Sorry for typo
HAPPY READING______
Suasana malam natal yang sangat berbeda dari biasanya, kini tengah berlaku di keluarga Kim. Masih dengan suasana rumah sakit, Jongin berusaha menyamankan ruangan itu agar terasa seperti dirumah sendiri. Apalagi melihat keantusiasan Bre yang menginginkan pohon natal walau dia belum bisa berjalan, bahkan bergerak saja terlihat sulit.
Membeli pohon natal kecil dan menaruhnya diatas meja makan yang ada diruangan itu.
Ruang rawat Bre memang tidak terlihat seperti ruang rawat rumah sakit pada umumnya yang kosong dengan ranjang dan nakas kecil disisinya. Ruangan ini memiliki sofa besar disudut ruang, meja makan yang mampu menampung 4 orang, lemari pakaian dan pantry kecil di dekat meja makan.
Jongin hanya ingin memastikan kenyamanan keluarganya ketika berada disini, terutama Bre yang sebenarnya sangat takut dengan rumah sakit. Terlihat dari wajahnya yang setiap kali melihat dokter atau perawat masuk, dia langsung menangis atau memanggil Jennie maupun Jongin.
"Appa.. aku mau hadiah natal" Ucap Bre yang setengah duduk karena ranjang itu sudah sedikit ditegakkan. Jennie ada disebelah balita itu, karena baru saja menyuapinya pudding.
"Nanti akan appa belikan, Bre mau hadiah apa?" Tanya jongin yang baru selesai memasangkan hiasan natal di pohon kecil itu.
Bre menggeleng, dia tidak tahu hadiah apa yang diinginkan.
"Aku ingin ke Jepang" ucap Bre ketika matanya menatap ibu Jongin yang ada di sofa.Wanita paruh baya itu tersenyum,
"Kau harus sembuh lebih dulu, nanti Grandma akan membawamu ke Jepang"Bre mengangguk, singkat lalu melihat kearah kakinya, yang tertutup perban tebal dibagian lututnya.
"Eomma, aku tetap bisa jalan kan?" Bisik Bre pada jennie yang duduk disebelahnya.Jennie tersenyum dan mengelus rambut Bre, gadis itu terus menanyakan keadaan kakinya sejak sadar kemarin. Dia bisa menggerakkan seluruh jari dikakinya, tapi selalu meringis setiap kali melakukannya dan berakhir diam karena takut merasakan sakit.
"Bisa sayang, dokter bilang kau akan sembuh jika rajin meminum obat" Jawab jennie, itu memang jawaban dari dokter yang menangani Bre.
Dokter itu mengatakan bahwa kesembuhan tulang pada anak-anak lebih cepat karena tulang anak-anak lebih banyak mengandung zat perekat atau kolagen yang membantu dalam proses penyembuhan patah tulang.
Zat kolagen sendiri memiliki fungsi untuk menyambungkan kedua patahan tulang. Sedangkan tulang orang dewasa, mengandung hanya sedikit zat kolagen, sehingga proses perekatan tulang yang patah memerlukan waktu yang lebih lama.
Bre termenung mendengar ucapan jennie, sungguh dia malas untuk meminum obat yang jumlahnya banyak itu. Apalagi ketika harus disuntik, Bre akan menangis hingga memekakkan telinga siapapun, dia takut. Apakah para perawat itu tidak tahu?
"Tapi eomma..." Bre berhenti berucap ketika jennie tiba-tiba bangkit dan lari kearah kamar mandi. Balita untuk menegakkan tubuhnya tampak khawatir.
"Appa.. what's wrong? eomma kenapa?" Tanya Bre, jika saja dia bisa jalan, pasti Bre sudah lari menyusul jennie. Namun Bre tidak mendapatkan jawaban apapun karena sang ayah langsung menyusul langkah jennie menuju kamar mandi.
Jongin mengernyit melihat jennie yang memegang erat wastafel sambil membasuh mulutnya dengan air, seperti habis muntah. Sebenarnya wanita itu kenapa? Sejak kemarin jennie terus saja mual dan mengeluh pusing pada Jongin.
Lelaki itu mengurut tengkuk jennie perlahan, membiarkan rasa tenang menjalari wanitanya. Jennie tersenyum tipis dari pantulan cermin.
"Kau ini makan apa? kenapa terus muntah seperti itu?" Tanya Jongin, sepertinya jennie tidak sembarangan makan sejak kemarin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Arctophile (End)
Fiksi Penggemar"Jika saja aku tidak mencintaimu, maka semuanya akan menjadi lebih mudah" -Kim Jennie "Hanya perlu tetap disisiku dan percayakan semuanya padaku, aku akan menjaga kalian" -Kim Jongin Apakah orang yang merusak segalanya bisa tetap dikatakan sebagai s...