Prolog

202 26 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Farka menghembuskan napas lega saat kakinya melangkah memasuki rumahnya. Entah kenapa rasanya begitu nyaman saat dirumah sendirian.

Terdudu lesu, Farka memilih untuk beristirahat di sofa. Tatapannya kosong memikirkan Cilla yang tak seperti biasanya.

Cinta itu ribet menurut Farka, dan kenapa Cilla mau-mau saja berpacaran dengan Gara?

Sebuah dering ponsel masuk ke indra pendengaran Farka, membuat lelaki itu mengernyit.

"Cilla?"

Dengan segera Farka mengangkat panggilan tersebut. Tak biasanya Cilla menelponnya seperti ini.

"Halo Cil? Lo kenapa?"

Terdengar suara isakan disana, alis Farka menukik tajam.

"Cil?"

"Gue hamil."

Mata Farka membulat, tak pernah ia duga sebelumnya gadis yang begitu ia jaga kehormatannya kini telah kehilangan hal paling berharga untuknya.

"H-Hah?"

"Gue hamil dan Gara gamau tanggung jawab, dia... Cuma jadiin gue pelampiasan."

Farka tak paham, apa maksud dari ucapan Cilla.

"Gue nggak ngerti, sekarang posisi lo dimana?"

Farka bangkit, bersiap untuk pergi.

"Jangan cari gue Ka, Gara udah nggak mau liat gue, yang dia mau cuma Dalta."

"Lo nggak boleh kaya gitu, gimanapun Gara harus tanggung jawab!"sentak Farka menahan emosi. Terdengar kekehan Cilla yang terdengar amat sangat menyakitkan.

"Buat apa? Gue udah nggak diharapin siapapun, gue cuma sampah Ka, gue nelpon lo karena gue mau pamit."

Terdengar isakan kencang yang semakin membuat Farka kebingungan.

"Pamit kemana? Rumah lo itu disini, lo nggak punya sodara jauh atau temen selain gue sama Svarga."

"Ke neraka mungkin?"

"CILLA!"

Napas Farka semakin memburu, terdengar tawa yang menggelegar menjauh dari ponselnya.

"CILLA LO DIMANA SEKARANG?!"

Airmata Farka perlahan turun, saat tawa itu semakin redup. Ia bergegas keluar dari dalam rumahnya berniat untuk menemui gadis yang sangat begitu ia jaga selama ini.

"Non Cilla tidak ada dirumah Den Farka,"jelas pembantu dirumah gadis itu.

"Apa sebelumnya Cilla bilang sesuatu sama Bibi?"tanya Farka. Bibi mengangguk, "Non Cilla bilang kalo Bibi harus jaga diri Bibi baik-baik."

Farka memundurkan tubuhnya, lalu ia teringat Svarga. Lalu tiba-tiba ponselnya bergetar menunjukan nama lelaki yang baru saja terlintas di otaknya.

"Ka, gue dapet telpon dari Cilla ngomongnya jadi ngelantur gajelas gitu, gue nanya ada apa dia cuma diem terus bilang kalo dia mau pamit."

Farka mengusap wajahnya, "Lo kesini sekarang rumah Cilla, bantu gue cari dia."

"Oke."

Farka menajamkan matanya, napasnya memburu begitu mengingat wajah Gara dan...

"Dalta? Siapa Dalta?"






















Dalta & FarkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang