36. Mama

17 6 0
                                    

"DONAT DATANG GUYSSS!"

Teriakan Dalta menggelegar memenuhi kelas pagi ini. Murid-murid mulai mengerubungi donat Dalta,memilih mana yang mereka mau.

"Taaa sumpah donat lo enak banget,"puji Riri dengan wajah sumringah. Ia memang sangat menyukai donat buatan Dalta.

"Taaaa gue yang keju dua yaaa ni duitnya pas!"

"Daltaaaa cantikkuuuu ngutang dulu hehe."

"Gue bluberry satu sama coklat satu wokeee duitnya kembalian sepuluh!"

Dalta sibuk mengeluarkan dan memasukkan uang kedalam kantong kecil yang selalu ia bawa. Sesekali tertawa karena Princess mengatakan hal random atau Raden yang kembali datang untuk mengutang donatnya.

"Ta,gue butuh cerita dari lo."

Setelah donatnya terjual dan sudah menitipkannya ke tempat biasa,Princess membawanya ke pinggir lapangan untuk menunggu bel masuk.

"Tentang?"

"Semua,gue baru tahu kalo lo dan Gean adik-Kakak,dan gue ngerasa nggak berguna banget jadi sahabat lo,Ta,"lirih Princess. Ia memainkan jarinya,kemudian menatap awan pagi ini.

"Lo bahagia 'kan Ta?"tanya Princess di selang tatapnya,Dalta diam dengan wajah merenung.

"Untuk cerita itu,gue mau banget ngomong sama lo,tapi gue nggak mau sampai bikin nama nyokap gue jelek,gue tahu apa yang nyokap gue lakukan itu salah,salah besar,dan gue juga nggak seharusnya marah setiap orang bilang gue anak haram. Tapi hati gue sakit,sakit banget."

Princess menoleh,ia mencoba memeluk Dalta,"gue punya ide Ta."

"Apa?"

"Kita jodohin nyokap lo sama bokap gue,biar kita jadi adik-kakak,mau nggak?"

***

Suara bersin Dalta menjadi penyadar untuk Farka yang sedang bermain game. Ia baru saja melupakan kekasihnya dan memilih mabar bersama Svarga.

"Dingin?"tanya Farka kini memberikan jaketnya. Hari ini cuaca cukup buruk karena sejak pagi hujan. Dalta dan Farka sedang berada di kantin saat ini.

Dalta mengangguk,dia memang agak sensitif dengan dingin,teh hangat yang ia pesan pun tidak bisa lagi menghalau dinginnya cuaca siang itu. Sesekali Dalta memperhatikan hujan yang mengguyur taman sekolah mereka.

Tenang sekali,ia begitu menyukai suara hujan yang ramai tapi tidak dengan dinginnya.

"Sini tangannya,"titah Farka kini mengulurkan tangan,Dalta menerimanya. Lelaki itu menggosoknya dengan pipi dan hal itu sanggup membuat beberapa gadis menatap iri.

Bagaimana tidak?

Farka ini salah satu deretan laki-laki tampan di sekolah. Apalagi dengan nama Mahardika di belakang namanya,sudah tidak aneh jika orang akan langsung tertuju pada keluarga super kaya itu.

Tapi dibalik itu,Farka tidak pernah bangga dengan nama keluarganya.

"Mau makan lagi nggak?mumpung masih ada waktu beberapa menit lagi,"tanya Farka kini mematikan ponselnya.

"Kenyang aku,"jawab Dalta sembari menggeleng. Ia menunjuk gelas teh hangat yang sudah tandas.

"Mau teh anget lagi aja,sumpah dingin banget." Farka mengangguk lalu memilih beranjak untuk memesan teh.

Dalta terkejut begitu ponsel milik Farka bergetar menandakan sebuah telepon masuk. Ia abaikan karena itu bukan haknya untuk menjawab,lalu tiba-tiba ada chat masuk.

Mama

Dari tadi Mama telpon kenapa nggak diangkat?kamu mau jadi anak durhaka?!

Sore ini temui Mama di kantor!jika tidak kamu akan mendapat hukuman atas apa yang kamu lakukan pada Seril.

Dalta & FarkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang