Maaf🔞

2.2K 113 20
                                    

Bel berbunyi.

Alisha yang tengah memasak di dapur, menoleh.

Ia menuju ke ruang tamu, membuka pintu rumahnya.

"Alena?"

Alena langsung menghambur memeluknya erat. Menangis.

Alisha membalas pelukan adiknya.

Lihatlah, 3 hari yang lalu Gavino datang ke rumahnya.

Dan sekarang, istrinya yang datang.

Bedanya, Alena datang dengan tangisan kencang sembari memeluknya erat.

Sedangkan Gavino datang dengan wajah yang tenang, seperti aktor profesional.

"Tenanglah Dek... Ayo, duduk dulu."

Alisha menuntun Alena duduk di sofa ruang tamunya, sementara ia menuju ke dapur mengambilkan air minum untuk Adiknya itu.

Alena langsung menghabiskan segelas air putih itu, lalu mengatur nafasnya.

"Ada apa?"

"Gavino, Kak... Gavino jahat. Dia mendiamkanku selama 3 hari ini. Aku tidak tahan."

Alisha tersenyum tipis. Ia sudah yakin.

Lihatlah. Alena pasti tidak akan tahan jika didiamkan seperti itu.

Ia sangat memahami adiknya sejak kecil. Alena tidak bisa didiamkan, atau ia akan menangis.

Anak bungsu, selalu manja dan butuh perhatian.

Dan positifnya lagi, sikap Gavino membuat Alena perlahan melupakan bayinya, dan mulai fokus memikirkan sikap suaminya.

"Sampai kamu menikah pun, kamu masih aja nggak berubah, Dek."

Alisha geleng-geleng kepala, menghela nafas. "Alena... Mungkin dia sakit hati sama sikapmu? Makanya dia jadi seperti itu?"

Alena terdiam, mengingat-ingat.

Kejadian di dapur itu, saat ia membentak Gavino.

Sejak saat itu suaminya jadi dingin.

"Lalu, aku harus bagaimana? Aku masih sedih atas kehilangan bayi kita. Aku sangat merasa bersalah tidak bisa menjaga kandunganku. Itu semua salahku."

Alena semakin menangis kencang, membuat Alisha tidak tega.

"Apa-apaan ini? Kemarin Gavino berkaca-kaca merasa bersalah. Sekarang Alena menangis merasa bersalah juga?! Aku pikir Alena-lah yang membuat Gavino jadi merasa bersalah."

"Aku tidak mendengarkan ucapannya. Aku... Aku tetap memaksakan diri bekerja di toko. Aku tetap menungguinya pulang padahal ia sudah melarangku, demi kesehatan dan bayi kita. Tapi... Tapi aku tidak mendengarkannya Kak."

Alisha memeluk erat Alena, membiarkan Adiknya menangis di pundaknya.

"Apa kau tidak ingin bicara dengan Gavino? Kalau kau merasa menyesal, berarti kau harus meminta maaf. Bukan malah menciptakan jarak, Alena.."

"Minta maaf apa? Dia saja mendiamkanku seperti ini. Dia juga menciptakan jarak?"

Alisha menatapnya. "Oh ya? Kau yakin, Gavino tidak meminta maaf padamu? Kau yakin, ia yang menciptakan jarak terlebih dahulu?"

Alena terdiam. "Tidak. Gavino sudah meminta maaf bahkan saat pertama kali aku siuman, tapi aku mengabaikannya. Gavino juga selalu berusaha mengajakku bicara, melupakan semua kesedihan ini. Tapi aku selalu mengabaikannya."

Ia menangis semakin dalam. "Aku benar-benar bodoh. Gavino pasti juga terpukul atas kepergian bayi kita. Tapi dia masih berusaha menghiburku, melupakan dirinya sendiri. Akulah yang egois, selalu ingin dimengerti. Aku benar-benar egois."

DARK ANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang