P.S: Chapter ini terinspirasi dari lagu 'Love You Goodbye' nya One Direction ;)
Enjoooyy!!!!!
***
It's inevitable everything that's good comes to an end
It's impossible to know if after this we can still be friends
***
2 minggu berlalu begitu cepat. Calum yang keadaanya sudah jauh lebih baik, akhirnya bisa kembali melakukan seluruh kegiatannya yang luar biasa padat seperti biasanya. Natal dan Tahun Baru pun berlangsung dengan sangat menyenangkan karena orang-orang yang ku sayangi berkumpul dan berbagi kebahagian bersama. Termasuk Niall. Ia sengaja kembali ke London tepat pada malam di hari Natal setelah ia menghabiskan malam Natal dan juga hari Natal bersama keluarganya di Ireland.
Aku merasa sungguh sangat beruntung memilikinya disaat diriku terjatuh dan hancur kala itu. Ia membuatku lupa akan perasaan bodoh yang ku pendam begitu lama dan terus menyiksa dadaku hanya karena seorang Luke fuckin Hemmings.
Dan kini, ia tengah menggenggam erat tangan kiriku meskipun ia masih terfokus untuk menyetir. Selama seminggu yang lalu memang kami tak bertemu karena ia harus merampungkan skripsinya, dan menurut jadwal, bulan depan ia harus melakukan sidang. Terkadang aku merasa, Niall begitu cepat melangkah dan terlalu tua untukku. Namun lagi-lagi, ia selalu mengajakku untuk melangkah bersamanya, walaupun tak sedikit jarak yang kami lalui.
"Ni, kau sedang menyetir, lepaskan tanganku," kataku sambil tertawa pelan. Niall menoleh sekilas kearahku lalu menggelengkan kepalanya. Dan bukannya melepaskan genggaman itu, ia justru mengeratkannya, membungkus tanganku yang jauh lebih mungil darinya agar tetap hangat.
"Aaaannd, here we are. We are arrived miss Howards."
Disinilah kami, berada tak jauh dari pintu gerbang sekolahku. Aku bisa melihat ada banyak siswa yang berlarian memasuki gerbang. Mungkin mereka kedinginan, mengingat London masih lah sangat dingin dan bersalju. Namun ta sedikit dari mereka yang juga terlihat biasa-biasa saja, bahkan santai berbincang dengan teman mereka.
"Thanks, babe," kataku begitu Niall membukakan sabuk pengaman yang ku kenakan. "Aku akan ada meeting osis hingga sore. Aku akan pulang dengan Ashton atau mungkin Calum. Kau tak perlu menjemputku, K?"
Niall memberikan ku sebuah tanda hormat sambil tersenyum lebar dengan pipi chubby nya yang merah. Aku pun tertawa melihat tingkahnya ini. Ia selalu bisa membuat mood pagiku menjadi jauh lebih baik setiap harinya. "I'm out," sambungku setelah tertawa, lalu mengecup singkat bibirnya.
"Take care, hun."
Aku bergegas keluar dari mobilnya dan kemudian memasuki gerbang sekolah. Aku tak mengira kalau udaranya akan sedingin ini, untung saja sekolah ini mempunya seragam khusus untuk musim dingin yang bisa di padu padankan dengan sweater atau knit-outware lainnya.
Baru saja aku memasuki lobby, kedua mataku langsung menangkap sosok jangkung berambut blonde dengan jambul yang menjulang tinggi seperti biasanya, namun kali ini ia tengah tertawa bersama seorang gadis yang sangatlah ku kenal. Mereka sudah sampai sedekat itu?
Bukan, ia bukan Vally. Kalau ia Vally, itu artinya ia harus siap untuk mendapatkan tonjokan dari Mike dan juga teriakan dari Calum. Mereka terlihat tertawa lepas sambil sesekali Luke mengusap atau mengacak lembut puncak kepala gadis itu. Harusnya aku lah yang mendapat perlakuan itu.
Hey, apa yang baru saja ku pikirkan?!!! Harusnya aku sudah tak peduli dengan apapun yang akan ia lakukan. Harusnya aku menghiraukan apapun keputusannya sekarang. DAN Harusnya, aku memantau hubungan mereka demi sahabatku!!! Apa sih yang sebenarnya isi otak lelaki ini?! Masih mau mendapat predikat tukang tikung?
KAMU SEDANG MEMBACA
CALUM //c.h [AU]
FanficAwalnya terlihat, ia bukanlah apa-apa dalam kisah ini. Ia lebih banyak diam dan tak mengambil banyak peran. Tapi dibalik semua itu, kalian akan tau bahwa ia memang pantas menjadi, peran utama.