16. Ashton Fletcher Irwin

3.5K 379 98
                                    

"Haruskah kita pulang bersama dengan anak ini, Ash?!"

"Hei, kau pikir aku juga ingin pulang bersamamu?!"

Aku mendengus kesal mendengar perdebatan antara Mike dan Luke yang berjalan tepat di depanku. Sesekali mereka saling dorong dan tak berhenti saling ejek. Aku hanya bisa menggelengkan kepalaku karena tingkah kekanak-kanakan mereka. Rasanya sudah lama sekali mereka tak bertengkar seperti ini. Seingatku, terakhir kali Luke marah pada Mike dan bertengkar dengannya sekitar 5 tahun yang lalu, sewaktu kami masih di elementary school. Dan masalahnya hampir sama dan berhubungan dengan Al. Bedanya, dulu mereka memperebutkan bekal makan siang yang Al miliki.

Merasa perdebatan mereka sama sekali tak penting, aku membalas beberapa pesan singkat yang sejak tadi ku diamkan yang rata-rata berasal dari committee acara pensi. Ada yang menanyakan masalah proposal acara, proposal sponsorship, proposal perizinan, dan masih banyak lagi. Bahkan aku baru memeriksa 2 dari 10 proposal yang menumpuk di meja kerjaku.

Haahh, rasanya aku ingin membanting mejaku dan membuang semua proposal memuakkan itu. Aku benar-benar tak suka harus berdiam diri dan berlama-lama membaca sederet kalimat formal yang membuat kepalaku pening. Awalanya itu adalah tugas Calum, tapi berhubung kemarin-kemarin ia sulit sekali dihubungi dan dijangkau keberadaan serta keadaannya, semua ketua dari setiap divisi memberikan laporan dan proposalnya padaku. Dan, yaahh mau tak mau aku harus mengeceknya.

Ngomong-ngomong soal keadaan Calum. Aku merasa ada yang janggal dengan pernyataan dokter tadi. Ia terlihat ragu dan bingung menjelaskan keadaan Calum. Seperti ada yang ia tutup-tutupi tapi aku tak begitu yakin dengan perasaanku karena, hei, ia adalah dokter. Mana mungkin ia berbohong bukan?

"Luke, kau duduk di depan yaa, aku sedang ingin duduk di belakang," ucapku begitu kami sudah berada di lapangan parkir.

"NO!"

Luke dan Mike yang masih saja memperdebatkan hal yang sama sekali aku tak mengerti, seketika menghentikan langkah mereka dan berbalik menatapku dengan tatapan menyebalkan mereka.

Aku tak peduli. Ku teruskan langkahku menuju mobil Mike yang tinggal 10 langkah di depanku. Tapi baru 2 langkah aku berjalan, hasrat panggilan alam menghentikan langkahku. Sialan.

"Ehm guys," kataku sambil berbalik. "Sepertinya aku harus ke toilet dulu. Kalian tunggu sebentar ok?"

Tanpa aku harus menunggu kalimat persetujuan dari Luke dan kalimat makian ataupun amarah dari Mike, aku memilih untuk segera meninggalkan mereka dan bergegas masuk ke dalam rumah sakit lagi. Haah, kenapa panggilan alam ini datang secara mendadak seperti ini sih?

***

Aku berjalan sedikit terburu-buru karena Mike bilang kalau aku tak kembali dalam waktu 10 menit, mereka akan meninggalkanku. Wah, enak sekali mereka mau meninggalkanku begitu saja. Lagi pula memang nya mereka mau pulang hanya berdua dengan keadaan mereka yang masih bertengkar seperti tadi? Aku sangat tidak yakin dengan itu.

BRUKK

"Awww," aku mengaduh sambil mengusap bahuku. Di depanku seorang suster membenarkan beberapa berkas yang berjatuhan karena baru saja ku tabrak tadi. Pun aku menunduk dan membantunya untuk mengambil kertas-kertas yang bertebaran.

"Maa, saya tadi terburu-buru," kataku sambil merapikan kertas-kertas tersebut.

"Tak apa, sir. Saya juga kurang hati-hati."

Suster di depanku hanya tersenyum tipis, lalu kembali sibuk merapikan kertas-kertas tersebut. Aku sempat membaca salah satu dari kertas tersebut, itu adalah berkas riwayat pasien. Disana terdapat rincian tentang penyakit yang di derita pasien dan sudah berapa lama sang pasien mengidap penyakitnya. Pendataan rumah sakit ini sungguh hebat.

CALUM //c.h [AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang