Penyesalan

1.2K 108 11
                                    

"Tuan Gavino?"

Seruan Dr.Michelle membuatnya menoleh.

Seperti biasa, pagi ini ia rutin membawakan bingkisan makanan untuk Alena.

Sudah 2 Minggu lebih istrinya dirawat, dan ia tidak bosan bolak-balik ke rumah sakit membawakannya makanan, menengoknya dari jendela.

"Ada yang ingin saya bicarakan." Ucap Dr.Michelle.

Gavino menggenggam bingkisan lebih erat. "Oh, ya. Ada apa Dok?"

"Hari ini, Bu Alena boleh pulang. Jahitan di perutnya sudah dilepas."

Mendengar itu, mata Gavino berkaca-kaca.

Ini adalah kabar bahagia pertama sejak bayi laki-lakinya meninggal.

"Terimakasih Dok, terimakasih banyak." Berulang kali ia mengucap syukur di dalam hati.

"Tapi, lukanya baru saja kering. Bu Alena harus memakai kursi roda. Jika terlalu banyak berjalan, ataupun kelelahan, lukanya akan membasah lagi. Dia harus banyak istirahat."

"Siap. Saya akan menjaganya sebaik mungkin."

"Baik. Tuan silahkan urus administrasi. Perawat akan membantu melepas infus Bu Alena dan membawanya ke kursi roda. Setelah itu, Bu Alena boleh pulang."

Gavino mengangguk. "Baik. Mmmmm ini.."

Ia memperhatikan bingkisan makanan itu.

Dr.Michelle tersenyum hangat, menerimanya. "Akan saya berikan pada Bu Alena."

Gavino nyengir. "Terimakasih Dok. Saya urus administrasi terlebih dulu."

Dr.Michelle mengangguk, memperhatikan punggung lelaki itu yang telah berlalu.

"Benar-benar suami yang siaga. Rajin sekali, tidak pernah absen membawakan bingkisan ini."

Ia memasuki Ruang VIP Alena dan memberikan titipan itu.








Gavino berjalan terburu-buru. Tidak sabar.

"Sebentar lagi aku akan bertemu Istriku!"

Ia mengambil ponselnya, menelfon Saga.

"Halo, Kak?"

"Hm?"

"Alena pulang hari ini. Gue minta bantuan kalian semua."

"Iye." Saga sudah paham

Telfon ditutup. Gavino tersenyum lebar.

Setelah beres urusan administrasi, Gavino langsung menuju ke ruangan Alena.

Kedua pintu Ruang VIP itu terbuka. Ia dengan bebas bisa masuk ke sana.

Ia melihat seorang perawat tengah membantu Alena turun dari ranjang.

"Mmmm Suster. Biar saya saja." Gavino dengan cekatan berlari merengkuh tubuh istrinya.

"Tidak."

Jawaban Alena membuatnya terkejut.

"Tapi... Sayang.."

"Suster, tolong." Ucap Alena pada perawat itu.

Gavino menelan ludah, matanya merah ingin menangis karena sikap Alena.

Istrinya itu masih tak acuh.

Istrinya itu masih tak acuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DARK ANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang