"Kenapa lo bisa ada di sini?"tanya Dalta kepada lelaki yang sekarang ikut duduk dengannya.
Dia Farka.
"Gatau, tiba-tiba ada feeling buat gue kesini,"jawab lelaki itu sambil memperhatikan mata sembab Dalta.
"Kenapa nangis?"
Dalta segera menghapus sisa airmatanya, gadis itu menggeleng pelan.
"Gue mau pulang, Bunda pasti udah ada di rumah." Dalta bangkit, membereskan plastik yang ia bawa.
"Ayo." Farka ikut bangkit. Dalta menoleh, matanya kembali berair.
"Kenapa sayang?"tanya Farka.
"Boleh peluk gue nggak?capek banget gue." Farka mengembangkan senyum, ia merentangkan tangannya, merengkuh tubuh yang lebih kecil darinya. Dalta kembali terisak,entah karena apa namun ia sadar...
Farka adalah orang kedua yang melihatnya menangis setelah Gean.
Nyaman.
Dalta menemukan kenyamanan dalam pelukan seorang Farka, matanya memejam, saat lelaki itu mengelus pucuk kepalanya.
Tangisnya terhenti, Dalta segera menjauhkan tubuhnya. Tidak, ia tidak boleh memiliki perasaan seperti itu.
"Ayo balik." Farka mengangguk kemudian mengusap pipi gadis itu yang masih basah.
Kecupan singkat ia berikan membuat Dalta membeku seketika.
"Udah ya jangan nangis lagi, soalnya gaada yang meluk kamu kaya aku tadi."
***
"Dalta."
Dalta menoleh, menemukan Gara yang menghadangnya di koridor kelas.
"Maaf Gar, gue sibuk."
Gara menghela,"sebentar Ta, ada yang mau gue--"
"Gue udah tau,"potong Dalta. Gara membulatkan matanya,"tau?"
"Tentang Cilla, gila lo, bisa-bisanya lo jadiin Cilla taruhan. Hati lo dimana sih?lo ngancurin hidup seseorang, masih ada muka lo?" Dalta berbicara dengan nada tenang, tak mau menjadi sorot perhatian walaupun sebenarnya mereka sudah mendapat berbagai lirikan.
"Cuma itu yang lo tau?"tanya Gara dengan senyuman miring.
"Mau gue kasih tau sesuatu?yang lebih mengejutkan dari itu?"
Tiba-tiba Letta datang, dengan suara lantang membuat mereka kini menjadi sorot perhatian.
Letta mendekat, ia tertawa saat melihat wajah kebingungan milik Dalta.
"Kasian ya?cewek murahan kayak lo emang pantes dapetinnya sih. Mau tau nggak?" Letta kini berada di hadapan Dalta. Tangannya menyilang didepan dada dengan wajah angkuhnya.
"Farka cuma jadiin lo alat buat balas dendam, karena Gara suka sama lo."
Sakit?
Dalta menelan salivanya, mencoba untuk tetap tenang.
"Dan lo tau?kakak lo sendiri tau kalo lo cuma dijadiin alat dan dia malah diem aja."
"Kakak?"tanya Dalta. Ia teringat dengan pertanyaan Farka saat itu namun lelaki itu hanya penasaran saja karena tidak tau jika Dalta seorang anak tunggal.
"Gean, Gean abimanyu. Kakak Lo Dalta, dari istri sah bokaplo, dia bukan anak haram kayak lo."
Dalta terdiam, baru kali ini ia merasakan matanya mulai mengabur didepan oranglain. Napasnya tercekat, merasa semuanya akan runtuh didepan matanya.
"Syok ya?kasian banget." Letta berjalan mendekat, "siapa yang sombong kalo Farka bakal milih lo karena dia cinta sama lo?"
"Mainan,"ejek Letta mulai berjalan menjauh. Kerumunan pun kini bubar karena pertunjukan sudah selesai. Dalta menatap Gara yang kini juga menatapnya, "Gue nyesel."
Dalta menelan ludahnya susah payah, "gue nyesel pernah suka sama lo Gara."
Kemudian gadis itu berlari, disaat yang bersamaan Princess datang.
"Ta."
Dalta tak mendengar, gadis itu berjalan cepat ke kelasnya.
"Ta!"
Princess mencoba mengejar, namun langkahnya tertinggal.
"Ta, tungguin gue, ini sebenernya ada apa?"tanya Princess panik, Dalta berhenti, kemudian berbalik.
Matanya kini melihat kearah Farka yang berada di belakang Princess.
Entah sejak kapan lelaki itu berada di sana.
"Gue udah tau semuanya, Princess. Semuanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalta & Farka
Teen FictionDalta, seorang penjual donat disekolah. Gadis yang mampu berjuang sendirian harus berurusan dengan Farka, cowok yang membuat usaha bundanya sia-sia. Namun,entah kenapa Farka malah mendekatinya dan berkata bahwa ia menyukai gadis itu tanpa alasan yan...