sorry for typo
HAPPY READING_______
Sepi dan hening, Hanya ditemani alunan dari melodi yang terpasang dari sebuah piringan hitam yang dipasang mengisi ruangan yang sunyi itu.
Seorang wanita tengah memeluk lututnya diatas sofa kulit yang ada di sudut ruangan, matanya menatap tak tentu arah dengan perasaan yang bercampur aduk.
Jennie hanya sendiri didalam dorm hari ini, karena para membernya sedang mengurus kegiatan mereka masing-masing. Sudah beberapa hari jennie melakukannya hanya untuk menghindari Jongin.
Jujur, dia merindukan lelaki itu. Tapi dia tidak bisa begitu saja meruntuhkan segala egonya hanya untuk memeluk lelaki itu. Karena pasti Jongin akan memberikannya ceramah tentang bagaimana seharusnya dia memperlakukan Aubree, dan jujur jennie belum siap akan hal itu.
Dia selalu berusaha untuk meruntuhkan kebenciannya pada Bre agar kehidupan rumah tangganya berjalan dengan lancar, tapi dia tidak bisa entah karena hal apa. Baginya menerima Bre sama halnya dengan melepas karirnya yang semakin besar ini, dan jennie belum siap. Ia bahkan tidak memikirkan hal buruk yang mungkin akan terjadi ketika media tahu keberadaan Bre. Jennie tidak memikirkan itu semua, dia hanya fokus pada dirinya dan mimpinya, sedikit egois memang.
Ada rasa dimana dia ingin sekali pulang, menyambut Jongin dan memeluk tubuh hangat suaminya itu untuk menyalurkan seluruh rasa lelah yang dirasakannya. Tapi tidak bisa, dia sangat yakin semuanya akan menjadi semakin sulit. Apa mungkin jennie hanya terlalu cemburu pada sikap suaminya yang lebih membela Bre?
Melodi dari piringan hitam yang jennie ambil dari kamar Rose itu pun berhenti, membuat jennie ingin bangkit untuk kembali menyalakannya. Tapi bersamaan dengan itu pintu dorm terbuka, lalu muncul jisoo dengan senyum cerahnya menyapa jennie.
"Kau masih disini rupanya? untung aku belum kerumahmu" ucap Jisoo berjalan kearah jennie dan memeluk singkat sahabatnya itu.
"Untuk apa datang kerumahku?"
"Aku membelikan sesuatu untuk Bre, sepertinya dia akan suka. Aku merindukannya Kim Jennie" Jennie mendengus, kenapa semua orang sepertinya merindukan gadis menyebalkan itu.
"Kirim saja dengan jasa pengiriman, aku tidak mau jika kau menitipkan itu padaku" Jisoo mengernyit bingung, apa ibu dan anak itu semakin memiliki jarak? Kenapa jennie bersikap seolah Bre bukanlah apa-apa untuknya?
"Aku akan memberikanya langsung pada Bre" Jisoo bersikeras pada keinginannya.
"Kau mau pulang atau tidak?"
jennie mendengus mendengar pertanyaan itu, jelas saja dia belum ingin pulang dan menginjakkan kakinya dirumah. Tapi apa dia bisa menolak ucapan jisoo? oh tidak tidak, itu sangat tidak sopan.
"Kajja" Jennie mengambil tasnya yang ada diatas sofa dan berjalan dengan malas, diikuti jisoo yang tersenyum puas.
Gadis itu seperti memiliki niat lain dalam tingkahnya yang tiba-tiba ingin memberi hadiah pada Bre, Jisoo memang lumayan dekat dengan anaknya itu, begitupun membernya yang lain. Ah biarkan saja jika memang begitu, jennie tidak mau ambil pusing dengan apa yang jisoo pikirkan.
Tidak ada yang membuka suara sama sekali sepanjang perjalanan, hanya sesekali manajer jisoo yang berbicara dan mereka menjawabnya dengan singkat. Jisoo pun sedikit heran dengan sikap jennie yang sepertinya menyimpan satu rahasia, ia tidak ingin bertanya apapun pada wanita itu karena takut menyinggung, alhasil jisoo hanya memendamnya dan memperhatikan jalanan menuju rumah jennie dalam keheningan.
"Sudah sampai, kau ingin aku jemput jam berapa?" Manajer itu memberhentikan mobilnya.
"Aku akan menghubungimu oppa, Gomawo" jawab jisoo

KAMU SEDANG MEMBACA
Arctophile (End)
Fiksi Penggemar"Jika saja aku tidak mencintaimu, maka semuanya akan menjadi lebih mudah" -Kim Jennie "Hanya perlu tetap disisiku dan percayakan semuanya padaku, aku akan menjaga kalian" -Kim Jongin Apakah orang yang merusak segalanya bisa tetap dikatakan sebagai s...