20. Janjimu Baik-Baik Saja

373 71 10
                                    

Seohyun menyentuh gaun pengantin pada sebuah manekin, menatap takjub akan keindahan yang terpancar dari gaun tersebut. Guan pengantin model ball gown yang memiliki detail kerah Shanghai dan payet-payet bernuansa silver dengan rok berpotongan A-line, lantas dilengkapi dengan veil dengan detail payet menjuntai panjang. Gadis manapun yang memakai gaun cantik tersebut pasti akan terlihat sangat anggun.

"Seohyun!" panggil Sunny, menyentuh bahu Seohyun yang langsung berbalik menatapnya. "Dipanggilin malah diem aja. Lo ngeliatin apa, sih? Gaun?"

Seohyun menurunkan tangannya yang menyentuh gaun tersebut, "Gaun di sini cantik-cantik, ya?" ucapnya berbasa-basi.

"Ya udah, beli aja."

"Hah?! Buat apaan?"

"Ya... buat pernikahan lo nanti, lah!"

"Ngeledek banget, sih, Sun. Nyebelin!" gumam Seohyun, mencebik sebal. "Lo udah fix sama gaun yang tadi? Cantik-cantik juga gaunnya, pasti lo bingung."

"Gue udah tanya Henry, dia juga srek sama gaun terakhir yang gue cobain."

Seohyun menganggukkan kepalanya seraya tersenyum. "Gue juga suka. Lo keliatan makin cantik pake gaun itu."

"Bisa aja, sih, sahabat gue yang lebih cantik," kelakar Sunny, terkekeh kecil. Ia kembali memperhatikan gaun yang sejak tadi diperhatikan oleh Seohyun, "Lo gak mau nyobain gaun ini? Eum... siapa tau dalam waktu dekat ini, kan?"

Seohyun mengernyitkan dahinya saat mendengar ucapan Sunny yang seolah mengetahui sesuatu. "Maksud lo apa?"

Sunny terdiam sesaat, lalu berdeham pelan dengan senyum canggung. "Lo... sama dia, kan? Kalian pengen nikah?"

"Di—dia? Siapa?"

"Ya... dia."

"Sun!"

"Dia sahabatnya Henry. Jelas?"

Tuh, kan, bener. Udah nyebar aja, sih! Ember banget punya adek, batin Seohyun. "Kata siapa?" tanyanya berpura-pura tidak tahu.

"Kata Kak Yul, Kak Yul kata adek lo," jawab Sunny tanpa basa-basi. Lantas ia pun tersenyum lebar menatap sang sahabat yang terlihat gelisah. "Emang kenapa, sih, kalo kita tau? Apa lo udah gak anggap kita sebagai sahabat lagi?"

"Gak gitu, Sun," ucap Seohyun seraya merangkul lengan Sunny. "Eum... gue sama dia baru ta'aruf, Sun. Ya... masih tahap perkenalan gitu. Kalo kita udah yakin, baru, deh, dia... ngelamar gue."

Sunny tersenyum seraya memeluk tubuh Seohyun erat. "Aamiin... gue udah gak sabar denger kabar baik."

"Minta doa yang terbaik aja, ya, Sun."

"Pasti! Lo sahabat gue, dia sahabat Henry. Udah pasti kita doain kalian."

"Jangan disebar ke yang lain dulu, ya. Ya... gimanapun ini, kan, masih belum fix. Kita gak tau kedepannya gimana."

"Siap, Sayangku," jawab Sunny seraya mengusap lembut punggung Seohyun, lalu melepas pelukan mereka. "Serius gak mau nyobain gaunnya? Mumpung kita lagi di sini. Biar nanti lo gak ribet."

"Eum... itu, mah, gampang. Lagi pula, gue juga mau kali, bahas hal-hal yang kayak gini itu sama calon suami gue," sahut Seohyun, lalu tersenyum malu.

"Cieee..... calon suami. Gak sabar, nih!"

"Ihh... udah, ah!" ujar Seohyun seraya mengipas-ngipas wajahnya yang mulai memerah dengan kedua tangannya. Ia melirik sekilas jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. "Sun, gue gak bisa lama-lama nemenin lo di sini."

Hijrah Cinta (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang