26. Ashton Fletcher Irwin

2.1K 263 28
                                    

Sial!

Bagaimana bisa aku mati kutu di depan Mike!? Mana mungkin aku menyukai Flo yang selalu bersikap 'kurang baik' kepadaku sejak pertama kali mengenalnya. Catat. Sejak hari pertama aku mengenalnya. Hebat bukan?

Dan karena masalah sialan itu, aku tak tau harus berkata apa padanya sekarang. Jangankan untuk membujuk, meminta maaf, atau merayunya, untuk menyapanya saja aku sudah takut dan malas. Ku rasa kalau kami tak saling memiliki urusan pensi ini, ia pasti tak ingin bertemu denganku apalagi mengajakku berbicara. Jadi? Bagaimana ini?

Aku membuka pintu ruang kesehatan, dan langsung menengok ke arah kanan dimana Flo tengah duduk di salah satu kursi tunggu sambil memainkan ponselnya. Wajahnya tertekuk. Ku rasa, ia benar-benar merasa terpaksa untuk menemuiku kali ini.

"Ekhm,"

Flo menoleh sekilas kearahku, lalu kembali menatap layar ponselnya. Aku pun mencoba untuk mendekatinya dan duduk tepat di sebelahnya. Setidaknya aku harus meminta maaf duluan padanya, karena aku duluan lah yang membuat masalah.

"So, apa yang-"

"Kepala sekolah meminta kita untuk bertemu dengannya besok dan menjelaskan semua laporan. Sedangkan laporan kita masih sangat berantakan."

Belum selesai aku bertanya, ia sudah memotong ucapanku sambil berdiri dari duduknya. Kini ia berdiri tepat 5 langkah di depanku dengan kedua tangan yang ia lipat di dadanya. Dan jangan lupa dengan wajah datar tanpa ekspresi yang sudah selama beberapa hari ini ia berikan padaku. Sial, kalau begini terus kapan aku berani untuk meminta maaf padanya?

"Jadi kita-"

"Oh dan satu lagi," katanya kembali menyela ucapanku. "Uncle Rob meminta kita untuk ke sekolah musik sepulang sekolah ini karena ada hal yang ingin ia bicarakan. Ia sudah menghubungimu sejak tadi tapi kau tak meresponnya."

Aku mendengus pelan. Kenapa wanita itu selalu bertingkah sesukanya? Dan itu berlaku pada semuanya. Bahkan Al yang sudah sangat lama ku kenal pun masih sering membuatku kesal setiap kali ia membuat keputusan secara sepihak, tak jauh berbeda dengan nona jutek dan dingin di hadapanku ini.

"Ada lagi yang ingin kau sampaikan?" tanyaku sebelum ia menyela setiap ucapanku padahal aku belum sempat untuk bertanya padanya.

"Sebenarnya," katanya menggantung. Ia meng- scroll ponselnya beberapa saat. "Aku malas untuk mengatakan ini, tapi berhubung mobilku masih berada dibengkel sampai sore nanti, mau tak mau aku harus pergi bersamamu saat ke sekolah musik nanti."

Mendengar ucapannya ini, entah kenapa aku mendadak senang. Jujur saja aku langsung tersenyum sumringah begitu ia selesai mengucapkan kalimat panjangnya tadi. Itu artinya, ia sudah mau memaafkanku bukan?

Tapi belum sempat aku mengucapkan kata sepakat, ia pun bergegas pergi, dan mengucapkan sesuatu tanpa menoleh sedikit pun kearahku.

"Kau jangan senang dulu, Irwin," katanya dengan nada yang dingin. "Ini bukan artinya aku sudah memaafkanmu." Dan setelah itu, ia pergi meninggalkanku sendiri, di lorong yang sepi ini.

Oh Fuck! Kenapa aku mendadak linglung dan takut hanya untuk mengucapkan kata maaf padanya? Ada apa denganku!?

***

Sudah lebih dari 30 menit, aku berkeliling Sekolah hanya untuk mencari keberadaan Flo yang..... sungguh entahlah dimana ia bersembunyi sampai aku benar-benar tak bisa menemukannya. Apa mungkin ia mengerjaiku dan ternyata ia sudah pergi ke Sekolah Musik sejak tadi!? Sial! Bagaimana bisa aku langsung percaya begitu saja dengan si nenek sihir itu!?

CALUM //c.h [AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang