keluar dari bibir gadis cantik itu mengiringi langkah kakinya masuk ke dalam kamar mandi dengan perasaan sebal. Seohyun tak tahu, apa ini bagian dari takdirnya juga? Harus bertemu dengan pria lain untuk melupakan pria itu. Namun, mengapa hatinya merasa tak rela jika itu terjadi?
***
Tiga puluh menit berlalu, Seohyun masih berbaring di ranjang sambil memeluk guling. Pikirannya tak karuan setelah nekat melihat status WhatsApp pria itu beberapa menit yang lalu. Dengan sengaja dirinya kembali melihat status tersebut, tidak peduli itu akan semakin menyakitinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah Cinta (SELESAI)
FanfictionSeohyun Pramudita Gantari, seorang gadis yang selalu tampil modis di setiap waktunya. Baginya fashion bukahlah sekadar pakaian atau aksesoris yang melekat di tubuh si pemakai, namun juga menjadi identitas diri si pemakai. Kyuhyun Abyan Athar, seoran...