Arctophile - 34

914 61 73
                                        

Sorry for typo
HAPPY READING

_______

Hari berganti, kesembuhan pada kaki dan tangan Bre pun sudah meningkat. Balita itu sudah mulai berani menggerakan kakinya walau masih terbalut perban tebal.

Hari ini Bre dinyatakan sudah boleh kembali kerumah dan menjalani rawat jalan untuk kesembuhannya.

Bre terlihat antusias ketika jennie memakaikannya pakaian biasa setelah infus berhasil dilepas. Sebenarnya ada sedikit drama tadi, dimana balita itu tidak mau melepas infusnya dan menangis membuat para perawat kebingungan untuk menenangkan Bre. Bahkan jennie sendiri sudah dibuat kelimpungan dengan tangisan anak itu yang takut merasakan sakit ditangannya.

Alhasil jennie memilih menidurkan Bre lebih dulu, agar saat infus dilepas anak itu dalam keadaan tidak sadar, dan benar itu berhasil. Walau pada akhirnya dia harus menunggu Bre kembali bangun untuk bersiap pulang.

Jongin sedang mengurus administrasi diluar, meninggalkan jennie yang kini memangku Bre karena sudah selesai menggantikannya baju.

"Eomma, kapan adikku lahir?" Tanya Bre, dia sedikit tidak sabar melihat wujud adiknya itu. Walau sebenarnya sedikit takut tidak mendapat kasih sayang dari jennie lagi.

"Entah, eomma belum tahu usianya berapa lama disini. Nanti kita periksa bersama-sama, Bre ingin adik laki-laki atau perempuan" Tanya jennie, sebenarnya untuk dirinya sendiri jennie tidak mematok jenis kelamin bayi dalam perutnya ini, karena baginya mau laki-laki atau perempuan sama saja, yang penting dia sehat.

Balita itu tampak berpikir dengan wajah gemasnya, yang membuat jennie tidak bisa menahan untuk menggigit kecil pipi Bre,
"Sakit, eomma" Jennie terkekeh dan mengecup pipi kemerahan itu.

"Aku ingin adik perempuan"

"Kenapa begitu?" Jennie yang tengah merapikan rambut Bre, tampak tertarik dengan arah pembicaraan mereka kali ini. Karena bisa dibilang, ini adalah pertama kalinya mereka saling bicara dan mengutarakan apa kemauan masing-masing. Mungkin jennie bisa membuat balita dalam pangkuannya itu lebih dekat dengannya.

Jennie tidak mau kehilangan lebih banyak moment dengan Bre, sudah cukup kemarin dia kehilangan banyak peristiwa berharga. Untuk kali ini, dia harus menghabiskan banyak waktunya dengan Bre, dan tentunya sambil menunggu kehadiran malaikat baru dalam hidupnya.

"Aku mau mendapat teman bermain eomma, aku bosan bermain dengan Suster Mona" Bre membuka matanya lebar setelah mengucapkan itu,

"Kenapa tidak adik laki-laki? bukankah dia akan lucu?" Bre menatap jennie.

"Benar juga, tapi pasti eomma akan lebih menyayanginya"

"Itu tidak mungkin sayang, eomma janji akan terus berlaku adil" Jennie mengelus pipi Bre. 

Balita itu hanya diam dan mengalihkan pembicaraannya
"Ah aku merindukan suster mona, kemana dia?  kenapa suster mona tidak datang kesini?"

Wanita itu memang tidak datang selama Bre dirumah sakit. Bukan tanpa alasan, tapi itu atas permintaan jennie yang mengatakan bahwa dia ingin menjaga Bre dengan tangannya sendiri. Walau awalnya sedikit ragu, tapi dia berhasil mengurus Bre.

"Kau akan bertemu nanti dirumah, sayang. Kenapa menanyakan suster Mona, apa Bre tidak mau bermain dengan eomma?" Tanya jennie mengubah wajahnya sedikit sedih, memancing balita itu.

Wajah Bre berubah panik dengan kedua tangan menangkup wajah jennie,
"No, eomma. Tapi.. aku takut kalau eomma sibuk dan tidak ada waktu lagi untukku, nanti aku akan bosan" Ucapan Bre menusuk hati jennie. 

Arctophile (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang