Udara pagi ini jauh lebih menusuk dari pagi-pagi sebelumnya. Angin musim gugur yang biasanya terasa sejuk, kini mulai menurun dan berubah menjadi sangat dingin menusuk. Oh, sepertinya musim dingin akan segera tiba.
Lelaki berambut hitam ini, berjalan sedikit mengendap-endap. Ia menengok kearah kanan dan kiri, memastikan bahwa koridor sekolah saat ini masih sangatlah sepi. Setelah yakin bahwa koridor sepi, ia segera bergegas menuju sebuah loker yang slelau ia singgahi setiap harinya, sebelum ia pergi menuju lokernya sendiri.
Ia kembali menengok ke arah kanan dan kiri begitu ia sudah berada tepat di depan loker incarannya. Ia memastikan keadaan sekitarnya yang sepi sejak tadi. Ia sedikit merasa bingung karena menurutnya ia sudah datang cukup siang hari ini, tapi keadaan sekolah masih sangatlah sepi. Oh, seharusnya kau sadar kalau musim dingin segera tiba boy, karena itu artinya libur natal akan segera datang dan membuat semua orang merasa malas untuk bersekolah.
Setelah merasa cukup aman, ia merogoh tas ranselnya seperti mencari sesuatu. Ia tersenyum senang begitu tangannya berhasil menemukan sebuah amplop berwarna baby blue dari dalam ranselnya tersebut. Ia kembali memastikan keadaan, lalu buru-buru memasukkan amplop tersebut ke dalam loker di hadapannya.
Ia tersenyum lega karena misi setiap paginya berhasil, sekarang, ia hanya tinggal meletakkan sebuah coklat batang pada sebuah pot bunga yang berada tak jauh dari loker tersebut. Ia menundukkan sedikit bahunya, lalu menyembunyikan coklat tersebut.
"Cal? Apa yang sedang kau lakukan?"
Mendengar teguran tersebut, ia langsung tersentak. Di dalam hati ia merutuki dirinya sendiri yang bergerak begitu lamban, padahal hanya untuk meletakkan surat dan sebua coklat seperti biasanya. Dan sekarang, lihatlah sang target utama, berada tepat dibelakangnya.
"Calum?"
Eii menepuk pelan bahu Calum yang masih berjongkok di depan sebuah pot. Baru kali ini ia melihat Calum berkeliaran di sekitaran lokernya sepagi ini dan hanya seorang diri. Tak ada tanda-tanda Vally yang datang bersamanya.
"Hei, kau tak apa?"
Karena tak mendapatkan jawaban sejak tadi, Eii bergegas menuju hadapan Calum yang tengah menundukkan kepalanya. Andai saja Eii tau, bahwa Calum sejak tadi tengah berpikir, mencari alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan gadis itu, mungkin ia tak akan sepanik saat ini.
"Umm, perutku sedikit mual," jawab Calum lirih. Untuk kali ini ia merasa beruntung, 'penyakitnya' mendadak kumat disaat yang tepat. Walaupun sebenarnya, ia tak ingin terlihat begitu lemah di depan Eii, tapi tak ada cara lain, selain ini.
Mendengar jawaban Calum tersebut, Eii semakin panik. Ia terlihat membantu Calum untuk berdiri dari posisinya tadi. Lalu memapahnya menuju sebuah kursi panjang yang berada di sisi lokernya. Setelah mendudukkan Calum, ia merogoh tas ranselnya, mengeluarkan kotak bekal yang memang sengaja ia bawa untuk Calum hari ini. Dan tak lupa sebuah botol yang berisi air teh hangat.
"Makanlah," katanya sambil menyodorkan kotak makanan tersebut pada Calum yang tengah menekan perut sebelah kirinya. "Aku tau kalau kau akan sibuk hari ini, makanya aku membuatkanmu bekal."
Calum tersenyum kecil. Inilah salah satu dari sekian banyaknya alasan mengapa ia jatuh semakin dalam pada Eii. 'Gadisnya' ini selalu membuatnya merasa dicintai walau hanya dengan perlakuan kecilnya yang begitu manis. Ia senang, tapi ia juga merasa bersalah disaat yang bersamaan. Ia bukan merasa terlalu percaya diri atau apapun itu, tapi ia yakin Eii juga merasakan hal yang sama dengannya saat ini. Dan itu membuatnya semakin merasa berat untuk meninggalkan Eii suatu saat nanti.
"Aku akan memakannya di kelas nanti," jawab Calum sambil menerima kotak bekal berserta botol minuman dari tangan Eii. Ia memasukkan keduanya ke dalam tas ranselnya, lalu beralih pada Eii yang kini berada di sebelahnya dan menatap wajahnya dengan seksama.

KAMU SEDANG MEMBACA
CALUM //c.h [AU]
FanfictionAwalnya terlihat, ia bukanlah apa-apa dalam kisah ini. Ia lebih banyak diam dan tak mengambil banyak peran. Tapi dibalik semua itu, kalian akan tau bahwa ia memang pantas menjadi, peran utama.