Ashton pergi. Meninggalkan kami bertiga dengan emosi yang berbeda-beda. Sejujurnya aku tak begitu marah padanya. Aku hanya sedikit kecewa padanya karena ia tak memberi tau satu diantara atau bahkan kami semua tentang penyakit Calum. Dan bodohnya, kenapa ia lebih memilih untuk menuruti semua ucapan dan permohonan Calum yang keadaanya sangatlah tak baik.
"Seharusnya kau tak bertindak seperti tadi, Mike."
Aku menolehkan pandanganku pada Al kini menatap Mike kesal dengan kedua tangan yang terlipat di depan dadanya. Ya Tuhan, kenapa aku baru sadar kalau wajar marahnya saja terlihat sangat menggemaskan?
"Kenapa kau jadi menyalahkanku? Kau kan juga memarahinya."
"Tapi kan kau tadi nyaris memukulnya.""Itu hanya pancingan. Aku tak semarah itu padanya. Aku kira ia tak akan sampai semarah itu."
"Intinya ini tetap salahmu."
"What the f-""Guys, can you both stop?" Aku memukul pelan meja kami untuk menghentikan perdebatan kecil antara Mike dan Al ini. Mereka pun berhenti dan menatapku sekilas. "Lebih baik kita segera kembali ke rumah sakit. Mungkin Ash masih ada di sana."
Tanpa menunggu kalimat persetujuan dari mereka berdua, aku pun bangkit dari kursiku lalu berjalan meninggalkan mereka yang bergumam tak jelas dibelakangku. Jujur saja, ada perasaan canggung diantara kami.
Meski aku dan Mike sudah saling memaafkan satu sama lain, tapi perasaan canggung itu tak bisa hilang. Kami hanya berinteraksi seperlunya. Karena jujur saja, setiap kali aku melihatnya, rasa kesal masih ada di dadaku. Atau mungkin lebih tepatnya, masih ada perasaan yang tersisa di dalam sana untuk Vally namun harus terbagi dengan perasaanku pada Al. Oh Luke, stop this! Kenapa kau berubah menjadi seseorang yang serakah seperti ini?
Terjadi keheningan diantara kami selama perjalanan singkat kami menuju kamar inap Calum yang berada di lantai 3 rumah sakit. Mike dan Al selalu berdampingan, sedangkan aku selalu berada di depan mereka, jujur saja, aku merindukan mereka berdua. Aku merindukan saat-saat dimana kami melakukan hal bodoh bersama. Bahkan Mike selalu mengajak kami untuk membuat keributan dimana pun kami berada, termasuk di rumah sakit seperti ini. Atau paling tidak, aku merindukan setiap kali mereka mengejekku atau mungkin menertawakan kebodohanku setiap kali membuat jokes. Dan aku tak tau, kapan semua itu akan kembali seperti semula.
"Hei, darimana saja kalian?" tanya Vally begitu kami membuka pintu ruangan. Oh, sudah ada Eii yang terlihat baru saja menyuapi Calum makanan. Mike langsung mendekati Vally dan memeluknya dari samping dan tak lupa memberikan sebuah kecupan di pucuk kepalanya. Haahh, I used to be the one who do those things before."Dimana Ashton? Bukannya kalian pergi bersamanya?" tanya Calum dengan suaranya yang masih sedikit serak dan pelan. Wow, baru kali ini aku mendengarnya berbicara selemah ini.
Mike menatapku dan Al bergantian. Aku dan Al pun melakukan hal yang sama. Hingga akhirnya, diamnya kami ter-distract oleh desahan panjang yang keluar dari mulut Calum. "Yeah, I got it."
Belum sempat satu diantara kami bertiga menjawab. Vally terlihat melepas pelukan Mike lalu menarik lengan Eii pelan. "Temani aku ke bawah. Ada yang ingin aku beli di mini market." Dan tanpa menunggu jawaban dari Eii, mereka berdua pun berlalu meninggalkan kami berempat.
"Sebenarnya-"
"Ashton tak salah. Aku yang memintanya untuk menutupi ini dari kalian."
Calum memotong ucapan Al begitu saja. Kami bertiga kini sudah mengelilingi kasur rawat Calum. Ia menatap kami satu persatu dengan tatapan tajamnya yang tak berubah meskipun kondisinya menurun seperti sekarang ini.
"Right, aku minta maaf pada kalian karena aku menutupi penyakitku ini. Tapi sekarang kalian sudah tau bukan? Aku mengidap kanker lambung stadium tiga dengan harapan untuk hidup 2 sampai 3 tahun lagi. Itu pun kalau Tuhan masih berkehendak aku-"

KAMU SEDANG MEMBACA
CALUM //c.h [AU]
FanficAwalnya terlihat, ia bukanlah apa-apa dalam kisah ini. Ia lebih banyak diam dan tak mengambil banyak peran. Tapi dibalik semua itu, kalian akan tau bahwa ia memang pantas menjadi, peran utama.