Kabar Duka

1.1K 108 33
                                    

Ada banyak yang harus dilakukan Gavino.

24 jam penuh Alena masih belum siuman.

Ia menelfon Gino, mengabarkan duka ini.

Kedua Sekretarisnya itu bisa mengerti.

Lagi pula, Bandara Internasional itu tinggal menyelesaikan pembangunannya saja

Gavino tidak perlu melakukan rapat lagi dengan utusan presiden.

Ia memiliki 2 Sekretaris.

Katie yang selalu berambisi dalam bekerja, dan Gino yang lihai menjual omongannya untuk mendinginkan para klien.

Jadi mereka berdua sudah cukup.

Beres masalah kantor, Gavino gemetar mencari kontak Alisha.

Ia meneteskan air mata lagi.

Wanita itu mengangkat telfonnya.

"Halo?"

"Kak..." Suaranya bergetar.

"Gavino? Kenapa?"

"Alena.."

"Kenapa Alena?"

Gavino mengatur nafasnya sebentar. Mendongakkan kepala, memaksa air matanya tidak jatuh.

"Alena keguguran.."

Tak ada jawaban. Hanya terdengar suara tangisannya sendiri.

Cukup lama. Terdengar Alisha menghela nafas. Suaranya serak.

"Kamu dimana?"

"Jewish Hospital. Alena.. Belum sadarkan diri. Bayi kita.. Masih ada di dalam peti."

Alisha terdiam sebentar. "Kamu tunggu. Aku kabari yang lain. Kita harus segera kubur bayimu. Kasihan."

"Yah.."

Telfon ditutup.

Gavino berjalan ke arah Ruang Jenazah.

Ia kembali mengamati bayinya yang sudah membiru kaku di dalam peti mati.

"Nak... Maafkan Papa." Ia kembali menangis keras.

"Papa gagal menjagamu. Papa gagal menjaga Mamamu. Kalau saja Papa tidak terlalu larut dalam pekerjaan.."

Gavino tidak sanggup lagi.

Ia tersungkur di lantai, menangis keras.

Rasanya kakinya tidak sanggup menopang tubuhnya lagi.

9 bulan lamanya ia menanti hadirnya Si Jagoan.

Hanya tinggal beberapa Minggu lagi.

Dan semuanya benar-benar berbalik.









***










Peti mati berisi jenazah bayi lelaki itu segera dikuburkan dengan layak.

Jovan menyeka sudut matanya. Sedangkan Saga merangkul Gavino.

Semua orang telah menghambur pulang, menyisakan kerabat yang masih mengamati kuburan bayi itu.

"Tanpa nama. Alena nggak pernah ngasih tau siapa namanya. Dia bilang dia sudah menyiapkan nama yang indah." Ucap Gavino.

Catrine yang tengah mengandung mengelus lembut perutnya. Ikut tersedu.

Saga menghela nafas, merangkul pundak adiknya.

"Harusnya tertulis saja ; Aku. Bayi yang selalu ditinggal kerja hingga larut malam oleh Papaku." Gavino menangis terisak.

DARK ANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang