"Jadi, kapan Calum bisa pulang?"
Mr. Jackson tersenyum singkat mendengar pertanyaan Vally. Dilepaskannya stetoskop yang menggantung pada telinganya. Ia melirik Calum sejenak yang juga tengah tersenyum dengan tatapan mata yang sudah ia pahami. Tatapan memohon dan penuh harapan. Ia beralih pada Vally yang berdiri tepat di seberangnya, lebih tepatnya sisi kanan kiri kasur Calum.
"Keadaanya sudah cukup stabil," jawab Mr. Jackson sambil tersenyum. Ia berjalan mendekati suster yang tengah mencatat beberapa hasil pemeriksaan pagi ini. "Tapi aku harus melihat bagaimana kondisinya selama 3 hari ke depan."
"Lama sekali?" kali ini Calum yang angkat bicara. Ia terlihat kaget, karena biasanya Mr. Jackson tak pernah menahannya untuk pulang selama itu.
"Kondisimu kemarin sangatlah menyedihkan, Calum. Aku harus memastikan kalau kau 'baik-baik saja'," jawab Mr. Jackson dengan penuh penekana diakhir kalimatnya.
Mr. Jackson berjalan menuju wastafel yang berada di sudut ruangan setelah memastikan apa yang dicatat oleh susternya benar. Ia kembali menatap Vally melalui pantulan cermin di hadapannya.
"Pastikan kalau kakakmu ini makan dengan baik dan meminum obatnya tepat waktu, Vally."
Vally sedikit tersentak begitu menyadari Mr. Jackson sedang berbicara kepadanya. Ia melamun tadi. Ia merasakan ada hal aneh yang terjadi dengan Calum dan ia tak tau apa-apa soal itu. Seperti ada yang disembunyikan oleh Calum dan Mr. Jackson. Bahkan Vally sejak kemarin tak boleh melihat laporan hasil pemeriksaan Calum, padahal biasanya Mom nya suka bertanya pada suster akan hal itu. Ia merasa ada yang ganjil disini.
"Apa kau mengerti?" tanya Mr. Jackson sekali lagi pada Vally.
"Baiklah, dok."
Mr. Jackson kembali mendekati Calum. Ia sudah menganggap Calum seperti anaknya sendiri karena saat ini Calum lah satu-satu nya pasien yang harus ia prioritaskan. Ia mengelus puncak kepala Calum pelan. Ia sering melakukan ini untuk menyampaikan rasa iba dan sayangnya pada Calum, sejak lelaki itu sering masuk rumah sakit dan di rawat. Apalagi setiap kali mengingat penyakit mengerikan yang bersarang dalam tubuhnya di usianya yang sangat muda ini.
"Ku harap kau mau mendengarkan ucapanku kali ini, Calum."
Calum hanya diam. Ia tak tau harus menjawab apa. Ia melirik Vally yang ada di sebelahnya. Ia panik. Takut kalau Vally curiga padanya dan Mr. Jackson. Apa yang harus ia jelaskan nanti kalau Vally bertanya hal-hal aneh setelah ini? Ia tak mau adiknya ini tau kalau penyakit sialan itu perlahan mulai menguasai tubuhnya.
"Aku permisi dulu," ujar Mr. Jackson setelah itu. "Jaga kakakmu baik-baik, Vall."
Kali ini Vally mengangguk. Ia menatap punggung Mr. Jackson dan Calum bergantian. Pertanyaan yang sejak tadi menyusik otaknya sudah siap keluar dari bibirnya. Ia tak bisa menahan terlalu lama.
"So?," ucap Vally setelah kamar inap Calum kembali sepi. "Apa yang kau sembunyikan dariku selama ini?"
Skakmat.
***
Ashton menghentikan langkahnya tepat di depan ruangn kelas piano. Ia penasaran dengan Flo yang baru saja masuk ke dalam kelas untuk mengajar sekitar 30 menit yang lalu. Apa gadis menyeramkan seperti dia bisa bermain piano? Itulah yang ada di dalam pikiran Ashton saat mengantarkan Flo ke ruangan kelas khusus piano.
Ia juga bingung darimana Uncle Bob, paman nya itu bisa bertemu dengan Flo. Setaunya Flo itu berasal dari keluarga pebisnis yang sangat disegani. Ashton yakin apapun yang gadis ini inginkan pasti kedua orang tuanya akan mengabulkannya. Tapi kenapa sekarang ia mengajar disini?

KAMU SEDANG MEMBACA
CALUM //c.h [AU]
FanficAwalnya terlihat, ia bukanlah apa-apa dalam kisah ini. Ia lebih banyak diam dan tak mengambil banyak peran. Tapi dibalik semua itu, kalian akan tau bahwa ia memang pantas menjadi, peran utama.