Epilogue

2.4K 242 113
                                    

-AN-

Super long chapter. I hope you enjoy this and not getting bored hehehe

***

15 years later

Wanita itu keluar dari sebuah kamar dengan wajah berseri. Dikedua tangannya terdapat setumpuk amplop berwarna baby blue dan juga kertas putih polos. Ia juga terlihat sedang mengapit dua buat jar berukuran besar. Ini adalah saat yang selalu ia tunggu-tunggu sejak 5 tahun lalu. Disaat semua siap dan berkumpul dengan bahagia seperti sekarang ini.

Dari arah ruang keluarga, ia bisa mendengar suara gelak tawa dan juga teriak-teriakan dari anak-anak kecil yang tengah berlari kesana kemari dengan bola plastik kecil berwarna warna-warni yang saling mereka lempari.

"Ini dia yang kita tunggu sejak tadi," kata seorang lelaki berambut sedikit keriting yang tengah merangkul hangat istrinya yang tengah memangku seorang anak perempuan berusia sekitar 2 tahun.

"Hai guys," sapa wanita itu.

"Astaga Eii!!! Aku merindukanmu!!!"

Eii, wanita itu, membalas pelukan erat salah satu sahabatnya. "Aku juga merindukanmu, Val. Bagaimana kandunganmu?"

Vally terkekeh pelan. Dengan perut yang sedikit membuncit membuatnya sedikit kesulitan untuk memeluk tubuh Eii. Rasanya tak bertemu dengan sahabatnya itu selama 5 tahun membuatnya sangat merindukan wanita itu.

"Kau hanya merindukan Vally?" Tanya wanita berambut pirang dalam rangkulan suaminya. "Kau sungguh pilih kasih."

"Oh God, Al. Aku juga merindukanmu, dan tentu saja yang lainnya. Bahkan aku merindukan rumah ini, cuaca London yang berbeda dengan Paris, dan kehangatan berkumpul bersama kalian."

Kini Eii memeluk erat tubuh Al dan Niall yang berada disebelahnya secara bergantian. Lalu bergilir menuju Flo yang sejak tadi tengah memangku bayi perempuan yang menggemaskan itu. Namanya Lilian Valentine Irwin. Anak kedua dari Flo dan tentu saja Ashton.

"Astaga, Lili. Kau menggemaskan sekali. Kau sungguh mirip dengan ibumu. Jangan sampai menyebalkan seperti ayahmu ya."

Ashton yang berada di sisi kiri Flo, refleks menutup kedua teliga dari anak perempuannya dengan wajah merengut. "Jangan dengarkan apa kata Aunty Eii, sayang."

Semua tertawa. Kehangatan itu akhirnya kembali hadir ditengah-tengah mereka setelah dingin lebih betah menjadi sahabat mereka selama beberapa tahun. Meski semua tak lagi sama, tapi Eii merasa senang bisa kembali berada ditengah-tengah sahabatnya ini.

Setelah memeluk seluruh sahabatnya, Eii duduk disalah satu sofa kosong tepat disebelah suaminya berada. Michael yang berada tepat di seberangnya merasa risih dengan barang-barang yang Eii bawa tadi, karena wanita itu kini tengah menyusun benda-benda tersebut diatas meja kecil yang memisahkan mereka. Ditambah lagi dua jar besar yang berisikan tumpukan amplop lusuh yang sungguh ia kenali. Dan itu membuat dadanya mendadak sesak mengingat sosok orang yang sudah lama dirindukannya.

"Apa yang ingin kau lakukan dengan semua itu?"

Eii mengangakat bahunya sambil tersenyum simpul. "Aku ingin—"

PRANG

Suara pecahan benda keramik itu, membuat semua yang semula memperhatikan Eii kini beralih pada sudut ruangan.

"ASTAGA CALUM!!!"

Seorang lelaki bertubuh jangkung dengan rambut pirang yang sedikit menjulang, menghampiri dua orang bocah laki-laki yang kini tengah panik membereskan pecahan-pecahan keramik yang baru saja mereka pecahkan.

CALUM //c.h [AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang