3. Cowok Sombong

57 18 5
                                    

Dalta membaringkan tubuhnya diatas kasur berwarna abu-abu. Badannya terasa remuk ketika punggungnya menyentuh sprei.

"Ya Allah, sakit."

Matanya memejam, ia berharap cepat masuk kedalam mimpi.

"Dalta? Kamu udah sampe?"tanya seseorang dari pintu kamarnya. Dalta segera membuka matanya lalu bangkit, "Udah Bunda."

"Berapa penghasilan hari ini?"tanya Bunda memasuki kamar putri semata wayangnya.

"Belum aku itung seluruhnya Bunda,maaf,"sesal Dalta mengeluarkan pouch uang dari dalam tas yang berada disampingnya.

"Gapapa, kamu pasti capek udah kesana-kesini nitip donat ke setiap warung. Makasih ya udah mau bantuin Bunda." Bunda mengusap puncak kepala Dalta penuh sayang.

"Aku nggak capek Bunda, ini juga buat aku juga,"bantahnya disertai senyuman. Bunda tersenyum, dia berterimakasih telah diberikan gadis sekuat Dalta.

"Bunda capek ya?gimana kerjaan hari ini,lancar?"tanya Dalta menyuruh Bundanya duduk.

"Enggak, Bunda nggak capek. Kamu istirahat ya Bunda mau buat adonan buat besok." Mata Dalta mengikuti Bundanya yang keluar dari kamar. Gadis itu menghela napas seraya kembali tertidur menyamping ke kanan.

Pandangannya menerawang, "Ayah dimana? Aku kangen Ayah."

***

"Gean, gue haus mau beli dulu minum ke kantin turunin gue disini!" Dalta menepuk-nepuk pundak sang sahabat. Gean memutar bola matanya, "Udah nyusahin tukang nyuruh-nyuruh lagi."

Motor milik Gean berhenti, dengan segera Dalta turun, "Kan lo sahabat gue Ge."

Dalta segera berlalu hendak segera ke kantin untuk menghilangkan dahaganya karena lupa minum setelah makan gorengan tadi pagi.

"DALTA!"

TINNNNN

semua terkejut, Gean segera melempar motornya dan berlari kearah Dalta yang terjatuh akibat tersenggol mobil.

"Lo gapapa?!"tanya Gean khawatir seraya membantu Dalta bangun. Box yang dibawa Dalta pun jatuh dan donat miliknya berserakan di tanah.

"Gapapa tapi donat gue... "

Dalta memandang sendu donat yang bundanya buat dengan mengorbankan waktu tidurnya.

Matanya berubah tajam, ia berjalan dengan penuh amarah kearah sang pengemudi.

"KELUAR LO!"

Dalta memukul kaca mobil dengan kencang, napasnya memburu membuat dadanya naik-turun.

Kaca mobil pun turun perlahan, membuat semua orang terdiam melihat wajah tegas milik sang pemilik mobil berwarna merah itu.

"LO PUNYA MATA NGGAK?"teriak Dalta kesal bukan main.

Gean segera menghampiri mencoba melerai, "Tenang Ta."

"Gimana gue bisa tenang ngeliat donat Bunda jatoh gitu aja!"kesal Dalta.

Lelaki itu tersenyum miring, matanya menatap Dalta dengan tatapan memindai, "Jadi lo Dalta,"desisnya.

Dalta mengerutkan alisnya, bagaimana bisa ada siswa yang tidak mengenalnya?

"Lo mau gue ganti rugi?berapa? 10 juta cukup?"tanyanya dengan wajah yang amat sangat tengil di mata Dalta.
"Atau gue harus ganti rugi buat 1 bulan kedepan? Kaki lo lumpuh?"

Dalta mengeraskan rahangnya, "Gue nggak suka cowok sombong..."

"Kayak lo."

Dalta berlalu kemudian memungut donat-donat yang berjatuhan, dengan mata memerah. Gean segera membantu.

Mungkin ini pelajaran untuk Dalta, seharusnya ia menggunakan plastik untuk membungkus semua donat miliknya agar jika terjatuh tidak kotor.

Farka, lelaki yang menabrak Dalta pun memandang heran, begitu perempuan berambut hitam itu berlalu dari hadapannya.

"Lo keterlaluan Ka,"celetuk Svarga yang berada disampingnya.

Svarga menatap Farka yang kini menoleh kearahnya.

"Bodo amat." Farka menggedikkan bahunya seraya melajukan kembali mobilnya.

Dalta memasuki kelas dengan wajah lesu.

"DONAT DATANG!"riuh Princess beserta teman satu kelasnya yang lain. Dalta tersenyum, "hari ini gue nggak jualan."

Semua memandang heran, Dalta membawa box donat namun dirinya tak berjualan?

"Lho? Ada apa Ta?"tanya Princess mendekat. Dalta ingin menangis namun ia mencoba untuk tetap terlihat biasa aja.

"Ada cowok sombong yang nabrak gue anjir banget dah,"jelas Dalta menuju tempat duduknya yang berada di bangku kedua bersama Princess.

"Siapa? Nyari gara-gara sama lo berarti berurusan juga sama gue!"kesal Princess seraya menggebrak meja. Gean datang membawa sebotol air mineral.

"Nih minum, katanya tadi haus." Dalta tersenyum, "Makasih ya Ge."

Gean mengangguk lalu duduk didepan Dalta, "Ada yang sakit nggak?"tanya Gean meraih tangan Dalta dan melihat sikutnya terluka.

"Ke Uks yuk? Gue obatin dulu lukanya,"ajak Gean lembut. Dalta mengangguk lalu mengikuti Lelaki yang sekarang menggenggam tangannya.

Sesampainya di Uks, Dalta tak bisa menahan airmatanya lagi, disaat Gean mulai mengobati lukanya gadis itu terisak.

"Gimana ini..."lirihnya. Gean mendongak, ia tersenyum begitu melihat sisi rapuh Dalta yang hanya ditunjukkan kepadanya.

"Jangan nangis cantiknya nanti ilang,"
hibur Gean menghapus kristal yang kian deras turunnya.

"Gean gimana sama Bunda?dia pasti kecewa sama gue,"isaknya malah semakin menjadi. Gean mengelus surai hitam yang selalu ia benahi kala berantakan. Gean selalu ingin menjaga gadis yang sekarang berada dihadapannya ini.

"Gapapa bukan salah lo, nanti gue ganti semua donatnya ya?"

Mata Dalta berbinar, "Serius?"

"Iya serius, asal gue bisa liat lo senyum lagi."

Dalta melebarkan senyumnya, "tapi gue masih dendam sama cowok tadi!"

"Udah, dia nggak sengaja Dalta."

"Tapi tetep aja, awas kalo sampe kita ketemu lagi gue bales dia!"

Dan, semua dimulai dari sini.

Dalta & FarkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang