Cappuccino

2.4K 238 20
                                    

"Alena. Kakak rasa Kakak harus bekerja paruh waktu untuk hidup kita disini." Alisha menatap adiknya serius.

"Hmmmm aku pikir Mami dan Papi sudah membiayai kita Kak."

"Ya. Membiayai kita kuliah, dan membeli rumah ini untuk kita, bukan hidup. Memang, ada uang saku. Tapi aku yakin kamu juga kekurangan kan. Kakak harus kerja, Alena.."

Alena tidak bisa berkata apapun lagi.

Memang, mereka harus bekerja paruh waktu, sambil kuliah.

Tapi Alena tidak tega jika kakaknya yang bekerja sendirian, sedangkan ia tinggal menikmati hasilnya.

"Kamu mau kemana?" Tanya Alisha dengan tatapan curiga.

"Cafe. Aku sudah izin semalam."

"Kamu izin ketika Kakak tertidur! Itu tidak adil!" Alisha beranjak berdiri.

"Tapi kakak mengizinkan. Ucapan orang tidur itu yang paling jujur Kak."

"Itu bukan ucapan, Alena! Bahkan Kakak tidak sadar mengatakannya."

Alena mengangkat bahu sambil tersenyum manis.

"Aku berangkat ya Kak.."

"Jangan pulang terlalu sore hey! Sama siapa kamu? Jangan bilang sama Joshua!"

"Enggak Kak... Aku sama Claudia kok, ketemuan di cafe. Aku jalan kaki aja."

"Oke. Bagus lah. Hati-hati kamu! Jaga diri baik-baik."

"Iya Kak... Bawel deh."





***






"Itu. Yang itu. Alena Geraldine Yazuka." Tunjuk Juno, salah satu Tim Intelijen yang diberi tugas oleh Jovan.

Seorang gadis memakai sweater berwarna krem tengah berjalan anggun di deretan para cafe.

Gavino masih belum melihat wajahnya.

"Sangat mudah untuk dibunuh. Tugasmu selesai. Serahkan padaku soal ini."

Juno menepuk bahunya. "Aku pulang."

Gavino mengangguk.



Tak lama, Alena memasuki sebuah cafe dan mengambil duduk tanpa memesan terlebih dahulu.

Ia menelfon Claudia, memberitau bahwa ia sudah di lokasi.

Tak lama, Gavino masuk, mengambil duduk paling ujung, di belakang Alena.

Minimal, ia bisa mengawasi gadis itu dari belakang.

"Silahkan menunya, Tuan." Ucap pelayan.

Gavino menoleh. "Oh? Mmmmm saya pesan cappuccino dan roti bakar."

"Baik, ditunggu Tuan.."

Gavino mengangguk, kembali memperhatikan Alena.

"Ha? Nggak bisa dateng? Kok mendadak?"

Gavino mengerutkan kening mendengarkan ucapan Alena.

Ia bisa menduga, gadis itu akan bertemu dengan seseorang disini.

"Nyebelin! Jadi gue sendiri nih?"

"Yaudah deh. Have fun ya..."

Telfon ditutup.

"Pelayan!"

Seorang pelayan datang, mencatat pesanan Alena, dan pergi.

Sampai saat ini pun, Gavino belum melihat rupa gadis itu, karena Alena duduk membelakanginya.

DARK ANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang