Winter adalah waktu yang sangatlah tepat untuk bersantai di rumah dengan segelas coklat panas, cuddle, Netflix, dan melakukan semuanya bersama seseorang yang special. Tapi sayangnya, aku hanya sendiri disini, di apartmentku dengan setumpuk design-design pesanan beberapa pelangganku yang masih sangatlah berantakan.
Aku bosan. Sudah 4 hari ini aku sangatlah sulit untuk bertemu Calum, karena ia harus bolak-balik sana sini dan juga mengurus berbagai macam hal yang berhubungan dengan pensi, berbarengan dengan jadwal meeting dan laporan-laporan perusahaannya yang padat. Bahkan untuk menemuiku disaat jam istirahat seperti biasanya pun tak pernah ia lakukan karena ia selalu berada di ruang osis untuk rapat atau di aula membantu committee lainnya.
Jujur saja, aku rindu dengan pelukannya atau mungkin sedikit perhatiannya. Dalam sehari saja ia hanya mengirimiku pesan selamat pagi dan juga ucapan selamat tidur dengan berbagai kalimat manis dan juga kalimat yang menunjukkan bahwa ia sangat mencintaiku.
Kalau kalian bertanya apa hubunganku dan Calum saat ini, aku sendiri tak bisa menjawabnya. Kami semakin dekat, bahkan kami tak jarang melakukan PDA di sekolah ataupun setiap kali kami hang out dengan sahabat-sahabatnya, dan tak ada lagi kecanggungan seperti biasanya setiap kali kami mengucapkan 'I love you' satu sama lain. Jadi menurut kalian apa hubungan kami ini?
Berkali-kali aku melirik ponselku yang berada tepat di atas bantal yang tengah pangku, berharap ada sebuah pesan atau mungkin panggilan masuk yang datang dari Calum. Tapi sudah 1 jam lebih aku menunggu, tak ada satupun pesan atau mungkin miscall yang masuk. Sesibuk itukah ia sampai tak sempat untuk menghubungiku?
DRRTTT... DRRTTT... DRRTTT...
Sebuah getaran pada ponselku, membuatku buru-buru meletakkan kembali choco strawberry yang menjadi camilanku sejak tadi di atas cabinet yang berada tepat disisi sofaku. Buru-buru ku lihat display name yang tertera disana. Dan begitu aku membacanya, senyuman yang semula terkembang sempurna, mendadak hilang.
Hanya Vally yang menelphone ku ternyata.
"Ya?"
"Hei, mengapa kau jutek sekali? Kau tak senang ku telephone?"
Aku memutar kedua bola mataku sebal. Aku tak sesebal itu sebenarnya, hanya saja aku kan sedang menunggu seseorang untuk menenlphoneku, tapi begitu dering ponselku terdengar justru orang lain lah yang menghubungiku.
"Tidak, memangnya ada yang salah dengan nada bicaraku?"
Vally tertawa diseberang sana. Bisa ku pastikan ia sedang sama bosannya sepertiku karena Mike yang belakangan ini sangatlah sibuk. Ditambah lagi setiap kali Calum pulang selama 2 hari ini, mereka tak bertegur sapa. Vally bercerita padaku kalau sejak pagi kemarin Calum membentak dan meneriakinya. Memang bukan dengan sekumpulan kalimat sumpah serapah, tapi kalimat itu justru lebih menyakitkan dari kata sumpah serapah terkasar sekalipun.
Calum memintanya untuk berhenti menjadi adiknya. Apa itu kalimat yang sangat baik yang diucapkan oleh seorang kakak, meskipun ia bukanlah kakak kandungnya? Ku rasa ada yang tak beres dengan Calum belakangan ini.
"Aku tau kau sedang menunggu Calum untuk menghubungimu bukan?" tanyanya lagi sambil tertawa. Lidahku mendadak kelu. Jujur saja, meskipun hanya Vally satu-satunya orang yang mengetahui perasaanku yang sesungguhnya pada Calum, tapi aku masih suka merasa malu untuk mengakui kalau aku merindukan dan menunggu kakak nya itu. Rasanya aneh kalau aku terlalu overreacted setiap membicarakan Calum dengan adiknya sendiri.
"S..si..siapa bilang? Aku sedang sibuk men-design tau."
Lagi dan lagi, Vally tertawa. Aku tak mengerti kenapa ia senang sekali malam ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
CALUM //c.h [AU]
FanficAwalnya terlihat, ia bukanlah apa-apa dalam kisah ini. Ia lebih banyak diam dan tak mengambil banyak peran. Tapi dibalik semua itu, kalian akan tau bahwa ia memang pantas menjadi, peran utama.