Arctophile - 28

646 53 61
                                    

Sorry for typo
HAPPY READING

KAYANYA SERU JUGA KALO BRE....
KAN KALIAN SENENG LIAT JENNIE MENYESAL, JADI LEBIH BAGUS KALO BRE NYA GADA..
YA GAK SIIH..

________

Tangis. Sudah sejak sore tadi, jennie tidak bisa menghentikan tangisnya. Bahkan mata indah miliknya sudah mulai membengkak dengan hidung yang berubah menjadi merah.

Dokter yang menangani Bre membawa gadis kecil itu kedalam ruang ICU, karena dia membutuhkan perawatan yang intensif. Jennie melihat ketika salah seorang perawat melakukan intubasi didalam mulut Bre, dan memasangkan selang ventilator panjang kedalam mulutnya yang langsung tersambung dengan paru-paru. Dokter

Jennie terus mengelus sudut bibir sang anak yang sedikit terbuka karena selang besar yang ada disana. Apakah Bre harus merasakan rasa sakit seperti ini? Kenapa bukan jennie saja yang terbaring?

Lagi, dia menghapus bulir air mata yang turun kepipinya. Ini sudah bukan jam besuk sebenarnya, tapi jennie memaksa pada seorang perawat untuk tetap menemani Bre.

Jongin sedang mengurus masalah tabrak lari ini bersama Sehun, Dara juga sudah diminta untuk pulang karena jennie takut ibunya kelelahan. Jadilah dia hanya seorang diri didalam sini, menatap wajah teduh anaknya yang masih setia terpejam.

"Apa kau membenci eomma, Bre? Bangunlah jika kau tidak membenci eomma. Maafkan eomma, sayang" Lirih jennie, dia menahan air matanya yang terus saja memaksa untuk keluar tanpa henti.

Tangannya tidak lepas dari tangan Bre, dia terus saja memberikan sapuan lembut pada tangan dingin itu seolah memberi kehangatan.

Udara didalam ruang ICU sangatlah dingin, apalagi ditambah dengan cuaca diluar yang juga sudah mulai memasuki musim dingin. Dia tidak yakin dengan baju pasien yang menutupi tubuh Bre, baju itu terlalu tipis untuk menghalau rasa dingin.
Jennie menarik selimut sebatas dada Bre, dengan sangat perlahan takut menyakiti tangan mungil itu.

Jennie kembali duduk seperti semula, matanya tidak pernah lepas dari sang anak yang memejam. Matanya mengarah pada lengan Bre yang terbalut Gip. Dulu, itu adalah tangan yang sering ia tarik untuk mengikuti semua kemauannya, tangan itulah yang selalu jennie jadikan pusat kemarahannya.

Tapi sekarang, bahkan melihat tangan mungil itu saja, jennie menangis dan turut merasakan sakit yang diderita Bre. Ia melarikan tangannya menuju pipi Bre, pipi gembil yang sering kali dia cengkram kuat. Sekarang berubah menjadi sedikit tirus, sebenarnya apa saja yang terjadi pada gadis mungil ini selama jennie tidak ada disisinya? Kenapa begitu banyak perubahan yang terjadi.

Jennie mengecup pipi itu dengan dalam, lalu keluar dari ruangan. Dia harus pulang kerumah barang sebentar untuk membersihkan dirinya dan makan, tentu saja dia tidak boleh ikut sakit agar bisa menjaga Bre dan menyaksikan balita itu sadar dengan mata kepalanya sendiri. Ia pun memutuskan untuk pulang bersama So Hee yang sedari tadi masih setia menunggunya di luar ruang ICU.

.
.

Dua orang lelaki yang tengah menatap monitor terlihat sangat fokus dan teliti. Mereka melihat rekaman CCTV yang ada di restoran Jongin dan beberapa Ruko yang ada di jajaran Restoran itu. Setelah banyak cara yang mereka lakukan, akhirnya kejelasan penabrak Bre pun terlihat.

Sehun menangkap plat nomor yang ada dimobil itu dan mencatatnya guna menyelidiki hal ini lebih lanjut. Jongin sendiri tidak bisa mengendalikan emosinya, terlihat dari rahang yang terus menegang.

Sebenarnya siapa orang dibalik kemudi yang sudah berhasil membuat nyawa malaikatnya terancam? Memori nya memutar secara berulang kali acap kali mengingat Bre yang hampir kehilangan nyawanya, sebelum dia kesini.

Arctophile (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang