Sorry for typo
HAPPY READING________
Menunggu kelahiran buah hati adalah hal yang paling membuat hati seorang ibu merasakan banyak perasaan yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Takut, bahagia, sedih semuanya bercampur menjadi satu. Menangis tiba-tiba dengan suasana hati yang berubah-ubah tak jarang jennie rasakan, entahlah dia juga aneh dengan keadaan dirinya yang seolah baru merasakan semua kesulitan kehamilan di akhir usia kandungannya.
Tapi sama sekali tidak ada satupun hal yang jennie sesali, karena saat-saat seperti ini akan dia rindukan saat anaknya lahir didunia. Apalagi keadaan perutnya yang membesar dan rajin diajak bicara, rasanya jennie akan merindukan hal seperti ini.
Hari sudah mulai malam, suasana hati jennie pun saat ini sedang tidak baik-baik saja dengan segala pemikiran buruk yang bertengger di pikirannya. Jongin belum memunculkan batang hidungnya dirumah, lelaki itu belum pulang yang membuat perasaan jennie semakin dilanda kecemasan. Dia takut jika lelakinya itu tengah bermain diluar sana, walau kenyataannya tidak mungkin, tapi ketakutan tidak akan pernah bisa kendalikan.
"Baby, kira-kira kemana perginya Appa? kenapa dia belum juga pulang" Jennie bicara pada perutnya yang membesar, sejak tadi hanya tendangan-tendangan kecil dari dalam perut yang menemani kesendirian jennie. Sebenarnya bisa saja dia masuk ke kamar Bre dan meminta sang anak menemaninya, tapi rasanya jennie tidak tega mengganggu balita itu.
Anak gadisnya itu sudah tidur sejak 20 menit yang lalu setelah meminta jennie membuatkannya susu, dan ya.. sekarang jennie menyesal menuruti permintaan Bre karena dia jadi sendirian.
Lagipula kemana perginya jongin sih? ini sudah pukul 21.35 KST dan lelaki itu belum juga tiba.
Tendangan kecil kembali jennie rasakan, tapi kali ini rasanya sedikit nyeri dibagian bawah perutnya.
"Eoh, apa eomma membuatmu tidak nyaman? mianhae, jangan menendang dengan kencang seperti itu sayang" Ucap jennie pada perutnya, dia tidak bisa menahan rasa sakit yang tiba-tiba semakin menekan bawah perutnya itu.Jennie meringis kecil, tangan kananya meremas bagian bawah baju dan tangan kirinya meraih ponsel yang ada diatas nakas. Dia perlu menghubungi jongin, jennie yakin ini kontraksi karena dulu saat dia akan melahirkan Bre, jennie merasakan hal yang sama. Walau dulu jennie terus menyembunyikan rasa sakitnya karena tidak ingin bertemu bayi itu dengan cepat, tapi entah kenapa untuk saat ini jennie sama sekali tidak bisa mentolerir rasa sakitnya. Ini benar-benar membuat seluruh tulang ditubuhnya seolah akan diremukkan, apalagi ketika rasa sakitnya berulang.
"Sabar sayang, kita telpon appa dulu ya? tenanglah, eomma pun sama tidak sabarnya untuk segera bertemu denganmu" Lirih jennie sambil terus meringis, jari tangannya sudah berhasil mencari nomor sang suami dan mendialnya.
Hanya dering yang bisa jennie dengar dari panggilan itu,
"Oppa, please" rengek jennie yang mulai tidak bisa menahan tangisnya.Jennie mematikan panggilan itu karena kesal, meremas ujung dress yang digunakan jennie mencoba untuk bangkit dan jalan keluar untuk memanggil Mona atau siapapun yang sekiranya ada diluar.
Melangkah dengan hati-hati, jennie meraih knop pintu dan mencoba membukanya, tapi entah karena lemas atau apa dia seolah tidak bia membukanya dengan baik. Wanita itu akhirnya sedikit bergeser dan bersandar pada dinding, menarik nafas dalam menetralkan rasa paniknya. Baru saja ingin kembali membuka pintu, pintu itu sudah terbuka menampilkan jongin yang tiba dengan segala tampang lelahnya.
"kamjagi, kenapa kau berdiri disitu, sayang?" Jongin terkejut mendapati posisi jennie yang masih bersandar.
Awalnya dia mengira jika wanita itu ingin memberikannya kejutan, tapi melihat tidak ada sedikitpun respon dari jennie selain ringisan membuat jongin memperhatikan wanitanya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Matanya mengernyit ketika jennie terkihat mencengkram kedua sisi dress dengan buku jari yang memucat, kening wanita itu juga sudah dihiasi keringat hingga hampir membasahi rambutnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Arctophile (End)
Fanfiction"Jika saja aku tidak mencintaimu, maka semuanya akan menjadi lebih mudah" -Kim Jennie "Hanya perlu tetap disisiku dan percayakan semuanya padaku, aku akan menjaga kalian" -Kim Jongin Apakah orang yang merusak segalanya bisa tetap dikatakan sebagai s...