Dalta kini berjalan menyusuri jalan yang lenggang sendirian, Bunda sedang lembur dan Dalta ingin membeli sesuatu untuk Bunda saat Bunda pulang.
Ia mengeratkan jaket berwarna hitam dengan aksen putih itu, suhu malam ini memang dingin sekali. Dalta menguap saat kakinya mulai menjejal isi minimarket, matanya tertuju pada dua orang yang sedang berbelanja.
"Butuh apalagi?"tanya lelaki itu. Dalta sedikit bersembunyi untuk melihat aktifitas keduanya.
"Susu hamil, gue cari di sebelah aja."
Seorang perempuan dengan dress khusus Ibu hamil itu berjalan menjauh, mata Dalta membulat begitu mendapati wajah perempuan yang kini tertegun melihatnya.
Merasa mendengar pekikan, lelaki itu menoleh dan wajahnya pucat seketika.
"Gean? ngapain lo bareng sama... Cilla?"
***
"Gue ketemu dia waktu dia mau ngakhirin hidupnya." Gean,Cilla,dan Dalta kini sedang duduk di meja depan minimarket. Dalta butuh kejelasan.
"Gue hamil Ta,"lirih Cilla. Dalta kagum pada perempuan itu yang tak terlihat akan menangis. Cilla menutup matanya, "gue di perkosa, sama temen-temen Gara."
Dalta menutup mulutnya, terkejut.
"Gue minta pertanggungjawaban Gara karena saat itu Gara berstatus pacar gue dan gue gatau harus minta tanggung jawab ke siapa."
Cilla kini meremat bajunya namun Gean segera mengenggam tangan itu.
"Tapi Gara gamau, dia nggak cinta sama gue tapi dia cinta sama oranglain." Mata Cilla kini menatapnya penuh, ada kesakitan yang dapat Dalta rasakan saat ia kembali menatapnya.
"Dan itu elo Ta."
Dalta menunduk, sakit sekali hatinya. Napasnya terasa sesak seperti ada yang menghimpitnya.
"Tapi gue cinta oranglain,"lirih Dalta. Cilla dan Gean saling berpandangan kemudian memusatkan kembali perhatian pada Dalta.
"Farka, gue cinta Farka."
Cilla membulatkan matanya, ia teringat akan ucapan Gean yang mengatakan bahwa keduanya sama-sama memiliki dendam tersembunyi.
Dalta menunduk, ia tak tahu harus mengatakan apa sekarang. Ia tak ingin melukai Cilla dengan mengatakan bahwa ia menyukai Gara juga.
Tapi entah kenapa saat Dalta mengatakannya, seperti ada sesuatu yang terlepas, bebannya seperti terangkat.
Apa ia hanya beralasan atau memang itu... kata hatinya?
"Lo tadi mau beli apa?"tanya Gean mencoba mengalihkan pembicaraan. Dalta baru teringat bahwa ia ingin membelikan spagetti untuk Bunda.
"Oh iya hampir aja lupa, gue mau beli spagetti buat Bunda makan."
Dalta kembali memasuki toko, Gean mengikuti dari belakang. Sedangkan Cilla masih duduk karena ia tidak terlalu kuat berdiri terlalu lama.
"Nih." Gean menyodorkan paper cup berisi kopi untuk Dalta. Namun Dalta tak meliriknya sedikitpun.
Gean tersenyum, Dalta pasti marah kepadanya. Maklum saja.
"Hei,"panggil Gean dengan suara lembut. Dalta mulai merasakan matanya memanas.
"Gue ngancurin hidup seseorang ya Ge?"lirihnya. Kini mulai terisak, Gean mulai melirik sekitar dan melihat ada satu pegawai yang menatap keduanya. Gean mengatupkan kedua tangannya sebagai permintaan maaf.
"Enggak Ta, cinta itu rumit, lo nggak akan ngerti jalan ceritanya kaya gimana." Gean kini menyimpan kopi itu di tangan Dalta.
"Makasih." Dalta menyeruput kopi dalam diam, berjalan menuju kasir.
Kini, setelah Gean dan Cilla pamit. Dalta sendirian. Ini permintaannya untuk ditinggal seorang diri.
Dia terlalu syok mendengar berita tentang Cilla, ia tak habis pikir kenapa ada perempuan sekuat wanita itu.
Airmatanya kembali jatuh, ia ternyata menyukai lelaki yang salah. Ternyata Gean benar, harusnya ia tak jatuh pada Gara.
Kakinya yang diselimuti oleh celana training mulai merasa membeku, ia hendak beranjak namun pundaknya tiba-tiba ditahan oleh seseorang.
"Ngapain cewek malem-malem sendirian di luar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalta & Farka
Teen FictionDalta, seorang penjual donat disekolah. Gadis yang mampu berjuang sendirian harus berurusan dengan Farka, cowok yang membuat usaha bundanya sia-sia. Namun,entah kenapa Farka malah mendekatinya dan berkata bahwa ia menyukai gadis itu tanpa alasan yan...