"Gue ada rapat, lo balik naik ojol aja gapapa?"
Pertanyaan Gean membuat Dalta cemberut. Ia tak biasa pulang tanpa Gean. Dan... entah kenapa Gean seperti sibuk akhir-akhir ini.
"Nanti kalo gue pulang mampir ke lo dulu, kita jajan mau?"rayu Gean seraya mengelus rambut halus milik Dalta. Gadis itu hanya mengangguk lemah.
"Gue balik sama Princess aja deh, kabarin kalo udah beres rapatnya,"putus Dalta akhirnya. Gean mengangguk,"Pasti, hati-hati dijalannya kabarin gue kalo udah sampe rumah."
Gean segera berlalu menuju ruang rapat, meninggalkan Dalta yang kini celingukan mencari keberadaan sahabatnya.
Namun, sepertinya hari ini ia harus mengeluarkan energi lebih karena Princess mengabari bahwa dirinya ada urusan terlebih dahulu.
Dalta menghembuskan napas lelah, ia harus pulang menaiki angkot. Sebenarnya tidak apa-apa jika Dalta menaiki angkot jika ia tak membawa box ini.
"Demi Bunda, iya, semua demi Bunda."
Dalta terus bergumam sambil memeluk box. Jika ditanya,apa ia iri melihat teman-temannya pasti jawabannya,Iya.
Disaat orang-orang berlalu lalang dengan mobil dan motor sementara ia hanya menjadi benalu untuk Gean sebenarnya sangat memalukkan.
Kakinya kini telah sampai gerbang, untuk bisa mencapai angkutan umum Dalta harus berjalan sekitar 10 menit dan beruntung sisa tenaganya masih ada.
Saat berjalan menyusuri trotoar ada mobil merah yang berhenti tepat disampingnya.
Ia mendelik begitu melihat Farka keluar kemudian menghampirinya.
"Balik sendiri? Kenapa nggak ngomong sama gue?"tanya Farka seraya meraih box yang berada di dekapan Dalta.
"Emang lo siapa? Ngarep banget gue kasih kabar,"ketus Dalta yang dibalas helaan napas oleh si penanya.
Dalta memperhatikan setiap gerak-gerik Farka yang memasukkan kotak miliknya kedalam mobil.
"Ayo." Dalta bergeming membuat Farka mengernyit.
"Naik, kita balik." Farka hendak meraih lengan Dalta namun gadis itu segera menjauh.
"Lo mau nyulik gue?"selidik Dalta penuh waspada. Farka lagi-lagi menghela.
"Nggak."
Dalta menyipitkan matanya, Farka yang ditatap seperti itu pun hanya memutar obsidiannya.
"Yaudah, gue dulu--"
Belum sempat Farka menyelesaikan ucapannya, Dalta sudah masuk kedalam mobil.
Ia menurunkan kaca mobil, "katanya suka gue tapi udah nyerah gitu aja! pembantu yang cepat putus asa,"ejek Dalta. Farka segera masuk kedalam mobil dengan wajah lempengnya.
Diperjalanan Dalta hanya menatap keluar jendela sampai tiba-tiba Farka bertanya sesuatu padanya.
"Ada apa lo sama Gara?"
Entah perasaan Dalta atau memang benar nada suara Farka jauh lebih dingin saat bertanya tadi.
"Gaada, gue sama dia gaada apa-apa,"jawab Dalta jujur. Namun dalam hati ia berharap, 'semoga besok kita ada apa-apa.'
"Yakin? atau sebelumnya lo sama dia pernah ketemu dimana gitu?"
Dalta tampak berpikir, kemudian ia teringat saat pertama kali ia menyukai Gara.
Saat itu Dalta pulang terlalu larut dan Gean tidak masuk sekolah karena sakit. Dalta berjalan seorang diri sampai seseorang hendak membawanya beruntung Gara dan...
"Gue pernah hampir diculik dan Gara nolongin gue."
Farka menoleh, namun kembali mengemudikan mobilnya.
"Bunda bilang banyak yang ngincer gue karena... bokap gue."
Dalta tak tahu kenapa ia malah memberitahu Farka. Namun, ia sangat amat yakin bahwa Farka bisa menjaga rahasianya.
"Gue anak yang nggak diharapkan bokap, Bunda itu... selingkuhan bokap dan dia kabur ninggalin Bunda."
Dalta meremat roknya,menyalurkan rasa sakit dihatinya.
"Udah cukup." Farka menoleh,mengusap puncak kepalanya, "sorry."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalta & Farka
Teen FictionDalta, seorang penjual donat disekolah. Gadis yang mampu berjuang sendirian harus berurusan dengan Farka, cowok yang membuat usaha bundanya sia-sia. Namun,entah kenapa Farka malah mendekatinya dan berkata bahwa ia menyukai gadis itu tanpa alasan yan...