Warning: Another long and boring chapter. Be ready!!!
***
"Sampai kapan kau akan terus mendiaminya?"
Eii mendengus sebal. Sudah kelima kalinya Vally menanyakan hal yang sama kepadanya hari ini, dan hal itu selalu dilakukan oleh gadis itu setiap harinya selama hampir 2 bulan ini. Yap, 3 bulan sudah berlalu sejak kejadian dimana Eii mendengar secara tidak sengaja semua pengakuan yang Calum berikan pada Luke.
Awalnya ia berpikir kalau cepat atau lambat Calum akan mengatakan hal yang sejujurnya pada dirinya, namun sebulan berlalu ia merasa gerah. Calum juga lebih sering menghilang tanpa kabar dan membiarkan dirinya menghabiskan waktu lebih lama bersama Luke. Dan hasilnya, selama 2 bulan belakangan, ia pun lebih memilih untuk mengalah. Menuruti keinginan Calum yang ingin membuatnya jauh lebih dekat bersama Luke, meskipun ia tau kalau Luke pada mulanya sangat terpaksa menjalani ini semua, dan begitu juga dengan dirinya.
Melihat kerenggangan antara kakak dan juga sahabatnya ini, membuat Vally sedikit tersentil. Ia pun penasaran dan mencoba bertanya pada Eii. Awalnya Eii tak ingin bercerita dan terus membohongi Vally dengan mengatakan kalau ia memang lebih ingin menghabiskan waktu bersama Luke dibandingkan dengan Calum karena Luke lah yang selama ini menjadi pengirim dari surat kaleng tersebut. Intinya, Eii selalu mengatakan pada Vally kalau ia ingin menghargai perasaan Luke. Walaupun pada kenyataannya ia hanya ingin menghindari Calum dan menuruti permainan dari lelaki itu.
Merasa ada yang janggal, akhirnya Vally mendesak Eii untuk bercerita dengan ancaman kalau ia akan membocorkan semua rahasia tentang perasaan Eii pada Calum. Hal itu tentu saja membuat Eii mati kutu dan memilih untuk menceritakannya pada Vally. Saat itu Vally panik. Ia takut Eii akan marah padanya karena selama ini dirinya juga ikut campur dalam rencana bodoh kakaknya ini. Walaupun pada akhirnya Vally tetap mengatakannya dan berujung pada perang dingin –saling diam-mendiami- diantara keduanya pun terjadi.
"Sampai ia mau mengatakan yang sejujurnya padaku, tentu saja."
Keduanya kini tengah menikmati sebuah ice cream di tangan mereka masing-masing sambil menunggu para anggota osis yang sedang melakukan rapat. Tahun ajaran baru sudah berlangsung selama 2 minggu. Itu artinya akan terjadi pergantian kepengurusan osis dalam waktu beberapa bulan lagi. Itulah sebabnya belakangan ini mereka lebih sering melakukan rapat dan rapat. Membuat Eii dan Vally harus sering pulang terlambat karena menunggu 'lelaki' mereka.
"Oh ayolah. Kau tau sendiri kan? Ia tak akan mau memulai semua itu kalau tak ada yang memacingnya untuk bicara," sahut Vally sambil membuang bungkus ice creamnya yang telah kosong. "Bagaimana ia akan bicara kalau kau saja menahanku untuk memberi tau atau bahkan memaksanya untuk bicara."
Eii memutar sebal kedua bola matanya. Merasa tak suka dengan topik pembahasan mereka yang selalu saja berputar-putar di hubungannya dengan Calum ataupun Luke. "Ia laki-laki bukan? Seharusnya ia sadar kalau aku menjauhinya, itu artinya ia melakukan kesalahan."
Kali ini Vally menggeleng kepalanya yakin. Ia sangatlah mengenal Calum. Kakaknya satu itu tak akan pernah peka dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan kisah percintaannya sendiri.
"Kau boleh mengatakan kalau Calum adalah orang terpeka yang pernah ada dalam situasi apapun," ucap Vally sambil melipat kedua tangannya diatas meja. Mendekatkan kepalanya pada Eii yang duduk di hadapannya dengan tatapan mendelik. "Tapi kalau bicara tentang kisah cintanya sendiri. Mau berjuta-juta kali kau memberinya kode, ia tak akan pernah peka."
Vally bangkit dari duduknya, lalu mendekati ruang osis yang pintunya mulai terbuka. Eii buru-buru membuang bungkus ice creamnya, lalu menghapiri Vally yang kini tengah tersenyum dalam rangkulan Michael. Sepertinya rapat baru saja selesai.

KAMU SEDANG MEMBACA
CALUM //c.h [AU]
FanfictionAwalnya terlihat, ia bukanlah apa-apa dalam kisah ini. Ia lebih banyak diam dan tak mengambil banyak peran. Tapi dibalik semua itu, kalian akan tau bahwa ia memang pantas menjadi, peran utama.