2. Menghadirkan Rasa

485 80 18
                                    

Perlahan mobil yang ditumpanginya mulai menjauh dari rumahnya. Tapi, Seohyun tidak berhenti menolehkan kepalanya ke belakang. Hingga sosok yang sejak tadi berdiri di depan pintu gerbang rumahnya masuk ke dalam sambil mendorong sepeda motornya.

"Eheum... siapa, tuh?" tanya Sunny, melirik melalui kaca spion samping. Menyadari jika sejak tadi sahabatnya tak berhenti memperhatikan pria itu.

"Kata Nyokap guru ngajinya Minho," jawab Seohyun singkat, berusah agar terlihat tak peduli dengan Sunny yang mulai bertanya-tanya tentang pria itu.

"Oh... kirain gue gebetan lo kali," ujar Sunny, melirik Seohyun, lalu terkekeh.

"Ya... gak mungkin juga cowok kayak dia mau pacaran. Apalagi deket sama cewek. Gue gak yakin. Lo liat sendiri, kan, penampilan dia? Keliatannya, sih, alim banget. Beda sama kita-kita yang blangsak," sahut Seohyun, geli sendiri.

"Anjir, blangsak?! Kesannya anak gak bener," ucap Sunny, sedikit tak terima.

"Maksud gue bukan gitu. Setidaknya dia beda sama kita. Gitu lah intinya," ralat Seohyun langsung. "Kayaknya... dia emang cowok alim, deh. Soalnya tadi selama ngomong sama gue, gak lebih dari tiga detik dia berani natap gue. Selebihnya cuma nunduk gitu."

"Nah, kapan lagi ada cowok yang bisa gak natap lo lama-lama. Secara diri lo ini model cantik yang lagi naik pohon."

"Naik pohon? Lo pikir gue monkey!"

"Gue gak bilang gitu," sahut Sunny, terkekeh kecil. "Eum... kebayang gak, sih, seberuntung apa yang nanti jadi istrinya itu cowok? Punya suami gak pernah lirik sana lirik sini. Iya, kan?"

Seohyun pun menggeleng kecil, bukan karena tidak setuju, melainkan dirinya memiliki pendapat lain. "Kalo gue, sih... malah mikirnya, gak beruntung banget cewek yang jadi istri cowok sekaku dia. Pasti... sama sekali gak bisa romantis."

"Eh? Kata siapa lo?" protes Sunny yang merasa tak terima dengan pernyataan Seohyun. "Nih, ya, gue bilangin sama lo. Cowok yang gak pernah deket sama cewek, justru semua keromantisannya akan meledak pas nanti dia punya istri. Itu sih, yang gue liat dari abang sepupu gue. Dia gak pernah deket sama cewek, gak jauh beda sama itu cowok. Begitu nikah. Eits... jangan tanya! Bucin parah sama istrinya. Seriusan. Percaya, kan?"

Dengan iseng Seohyun menggelengkan kepalanya, lalu tertawa kecil. "Gue bisa aja percaya kalo liat semua itu sendiri."

"Ngeliat atau ngerasain sendiri?" tanya Sunny, tersenyum menggoda Seohyun.

"Apaan, sih, lo?" gumam Seohyun. Tak berniat melanjutkan obrolan mereka.

"Lo sama dia gimana? Udah balikan?"

"Bisa gak jangan bahas dia?"

Sunny menangkap raut kesal di wajah sahabatnya, begitu dirinya menyindir mantan kekasih gadis itu. "Ya... kirain kalian cuma putus bohong-bohongan."

"Mana ada putus bohongan?" tanya Seohyun, melirik sahabatnya sekilas.

"Selama ini, kan, gitu. Kalian berdua kerjaannya putus nyambung, putus nyambung. Tapi... ini udah sebulan," ujar Sunny pelan. Setelahnya dirinya merasa bersalah, karena membahas hal tersebut pada Seohyun yang kini langsung menundukkan kepalanya.

"Mungkin... dia capek sama gue yang kayak anak kecil. Makanya dia belum ada, tuh, ngajak balikan. Atau... emang udah ada yang baru," gumam Seohyun, tersenyum mengejek dirinya sendiri. Ia memejamkan kedua matanya, sebelum akhirnya mengembuskan napas berat. Sekadar untuk memberi oksigen pada dadanya yang kini terasa sangat sesak.

"Seohyun... sorry. Gue gak bermaksud untuk ngingetin tentang dia lagi," ujar Sunny, lalu menyentuh bahu gadis itu dengan gerak ragu. "Maafin gue, ya..."

Hijrah Cinta (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang