Chapter 7

5.8K 497 53
                                    

HAAIIII
MAAF BANGET AKU LAMA UPDATENYA, MULAI DARI CHAPTER INI AKU GANTI SUDUT PANDANGNYA YAAAA. KEMARIN-KEMARINKAN SUDUT PANDANG PEMAINNYA, SEKARANG INI SUDUT PANDANG AKU, JADI CERITANYA SEDIKIT LEBIH BANYAK DAN KONFLIKNYA GAK CUMA FOKUS DI SATU ORANG ;)

SEMOGA KALIAN SUKA YAAAA <333

***

"Kenapa Kau menunjukku, sih?" Al terus mengeluh sepanjang jalan menuju perpustakaan. Dengan kedua tangan yang terlipat di dadanya dan wajah yang terus tertekuk, ia berjalan mengikuti Luke yang berada di depannya.

Entah sudah berapa kali ia mendengar keluhan ini dari Al, tapi entah mengapa setiap kali Al mengucapkannya, terdengar begitu menggemaskan di telinganya, dan di tambah lagi dengan wajahnya yang semakin membuat Luke ingin sekali mencubit kedua pipi Al yang sedikit chubby. Pokoknya, apa pun yang Al lakukan selalu terlihat istimewa di mata seorang Luke Hemmings.

"Harusnya kau bersyukur bisa bekerja sama dengan orang tampan sepertiku, bodoh," kata Luke sambil menghentikan langkahnya. Ia tersenyum kecil saat melihat Al mendengus kesal. Ini lah yang paling Luke suka.

"Itu sama sekali tidak lucu, Hemmings. I hate you," ujar Al yang berjalan mendahului Luke dan membiarkan Luke yang tertawa di belakangnya.

"Hahaha, aku juga menyayangimu Nona Howards."

Ucapan Luke yang terdengar sangat santai tadi, memberikan efek yang cukup besar pada hati Al. Letupan-letupan aneh itu terjadi tanpa perintah. Bahkan karenanya, kakinya seketika lemas dan tak sanggup untuk kembali melanjutkan langkahnya. Ia baru sadar, ternyata sudah sejauh ini Luke berpengaruh pada dirinya.

"Aku tau kau tersanjung dengan ucapanku tadi."

Al tersentak. Ditatapnya Luke yang kini hanya beberapa langkah dari posisinya. Sebuah senyuman miring terlukis jelas di wajah tampan milik Luke. Al mengalihkan pandangan matanya yang semula terkunci oleh mata biru terang di hadapannya. Ouo, sepertinya ada yang tertangkap basah.

"Terserah katamu saja lah!"

Tanpa harus menunggu apa reaksi Luke berikutnya, Al langsung saja meninggalkan Luke yang sedang menahan tawa karena ulahnya. Dan tanpa Ia ketahui, sikapnya ini justru membuat Luke semakin tenggelam jauh ke dalam lautan rasanya.

***

Luke menutup pintu perpustakaan dengan sedikit kesusahan. Buku-buku sejarah yang berada di tangannya membuat pergerakannya terhambat. Ia terus bergumam kesal karena ia harus membawa semua buku ini sendirian. Kalau begini untuk apa ia mengajak Al tadi? Luke lebih baik kerja 2 kali daripada mengajak Al yang pada akhirnya malah ditahan oleh Mr. Bruno untuk membahasa masalah pensi.

"Sialan. Mana bisa aku melihat jalan kalau begini," gumamnya yang terus berjalan dengan hati-hati. Tubuh tingginya sama sekali tak membantu kali ini karena tumpukan buku yang dibawanya, tingginya tepat sejajar dengan matanya.

Luke sesekali mengintip dari sisi kanan atau kiri buku. Takut-takut ada yang sedang berjalan dan menabraknya, lalu semuanya jadi berantakan dan kacau. Ditambah lagi kalau nanti ia kena omel dari guru yang tengah mengajar di dalam kelas yang berada di sepanjang koridor ini. Aaahhh, membayangkannya saja Luke sudah merinding.

"Kenapa Al lama sekali," gumamnya lagi. "Apa saja yang mereka bicarakan sih?, Merep-"

BRUUKK

"Awww,"

Gotcha! Baru saja di bicarakan, Seseorang sudah berhasil menabrak Luke berserta 'tower' buku tebal yang dibawanya.

CALUM //c.h [AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang