Sunyi. Hanya ada suara derit pintu tertutup.
"Hmmmm bagus. Baru pulang kamu ya Alena!"
Alena sontak berbalik badan. "K..Kak Alisha kok udah pulang?"
"Kamu kok udah pulang? Kenapa nggak sekalian aja kamu tidur di luar sama pacar kamu itu, nggak usah pulang!!!"
"Kakak kok ngomong gitu Kak? Pacar siapa?"
"Jangan membodohi Kakak deh! Kakak pikir Kakak bakalan punya Adik yang nurut sama Kakak! Ternyata Kakak salah besar! Kakak tinggal kerja kamu malah enak-enakan piknik sama pacar kamu!"
"Kak! Apaan sih. Kalimat Kakak nyakitin aku!"
"Memang kamu pantas mendapatkannya! Lihat ini!!!"
Alisha menunjukkan foto piknik Alena dan Gavino tadi siang.
Dan itu membuat Alena benar-benar terkejut. "Kakak tadi ada disana? Kakak nggak kerja? Kakak sama siapa? Kak Joel?"
"Jangan sok tau kamu! Jangan membalikkan keadaan. Kakak itu kerja! Kakak syok dapat foto kamu ini!"
Alena kesusahan menelan ludah.
"Siapa laki-laki ini? Jawab Kakak!!!"
Alena menahan tangisnya pecah. Sungguh berusaha keras menahan.
"I..itu.. Itu Gavin. Gavino."
"Siapa nama keluarganya?! Biar Kakak temui keluarganya untuk melarang laki-laki yang bernama Gavino itu mengganggu kamu!"
Alena menangis sekarang.
"Mogilevich. Gavino Mogilevich. Orang tuanya sudah meninggal karena terbunuh Kak.."
Mendengar itu, Alisha terdiam sebentar.
Bagaimana pun, ia masih punya hati untuk merasa iba kepada orang lain.
"Masuk kamar, Alena! Kakak pastikan besok kamu diantar jemput dengan taksi, bukan Gavino! Kamu disini untuk kuliah, bukan untuk pacaran!"
Alena menunduk gemetar. Ia sudah tertangkap basah.
"Kakak bakal lebih ketat didik kamu daripada yang sebelumnya. Kakak kerja untuk kita, Alena! Jangan ngelawan Kakak!!!"
Alena menangis berlari menaiki tangga menuju ke kamarnya.
Ia benci dikekang. Sungguh.
Apalagi Alisha akan lebih ketat daripada ini.
Alena membanting pintu kamarnya dan menjatuhkan tubuhnya di ranjang.
Ia menangis keras.
Baru saja Gavino menyatakan perasaannya.
Semua kebahagiaannya dirusak oleh Kakaknya sendiri.
Alena mengambil ponselnya, dan baru membaca pesan Gavino kemarin pagi.
Ia tersenyum.
"Gavino harus tau soal ini. Aku nggak mau masalah ini semakin panjang. Yang ada aku tertekan disini."
Ia menekan tombol 'Call' di nomer telpon pria itu.
Tak lama, suara berat Gavino terdengar.
"Halo? Alena. Tumben telfon malam-malam gini...?"
"Ga..vin....."
Suara serak Alena cukup membuat Gavino terlonjak kaget.
"Kamu kenapa nangis?!"
"Kak Alisha tau kita keluar seharian tadi... Dia nemuin foto kita piknik, nggak tau dari mana. Dia bakal jaga aku ketat."
Gavino ternganga.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARK ANGEL
Romans[TAMAT] Gavino menyanggupi tugas yang diberikan Mafioso kepadanya. Namun tepat pertama kali ia melihat sasarannya, jantungnya berdesir. Dan sejak tatapan pertama, ia tidak bisa menghilangkan gadis itu dari pikirannya, walaupun fakta orang tua gadis...