BRAK
"Jelaskan padaku apa yang sudah kau lalukan pada Vally?!!!"
Aku mengerang pelan merasakan sakit di kepalaku yang membentur pintu loker. Seperti yang sudah ku duga sejak semalam. Pagi ini Calum pasti akan membunuhku. I mean, ia tak mungkin membunuhku dalam artian yang sebenarnya, tapi setidaknya ada hal buruk yang ku terima darinya hari ini. Tidak sampai masuk rumah sakit dan patah tulang saja aku sudah bersyukur. Tapi ku harap itu tidak akan terjadi.
"Jawab. Aku. Hemmings!!!"
Calum memperat cengkraman tangannya pada kerah seragamku. Aku hanya bisa menatap mata coklatnya yang terlihat benar-benar menyala. Baru kali ini aku melihat Calum marah seperti ini.
"Ma-maaf," ucapku pada akhirnya tanpa menatap mata Calum dan menunduk.
Aku benar-benar merasa bersalah atas kejadian kemarin. Egolah yang mengendalikanku kemarin sampai aku lupa diri. Sumpah demi apapun, semua kejadian itu diluar kendaliku. Dan aku sama sekali tak mengira kalau Vally akan datang bersama Mike kemarin.
Calum menghembuskan nafas kasar. Ia melepaskan cengkramannya pada kerah seragamku, kemudian mundur beberapa langkah. Aku merapikan seragamku dan berusaha untuk berdiri tegap di hadapannya. Suasana menjadi awkward. Sialan. Kenapa ini lebih terkesan aku seperti anak perempuan? Penakut sekali aku.
"Tak seharusnya kau meminta maaf padaku," ucapnya masih menatap lurus tepat di mataku. "Vally benar-benar sakit karena kejadian kemarin. Ia demam dan tak mau makan sejak semalam."
Aku menatap Calum tak percaya. Perasaan bersalah semakin membuat dadaku sesak. Aku sangat tau kalau ini akan terjadi. Vally adalah type yang selalu menyiksa dirinya jika berada dalam masalah. Apapun masalah itu. Bahkan dulu ia sempat hampir melakukan cutting dan bunuh diri karena melihat kedua orang tuanya bertengkar hebat dan saat itu Calum sedang tak ada di rumah. Untung saja aku datang untuk berkunjung dan sempat mencegahnya. Semoga saja hal ini tidak akan terjadi.
"Aku benar-benar minta maaf untuk itu, Cal. Aku sama sekali tak-"
"AKU BILANG, AKU TAK BUTUH PENJELASANMU!"
Calum berteriak tepat di depan wajahku. Aku hanya bisa menutup kedua mataku, karena jarak kami yang begitu dekat. Oh bagus sekali Luke. Bahkan Calum yang selalu menjadi orang paling tenang sekarang benar-benar marah padamu! Siapa lagi setelah ini?
Wajah Calum memerah. Bisa ku lihat, ia mencengkram erat kedua tangannya sendiri. Mungkin ia ingin memukulku. Kenapa ia tak melakukannya sejak tadi agar ia puas?
"Aku sudah sangat percaya padamu untuk menjaga Vally. Tapi apa yang sekarang kau lakukan?!" tanya Calum dengan nada marah yang tertahan. Aku membalas tatapan matanya yang masih belum berubah. Tersirat sebuha kekecewaan di dalam sana. Haah, aku sudah merusak kepercayaan yang sudah Calum berikan.
"Vally menyayangimu. Masih sama seperti dulu sebelum kalian berpisah dan kau tau akan hal itu!" Calum memundurkan tubuhnya beberapa langkah dari tubuhku. "Aku tau tak seharusnya Vally seperti itu karena ia yang memutuskan hubungan kalian, tapi bisakah kau menjaga sedikit perasaannya? Aku tak menyuruhmu untuk kembali padanya, Luke. Apa itu sangat sulit?"
"Maaf," kataku setelah pidato panjangnya. Calum mengacak rambutnya frustasi. Aku sangat tau kalau ia sedang berusaha keras untuk menahan emosinya.
"Bisakah kau mengucapkan kata lain selain maaf?!"
Kami terdiam. Suasana koridor ini benar-benar sepi karena memang ini terlalu pagi untuk para siswa datang. Aku sengaja datang sepagi ini untuk menghindar dari Calum. Tapi Tuhan berkehendak lain. Aku terlalu linglung sampai bisa lupa kalau Calum adalah type siswa yang selalu datang sangat pagi.
![](https://img.wattpad.com/cover/23673400-288-k52322.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
CALUM //c.h [AU]
FanficAwalnya terlihat, ia bukanlah apa-apa dalam kisah ini. Ia lebih banyak diam dan tak mengambil banyak peran. Tapi dibalik semua itu, kalian akan tau bahwa ia memang pantas menjadi, peran utama.