12. Aquaneiita Serene Eiden

4.4K 402 73
                                    

Calum menarik tanganku menjauh dari Luke yang terlihat sangat kacau. Aku tak tau pasti apa masalah yang sebenarnya terjadi. Aku tadi hanya tak sengaja menabrak Al yang....... Entahlah. Aku tak tau pasti karena beberapa buku dan laporan yang berada di tanganku tadi membuat konsentrasiku sedikit terpecah, sampai pada akhirnya terjadilah hal bodoh itu.

Aku hanya diam selama Al yang mencaci Luke, lalu Calum yang terlihat benar-benar marah pada Luke, dan itu adalah kali pertamaku melihat Calum yang semarah itu. Aku bisa mengira kalau sebenarnya ia bukan marah pada Luke. Ia pasti marah pada dirinya sendiri. Darimana aku tau? Aku pernah memiliki beberapa teman yang se-tipe dengan Calum. Ia adalah orang yang tergolong sangatlah loyal pada siapapun. Kalian sendiri bukan bagaimana Calum kepada sahabat-sahabatnya? Tapi sekarang, ia bahkan terlihat bingung harus menyelesaikannya darimana.

"Calum, kita mau kemana?"

Aku memperhatikan sekitarku yang sama sekali belum ku kenal. Hey, aku baru seminggu bersekolah disini dan belum hafal seluk-beluk sekolah ini. Tapi sekarang Calum menarik tanganku untuk menaiki tangga dan melewati berbagai lantai gedung sekolah ini. Aku baru sadar kalau gedung sekolah ini sangatlah luas dan cukup tinggi. Bahkan kalau aku tak salah menghitung, saat ini kami sudah berada di lantai 4.

Calum sama sekali tak menjawab pertanyaanku. Ia hanya diam dan terus menarik tanganku sampai kami berada di lantai 5 gedung sekolah ini. Lantai ini begitu sepi. sepertinya ini hanya berisi beberapa lab dan aula sekolah. Ia terus menarik tanganku menuju sebuah pintu yang begitu dibuka langsung menampilkan tangga lagi. Astaga. Masih sepagi ini, ia sudah banyak membakar lemakku. Dan begitu kami sampai di atas. Angin sejuk langsung menerpa kulit wajahku. Kami berada di rooftop.

"Maaf membuatmu harus melihat kejadian tadi," ucap Calum begitu melepaskan genggaman tangannya padaku, lalu berjalan menuju tepian rooftop ini.

"Tak apa," jawabku. "Seharusnya aku yang mengatakan maaf karena aku jadi sedikit tau tentang masalah kalian."

Calum berbalik badan dengan kedua tangan yang sudah berada di dalam saku celana seragamnya. Astaga. Bahkan di tempat seperti ini, aku seperti kehilangan oksigen karenanya.

"Aku merasa gagal menjadi sahabat mereka dan kakak untuk Vally."

Aku hanya diam. Seperti dugaanku sebelumnya, ia memang tidak benar-benar marah pada Luke. Mungkin hanya kecewa, tapi setidaknya ia masih ada rasa peduli. Aku berjalan mendekatinya yang kini tengah bersandar pada tiang peyanggga.

Entahlah, sejak semalam aku menjenguknya dan ia mengajakku pergi untuk sekedar ke Starbucks, aku merasa sudah sangat dekat dengannya. Seingatku, sewaktu di Junior High, aku tak pernah sedekat ini dengannya. Aku memang mengenalnya, ia juga mengenalku. Kami pernah beberapa kali ngobrol tapi itu hanya sekedar kalimat sapaan atau salah satu diantara kami menjadi penyambung pesan. Tak seperti semalam, kami membicarakna berbagai macam hal yang terkadang out of topic. Ini terasa aneh, tapi juga terasa benar dan nyata.

"Kenapa begitu?"

"Sudah lama aku mengetahui Al menyukai Luke. Ia sering bercerita padaku dan aku memang berniat untuk mendekatkan mereka karena aku bisa melihat Luke yang sudah bisa move on dari Vally," Ia menarik nafas lalu menghembuskannya perlahan. "Tapi aku tak tau saat Vally kembali ia ternyata masih menyayangi Luke, dan setidaknya Luke masih sedikit sayang pada Vally. Sampai akhirnya semua berakhir seperti sekarang."

Aku menatap Calum yang terlihat bingung. Aku bisa tau dari raut wajahnya yang terlihat kacau. Wajahnya masih terlihat sedikit pucat dengan cucuran keringat. Apa ia masih sakit? Bahkan di saat sakit pun wajahnya masih sangat terlihat memukau. Ya Tuhan, kenapa aku jadi salah fokus?!

"Ini belum menjadi hasil akhirnya," kataku. "Aku yakin kau sudah ada rencana untuk menyelesaikan masalah ini." Ia mengangguk lalu menatapku dengan mata coklat pekatnya yang terlihat sayu.

CALUM //c.h [AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang