Janin Laki-laki

930 94 19
                                    

Suara mobil memecah keheningan.

Alena yang hampir tertidur di sofa, langsung melebarkan matanya.

Ia tidak mau terlihat mengantuk di depan suaminya. Ia tidak mau Gavino merasa cemas.

Suara pintu dibuka dari luar, dan Alena langsung berdiri menyambut suaminya.

"Hei? Sayang..." Gavino langsung memeluk dan mencium keningnya.

"Kau sedang apa hm?" Ia melihat kain, benang, dan jarum jahit di meja ruang tamu.

"Menjahit. Aku ingin membuat kaos kaki lucu untuk anak kita. Sambil menunggumu pulang."

Gavino tersenyum. "Kau tidak lelah hm? Maafkan aku pulang larut malam lagi. Kau pasti menunggu."

"Tidak apa-apa Sayang... Aku tidak lelah. Hanya menjahit."

"Kau ke toko hari ini?"

"Yaaa, tadi. Membantu sedikit."

"Jangan terlalu lelah. Usia kandunganmu sudah 4 bulan."

"Aku tidak lelah, Sayang... Aku baik-baik saja. Kau sudah makan?"

Gavino terdiam sebentar. Sebenarnya ia sudah makan, tapi ia tidak mau mengecewakan istrinya.

"Belum. Aku sangat lapar."

Alena tersenyum. "Mandilah. Aku akan membuatkan makanan untukmu."

Gavino mengecup bibirnya. "Sebentar ya?"

Alena mengangguk.

Sementara suaminya itu menuju ke kamar, Alena memutuskan membuat bulgogi untuk makan malam suaminya.

Sebenarnya ia sangat lelah. Ia memimpin toko hari ini, membersihkan rumah, memasak, lalu menjahit.

Tapi ia tidak mau membuat Gavino khawatir. Ia tau, suaminya itu sudah sangat sibuk.


20 menit terlewat.

Gavino menuruni tangga sambil tersenyum hangat ke arah Alena.

Ia duduk dengan tertib di meja makan, sementara istrinya itu menyiapkan Bulgogi dan teh hangat untuknya.

"Waaaaaaw. Kau sudah makan?" Tanya Gavino.

Kali ini Alena menggeleng, dan ia sengaja memasak lebih banyak untuk 2 porsi.

"Aku menunggumu makan. Agar kau tidak kecewa, makan sendirian."

Mendengar itu, Gavino terdiam. Lihatlah, Istrinya ini rela menahan lapar demi menunggu dirinya pulang.

Untung saja Gavino berkata bahwa ia belum makan. Kalau ia mengatakan yang sebenarnya, ia yakin Alena pasti kecewa.

"Hmmm enak nih pasti."

Alena tersenyum melihat Gavino makan dengan lahap, benar-benar seperti orang kelaparan.

"Gavino..." Panggil Alena.

"Hm?"

"Besok jadwalku periksa kandungan."

"Tanggal berapa?"

"17."

Gavino terdiam.

"Oh astaga... Maafkan aku, Sayang. Aku lupa, benar-benar lupa. Maafkan aku. Besok Mr.Austin datang ke kantor untuk rapat. Mmmm kalau lusa bagaimana? Telat satu hari?"

Alena menghela nafas. "Baiklah... Besok lusa tidak apa-apa Sayang.."

Gavino tersenyum, membelai pipi istrinya. "Maafkan aku, Sayang... Aku janji, besok lusa kita cek kandunganmu."

DARK ANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang