Chapter 27

2.7K 289 75
                                    

Angin semilir menerpa wajah cantik milik Al begitu turun dari mobil Calum. Ia menunggu Calum yang tengah mengambil perlengkapannya untuk berlatih. Ia menyenderkan tubuhnya pada pintu mobil milik Calum. Sudah lama rasanya ia tak menemani Calum berlatih, semenjak.... Entahlah, mungkin semenjak Calum lebih sibuk dengan pekerjaannya dan Eii. Ditambah lagi dengan Al sendiri yang sibuk dengan perasaannya terhadap Luke, yang ternyata sudah terlalu banyak menyita waktu dan tenaganya.

Ia baru sadar, kalau Luke berpengaruh banyak dalam hidupnya beberapa tahun ini, sampai-sampai hatinya mendadak dingin dan tertutup hingga sulit dijangkau oleh lelaki lain, kecuali Luke. Dan ia baru juga menyadari kalau hatinya yang dingin dan tertutup itu, sama saja dengan sebongkah es batu yang diletakkan di dalam sebuah peti kayu yang mulai lapuk. Ia terlihat terlindungi, tapi akan mudah mencair dan pecah begitu terjatuh. Sayangnya, ketika sudah terjatuh terlalu sakit, keduanya tak akan mudah untuk kembali kebentuknya semula.

"Apa yang kau pikirkan?"

Al sedikit tersentak begitu Calum sudah siap dengan tas dan ranselnya yang berisi peralatan untuk latihannya. Ia menggeleng pelan sambil tersenyum. Berharap dengan begitu, Calum tak akan bertanya lebih jauh kepadanya.

"Sudahlah," sahut Calum sambil merangkulnya lalu membimbingnya untuk masuk ke dalam stadium. "Aku sudah meminta Eii untuk mengurus masalah Luke."

Mendengar jawaban Calum, membuat Al mengerutkan keningnya karena bingung.

"Kenapa Eii?"

"Kau mau melihat lelaki pujaanmu itu babak belur lagi kalau aku atau Ashton yang mengurusnya? It's no no from me, ms. Howars. Aku tak mau mengotori tanganku karena sudah menghajar sahabatku sendiri."

Mereka pun memasuki stadium yang terlihat cukup ramai. Beberapa teman team Calum yang berpapasan dengannya, menyapanya dengan hangat. Dan tak jarang ada beberapa dari mereka yang menggoda Al. Oh, siapa juga yang akan menolak pesona seorang Allison Jasmine Howards, kecuali Lucas 'stupid' Hemmings itu!?

Calum meminta Al untuk menunggunya di bleachers terdepan selama ia mengganti pakaiannya. Al hanya menganggukkan kepalanya sebagai tanda setuju. Ia lebih memilih untuk memainkan ponselnya dan memasag headset untuk mendengarkan lagu. Baru saja ia membuka lockscreen ponselnya, hatinya kembali mendadak linu karena sebuah foto yang menjadi backgroundnya. Foto yang sudah lebih dari 3 minggu lalu ia simpan dalam ponselnya karena menurutnya ini adalah foto termanis yang pernah ia punya selama ini. Foto itu adalah foto dirinya yang tengah dicium oleh Luke tepat di keningnya.

Ia baru merasa bodoh sekarang. Semua perlakuan manis dan ucapan-ucapan manis yang selalu Luke berikan padanya, hanyalah drama kebohongan yang selama ini tak pernah ia sadari. Harusnya Al sejak awal sadar bahwa Luke tak akan pernah bisa mencintainya dengan tulus karena Vally masih menjadi wanita nomor dua dalam hidupnya. Sedangkan Al? Ahh, masih dianggap sebagai salah satu sahabatnya pun Al masih bersyukur. Andai saja ia sadar akan hal ini sedari dulu, mungkin rasa sakitnya tak akan sedalam ini. Mungkin rasa bencinya tak akan besar ini. Dan mungkin melepaskannya pun tak akan sesulit ini.

Al mendengus pelan, ia kembali teringat dengan ucapan Calum selama diperjalanan menuju stadium tadi. Ia sudah menceritakan semua keluhannya pada Calum selama ini. Iyaa, ia tau kalau mereka sangatlah sering bertemu, tapi lelaki itu selalu saja bersikap sok sibuk dan tak punya waktu untuk hanya sekedar mendengarkan cerita Al.

"I never thought that he was lying. Ia bilang padaku ingin move on dari Vally sampai berjuta-juta kali dan tertarik padamu dalam artian lebih dari sahabat. Tapi ternyata, baru saja Vally bilang kalau ia merindukannya, semua pertahanannya runtuh begitu saja. Padahal Vally tak ada maksud lebih padanya."

CALUM //c.h [AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang