Bulan demi bulan berlalu. Hubungan Calum dan Eii jauh dari kata pertengakaran hebat atau bahkan perdebatan kecil lainnya. Keduanya saling mengisi dan mengerti satu sama lain. Dan itu membuat sahabat-sahabat mereka merasa senang melihat kebahagian pasangan itu. Ditambah lagi kondisi kesehatan Calum yang belakangan ini sungguh sangat luar biasa berkembang pesat dikarenakan Eii yang selalu menemani Calum untuk melakukan check-up maupun kemo sekalipun.
Dan Luke? Well... he's good. But who knows about his heart? Luke terlihat biasa saja dan juga senang dengan hubungan Calum dan juga Eii, even, jauh di lubuk hati terdalamnya, ia merindukan waktu-waktu yang sering dilaluinya bersama Eii sebelum Calum mengakui semuanya pada gadis itu. Dan ia benci untuk mengakui kalau Eii mulai sedikit banyak mengambil perhatiannya.
Siang ini, tepat di minggu pertama musim panas. Foot Ball team Calum dan juga Niall mengikuti pertandingan antar club yang selalu diadakan setiap kali libur musim panas tiba. Eii dan juga Al dengan semangat menggiring para sahabat mereka untuk mendukung kedua kekasih mereka.
"Kau yakin kau tak apa?" Tanya Eii pada Calum. Ia menangkup wajah Calum yang terlihat lebih pucat dari biasanya. Perasaan takut sudah sejak tadi menyelimutinya. Ia takut akan terjadi suatu hal yang tak diinginkannya terjadi.
"I'm fine," sahut Calum sembari tersenyum. Digenggamnya tangan Eii yang tadi menangkup wajahnya dan diusapnya dengan lembut. Memberikan keyakinan pada kekasihnya ini kalau ia baik-baik saja meskipun sebenarnya ia sangatlah tau kalau ia tak baik-baik saja.
"Hey, Luke!"
Luke yang merasa terpanggil oleh Calum pun mendekat dengan wajah bingungnya. Ia yang semula sedang mengobrol dengan sahabat-sahabatnya yang lain dan juga Niall pun akhirnya menghampiri Calum dan juga Eii yang berjarak beberapa meter darinya.
"Right," ucap Calum sambil menangkup erat wajah Eii yang cukup chubby. "Kau tak perlu mengkhawatirkanku karena aku baik-baik saja. Aku hanya kurang tidur semalam karena pekerjaanku yang menumpuk. Sekarang pergi lah ke bleacher bersama yang lain, dan berikan aku dukungan paling semangat."
Calum kini beralih pada Luke yang kini sudah berada di sisi kiri Eii. Hatinya berdesir. Setelah beberapa bulan tak melihat Eii berdampingan dengan Luke membuatnya merasa sedikit aneh melihat keduanya berada dalam jarak sedekat ini. Ditambah lagi, hati kecilnya mengatakan kalau keduanya terlihat ditakdirkan untuk bersama, meski keduanya mungkin tak pernah ingin bersama.
"Luke, bisa kau menjaganya selama aku di lapangan?"
Luke hanya mengangguk singkat. Ia sudah kebal dengan jenis permintaan Calum ini. Lagipula ia senang. Setelah lama tak berdekatan dengan Eii, tibalah akhirnya mereka kembali 'didekatkan' oleh Calum.
"Cal, lebih baik kau beristirahat. Aku—"
"Ssstt, I'm fine. Izinkan aku bermain untuk terakhir kalinya. Oke?"
Belum sempat Eii kembali membantah ucapan Calum, kekasih nya itu langsung menariknya ke dalam pelukan hangat yang selalu memberikan kenyamanan. "I'll be fine. I promise."
Dan setelah ia menyelesaikan ucapannya, sebuah kecupan yang cukup lama ia berikan pada Eii tepat di kening gadis itu. Menyalurkan rasa cintanya dan berharap gadisnya ini bisa merasa lebih tenang.
"Luke, take care of her."
Setelah itu, Calum pun menjauh. Berlari kecil memasuki lapangan bersama dengan para pemain satu tim nya, meninggalkan Eii yang kini berada dalam rangkulan hangat milik Luke. Entah apa yang membuatnya merasa takut ketika melihat punggung Calum yang menjauh. Ada perasaan takut yang tak bisa ia hilangkan dan hindari. Perasaan itu membuatnya merasa sesak dan ingin menangis sekeras-kerasnya. Dan yang terburuk, ia merasa kalau Calum tak akan pernah kembali lagi setelah ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
CALUM //c.h [AU]
FanfictionAwalnya terlihat, ia bukanlah apa-apa dalam kisah ini. Ia lebih banyak diam dan tak mengambil banyak peran. Tapi dibalik semua itu, kalian akan tau bahwa ia memang pantas menjadi, peran utama.