Berlian🔞

1.8K 103 22
                                    

Gavino mencium bibir Alena cukup lama.

"Hmmmmmmmmmmmuah!"

Alena tersenyum. "Hati-hati yaa...." Ia memberikan paper bag berisi kotak makan siang untuk suaminya.

"Siap! Akan kutelfon nanti. Baik-baik Sayang..."

Gavino menuju ke mobil setelah mencium kening istrinya.

Sibuk melambaikan tangan, seperti tidak ingin berpisah.

2 Minggu sejak mereka pulang dari Roma.

Miss V Alena sudah sembuh. Ia bisa melayani suaminya lagi.

Walaupun begitu, Gavino tidak berani meminta terlebih dahulu. Ia menunggu sampai istrinya siap. Ia tidak mau membuat wanita kesayangannya sakit lagi.

Dan sejak 3 hari yang lalu, ia mulai bekerja.

Sementara Gavino bekerja, Alena berdiam diri di rumah.

Ia membuat terobosan kue baru. Menerima laporan dari manajer toko.

Menonton televisi di siang hari, lalu tidur sampai Gavino pulang.

Pria itu benar-benar menepati janjinya.

Tepat pukul 3 sore, ia sudah sampai di rumah.












"Tuan merekrut banyak Sekretaris. Saya takut Tuan memecat saya." Ucap Katie.

Ia dan Gino tengah berdiri di depan meja kerja Gavino. Menunduk.

"Memangnya kalian merasa sudah membuat kesalahan?"

"Mmm.. Saya.. saya tidak yakin, Tuan." Gino gugup menjawab.

Gavino menghela nafas, menatap tajam kedua Sekretarisnya itu.

Apalagi Katie.

"Hm. Dia sering menggodaku. Aku jadi takut semakin lama dia semakin berani. Semoga saja Alena mau diajak kemari, untuk menemaniku. Tapi aku juga membutuhkan semangat kerja Katie demi perusahaan ini."

Gavino menghela nafas, membetulkan posisi duduknya.

"Saya mohon, Tuan. Jangan pecat saya..." Katie semakin membungkuk.

"Katie. Aku memerlukan ambisi kerjamu untuk perusahaan. Dan Gino. Aku membutuhkan rayuanmu untuk klien. Kenapa kalian berfikir aku akan memecat kalian?"

"Karena... Karena Tuan menambah 4 Sekretaris. Itu sangat banyak, Tuan." Gino yang menjawab.

"Ya agar kita tidak kewalahan. Agar perusahaan kita lancar. Kalian tidak perlu pulang larut malam. Apalagi aku. Aku tidak ingin kehilangan bayiku lagi."

Gino dan Katie mengangguk.

"Baik, kami..kami mengerti, Tuan."

"Kau urus pembangunan kantor di New York itu, Gino. Kliennya rewel. Ahh aku malas sekali." Ucap Gavino tegas.

Tatapan tajamnya membuat kedua Sekretarisnya itu membungkuk lebih dalam. Gemetar ketakutan.

"Baik, Tuan. Akan saya urus semuanya."

"Dan Katie! Gedung Putih meminta desain interior lantai 3 untuk Wakil Presiden. Kerahkan insinyur terbaik."

Katie mengangguk sopan. "Siap, Tuan."

Pintu ruangan Gavino terketuk dari luar.

Hanya ia yang menoleh. Kedua Sekretarisnya yang tengah ketakutan hanya menunduk dalam-dalam.

"Ada apa Sandra?" Tanya Gavino tegas kepada Resepsionis itu, Sang Pelaku yang mengetuk pintu ruangannya.

Belum sempat Sandra menjawab, kepala Alena mencungul mengintipnya.

DARK ANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang