Arctophile - 35

786 54 51
                                    

Sorry for typo
HAPPY READING

______

Suasana hening terasa menghiasi dalam mobil yang tengah berjalan kembali menuju Penthouse. Jika tidak ada pertanyaan dari Bre, mungkin mereka semua seperti ada dalam keadaan mencekam, karena tidak boleh berbicara.

Jennie sibuk menenangkan dirinya karena masih merasakan takut dengan apa yang baru saja dialami, sedangkan jongin dia terlihat sangat fokus pada jalanan dengan wajah tegasnya.

Dibelakang, Aubree terus mengajak Mona bicara. Memecah keheningan yang tercipta, dia banyak menanyakan setiap hal yang dilihatnya. Ditambah jalanan yang sedikit sulit dilewati karena salju tipis yang menutupi jalan, membuat ocehan balita itu semakin panjang.

"Eomma, kita mau kemana sekarang? Aku belum mau pulang" Ucap Bre yang menyembulkan kepalanya diantara kursi jennie dan Jongin.

"Kita pulang ya sayang, nanti setelah cuacanya lebih baik baru kita keluar" Jelas jennie, sebenarnya bukan itu alasan utamanya. Tapi dia tidak bisa mengatakan hal sebenarnya pada Bre, kan?

"Aku mau ayam saus madu" Bre memberi alasan agar sang ayah tidak membawa mobil itu menuju Penthouse.

"Nanti akan appa pesankan dari rumah, sekarang kita pulang dulu, Aubree" Ucap jongin tegas, dia sedang tidak dalam mood yang baik, tapi tidak mau juga memperlihatkannya pada sang anak.

Bre tampak akan kembali menyangkal, hingga jennie menoleh dan menatapnya penuh dengan permohonan. Balita itu pun mau tidak mau mengikuti apa yang diucapkan kedua orang tuanya.n

Ini sama saja membosankan, bahkan Bre tidak keluar dari dalam mobil sama sekali. Apalagi saat dirumah nanti, dia tidak bisa melakukan banyak hal.

Butuh waktu 15 menit, hingga mereka sampai di Penthouse. Bre langsung masuk dalam gendongan jongin untuk istirahat didalam kamarnya, dia memang belum bisa berjalan sendiri dan membutuhkan tongkat bantuan. Tapi Jongin maupun jennie memilih untuk membantu Bre berjalan perlahan dengan dituntun, atau di gendong oleh mereka.

Lagipula, bagaimana cara seorang balita berusia kurang dari 4 tahun memakai tongkat bantu? Tidak mungkin kan? yang ada Bre akan terjatuh dan membuat keadaannya semakin parah. Jennie dan pikiran protektifnya.

"Appa, aku masih mau main dengan eomma" Ucap Bre ketika sudah di dudukkan diatas ranjang, wajah balita itu menekuk karena sebal.

Kenapa tidak ada seorang pun yang tahu kalau dia itu bosan?

"Istirahatlah sayang, eomma juga butuh istirahat"

"Aku mau dikamar eomma saja kalau begitu, kenapa sekarang appa jadi menyebalkan sih? kenapa aku tidak boleh berdekatan dengan eomma!" ucap Bre dengan kesal, wajahnya memerah dan siap untuk menangis.

Dia merasa ayahnya berubah, apa ini karena adik yang ada didalam kandungan sang ibu?

"Aku tidak mau adik!" Bre mulai terisak, perkataannya membuat jongin terdiam.

"Kenapa sayang? Bre kenapa menangis? memangnya kenapa kalau punya adik? Bukankah itu menyenangkan"

"Appa jadi tidak memperbolehkan aku bermain dengan eomma, aku bosan appa" Rengeknya membuat jongin tersenyum geli, rupanya anak gadisnya itu sudah memiliki rasa cemburu. Bahkan sebelum adiknya lahir, bagaimana jika sudah? Jongin tidak bisa membayangkannya.

"Bukan itu alasan appa tidak membolehkanmu ke kamar eomma. Ada hal yang harus appa bicarakan, nanti setelah selesai, appa kesini lagi ya dengan eomma?"

Dia berusaha menjelaskan keadaan yang terjadi dengan perlahan, dia tidak mau melarang Bre untuk merasa cemburu, dia juga tidak mau membuat Bre merasa terlalu di anak emaskan.

Arctophile (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang