Airmatanya jatuh, tepat dihadapan lelaki yang baru saja keluar dari ruang osis.
Gean. Lelaki itu terkejut melihat sahabatnya yang kini menghampiri dirinya sedang berusaha mati-matian menahan genangan di matanya.
"Ayo." Akhirnya Gean membawa Dalta keluar dari area sekolah. Gean yang merupakan ketua osis dapat dengan mudah membawa Dalta.
"Cerita." Dalta akhirnya menangis. Begitu mereka sampai dipertigaan, Gean memerintahkannya.
"Farka, Farka ngehina gue Ge,"paraunya. Gean mengernyit tak mengerti.
"Maksudlo?" Dalta semakin menunduk, menutup mulutnya supaya tidak ada isakan yang keluar. Gean yang melihatnya tak kuasa kemudian merengkuh tubuh itu.
"Udah, nanti aja ceritanya. Sekarang lo nangis sepuas lo." Dalta semakin terisak, napasnya semakin tak teratur. Gean tahu perasaan gadis itu, namun ia tak mengerti maksud dari ucapan Dalta.
Setengah jam berlalu, Dalta sudah lelah dan akhirnya gadis itu memilih untuk duduk di pembatas jalan. Gean tersenyum, membenarkan setiap helai rambut Dalta yang menutupi wajah gadis itu. Menghapus setiap airmata yang jatuh.
Dalta menengadah, melihat langit dengan tatapan sendunya.
"Andai Ayah disini, mungkin gue nggak akan dapet penghinaan kaya gini,"lirihnya membuat pergerakan Gean terhenti.
Dalta kemudian beralih menatap Gean, "andai gue tahu keberadaan Ayah mungkin sekarang Bunda nggak akan kerja di perusahaan keluarga sinting itu."
"Apa yang sebenernya terjadi?"tanya Gean. Semua kembali hening,hanya lalu lalang kendaraan yang menjadi backsound mereka.
"Farka mau gue jadi pacar dia dan... dia mau tubuh gue."
Napas Gean menggebu, "anjing!"
"Brengsek tuh cowok, ayo Ta sekarang kita balik. Gue bakal kasih dia pelajaran." Gean menarik Dalta. Namun gadis itu menahannya.
"Udahlah, gue udah tampar dia,"tolak Dalta masih nyaman dengan posisinya.
"Itu nggak cukup Ta!"sentak Gean geram.
"Udahlah Ge, nanti aja bales dendamnya!"
Gean yang hendak berjalan meninggalkan Dalta terhenti, kemudian menoleh kearahnya.
"Apa?"
Dalta tersenyum, "gue punya rencana."
Gean memutar bola matanya, kenapa mereka berdua seperti antagonis seperti ini.
"Apa rencana lo?"tanya Gean. Jujur, ia sangat amat terluka dengan ucapan Farka kepada sahabatnya.
"Gue bakal jadi cewek Farka... setelahnya gue bakal buat dia jatuh cinta sama gue terus..."
Dalta tersenyum misterius, kembali menatap langit biru yang semakin terik membakar kulit keduanya.
"Dia hancur,"lanjutnya dengan tatapan tajamnya.
Entah apa yang terjadi diantara keduanya sehingga membuat mereka terikat benang kusut. Farka membenci gadis itu dan Dalta begitu menginginkan kehancuran si sombong.
Gean menepuk puncak kepala gadis itu, dia akan selalu berada di pihak Dalta apapun yang terjadi.
"Ayo kita mulai..."
***
"Lo balik sama siapa?"
Pertanyaan Svarga membuat Farka mengernyit, ia berbalik untuk memastikan bahwa Svarga tidak salah bertanya.
"Kemarin gue liat lo balik sama cewek, dia... cewek yang hampir lo tabrak waktu itu 'kan?"tanya Svarga penuh selidik. Farka mengangguk saja, membuat Svarga membulatkan matanya.
"Dalta, dia cewek yang ngebuat Cilla kaya gini." Svarga hendak menjawab namun kedatangan Lula dengan Gean membuat ia kembali menutup mulutnya.
"Hai bro!"sapa Gean teruntuk Svarga. Ia mengepalkan tangannya kemudian bertos ria bersama Svarga.
"Udah beres La?"tanya Svarga. Lula mengangguk, "udah Ga, tinggal ini aja sih tanda tangan kepsek."
Bertepatan dengan itu Dalta hendak melewati mereka dengan box donat dan tas yang berada dipunggungnya.
"Geeee, ayo balik!"
Farka yang sejak tadi diam kini beralih menatap Dalta yang hendak menggapai tangan lelaki itu,dengan cepat meraih lengan Dalta.
"Ayo."
Gean menatap Dalta yang tersenyum penuh arti kearahnya.
"Hati-hati,"ucap Gean tanpa suara yang dibalas dengan acungan jempol oleh Dalta.
Kini keduanya berada didepan mobil lelaki itu. Farka mengambil alih semua box yang berada di tangan gadis itu.
"Gue minta maaf." Dalta masih bergeming. Farka menghembuskan napas kemudian duduk di depan mobilnya. Memperhatikan perempuan dengan rambut panjang itu.
"Gue minta maaf dan untuk ajakan gue yang mau lo jadi pacar--"
"Gue mau jadi pacar lo,"potong Dalta membuat Farka membelalakan matanya. Cowok dingin itu hampir saja tersedak.
"Tapi dengan satu syarat." Farka mendengar dengan seksama apapun yang akan diucapkan Dalta selanjutnya.
"Lo nggak boleh pake badan gue, atau semua yang lo punya jatoh ke tangan gue."
"Deal?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalta & Farka
Teen FictionDalta, seorang penjual donat disekolah. Gadis yang mampu berjuang sendirian harus berurusan dengan Farka, cowok yang membuat usaha bundanya sia-sia. Namun,entah kenapa Farka malah mendekatinya dan berkata bahwa ia menyukai gadis itu tanpa alasan yan...