Arctophile - 43

1K 59 48
                                    

Sorry for typo
HAPPY READING

_______

Merasa sesak seperti terhimpit sesuatu yang berat, membuat jongin terbangun dari tidurnya. Netranya terbuka perlahan, melihat sesuatu yang menimpa tubuhnya. Senyum manisnya hadir begitu tahu kalau Bre lah yang menimpa tubuhnya dan tertidur disana.

Balita itu sebenarnya datang untung membangunkan jongin sesuai permintaan jennie, namun karena sang ayah tak kunjung bangun dan dia masih merasakan kantuk yang hebat. Jadilah Bre memutuskan untuk kembali tertidur diatas dada jongin yang terbuka tanpa busana, ya lelaki itu memang terbiasa tidur tanpa atasan yang terkadang membuat jennie semakin merasa panas ditambah hormonnya yang semakin meningkat.

Jongin belum berani menggerakkan tubuhnya, dia lebih memilih untuk mengusap surai hitam Bre dan mengecup puncak kepalanya. Menikmati pagi hari yang indah, bersama gadis kecilnya.

"Kim Aubree.. kenapa kau.." Pintu kamar terbuka, menampilkan jennie yang datang dengan apron yang menutupi bagian depan tubuhnya.

"Ya! kenapa dia kembali tidur?" Jennie berjalan mendekat, kepalanya dibuat menggeleng heran dengan tingkah anaknya yang sangat menggemaskan.

"Memangnya kenapa?"

"Aku menyuruhnya membangunkanmu, memang pada dasarnya Bre adalah putri tidur" Ucap jennie terkekeh, dia mengecup pipi Bre berulang kali mencoba membangunkan anaknya hingga Bre merasa terganggu.

"Eomma.. no" rengek Bre merasa kesal, dia masih mengantuk.

"Bangunlah sayang, eomma sudah membuatkan sarapan untukmu. Kajja" Jennie mengulurkan tangannya berniat menggenggam tangan balita itu, Bre bangkit mengusap matanya yang terasa berat lalu menerima uluran tangan jennie.

Keduanya hendak berjalan keluar menuju meja makan, hingga ucapan jongin menghentikan langkah jennie,
"Apakah hanya Bre yang mendapatkan ciuman selamat pagi? Kau melupakanku, sayang" Ucap jongin yang sarat dengan nada cemburu, jennie terkekeh dan menyuruh Bre turun lebih dulu.

Wanita itu menghampiri jongin, mendekat dan meraih kedua pipi lelaki itu, mengecup bibir dan hidung lelakinya secara singkat.

"Mandilah, nanti kau telat pergi bekerja. Kau kan harus datang ke restoran sebelum ke kantor"

"Aku pemilik restorannya sayang, tidak akan ada yang berani memarahiku jika aku telat" Ucap lelaki itu dengan sombong, tidak sombong sih sebenarnya, karena itu memang kenyataan.

"Aku yang akan marah, karena kau membuang waktu oppa! cepat mandi, lalu kita sarapan"

"Satu kecupan lagi"

"Tidak ada, cepat bangun Nini!" jennie mulai memasang tampang garangnya, yang justru membuat jongin semakin bertingkah karena dia merasa gemas dengan wanitanya. Dia tidak pernah takut pada tatapan seram dari mata kucing itu.

"Please, sekali lagi. Aku janji akan mandi setelah itu" Jennie merotasikan bola matanya, namun tetap menuruti.

Mengecup singkat bibir jongin dan kembali ke dapur, itu adalah ekspektasinya. Tapi tidak, lelaki itu seolah tidak puas hanya dengan kecupan singkat, karena dia sudah terduduk dan memegang tengkuk jennie untuk memperdalam ciuman mereka.

Jongin mengecup jennie dengan terburu-buru seolah tidak ada lagi waktu yang bisa mereka habiskan jika kecupan itu terlepas. Decakan kencang dari pertukaran saliva mereka pun terdengar begitu kencang, membuat jennie merasakan lututnya melemas karena dia masih setia berdiri. Kedua tangannya mengalung di pundak jongin, menandakan kalau dia menikmati setiap cumbuan yang diberikan oleh suaminya.

Jennie melepas cumbuan itu sebelum kehilangan kendali, dia sudah merasakan pusat tubuhnya berubah menjadi lembab, dan rasanya jika dilanjutkan jennie tidak akan bisa menahannya. Dia tidak mau membuat pertemuan Jongin dengan rekan bisnisnya tertunda hanya karena kegiatan pribadi mereka.

Arctophile (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang